“Penangkapan Aktivis Masjid di Sukoharjo, untuk Pembenar Solo Pusat Teroris dan Kebencian pada Islam”

Di Masjid Baitul Amin ini Ihsan sehari-harinya menjadi Muadzin (krjogja)

SUKOHARJO (SALAM-ONLINE.COM): Densus 88 akan melakukan penangkapan terhadap para aktivis Islam yang diduga terlibat jaringan terorisme.

“Penangkapan Ihsan dan Toni di Sukoharjo itu hanya bagian kecil. Padahal Densus 88, BNPT punya proyek besar pada 25 Desember 2012 menangkap para aktivis Islam yang diduga terlibat terorisme,” kata pengamat terorisme dan intelijen, Umar Abduh kepada itoday di Jakarta, Selasa (11/12/2012).

Kata Umar, Ihsan dan Toni akan memberikan pengakuan tentang keterlibatan para aktivis Islam yang ditangkap Densus 88.

“Nantinya ada pengakuan dari Ihsan bahwa si A yang ditangkap Densus 88 terkait dengan jaringan X. Modus yang dipakai Densus 88 selalu begitu,” jelas Umar.

Menurut Umar, penangkapan orang-orang yang diduga teroris di Solo akan menjadi pembenar pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai.

“Penangkapan ini akan menjadi pembenar pernyataan Ansyaad bahwa pusat teroris ada di Solo, padahal semua ini rekayasa BNPT dan Densus 88,” tegas Umar.

Sementara itu Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya menyatakan, penangkapan oleh Densus 88 terhadap aktivis Masjid Baitul Amin, Waringinrejo, Sukoharjo, Ihsan dan Toni  menjadi bukti pasukan antiteror milik aparat kepolisian menaruh kebencian pada Islam.

Menurut Harits, penangkapan terhadap Ihsan dan Toni yang merupakan aktivis masjid adalah sebuah kesengajaan untuk memberikan citra buruk terhadap Islam. “Upaya ngawur untuk membangun citra buruk kelompok-kelompok Islam dan aktivisnya,” ujar Harits seperti dikutip itoday, Selasa (11/12/2012).

Senada dengan Umar Abduh, kata Harits, ada kemungkinan penangkapan terhadap orang-orang yang diduga teroris tidak berhenti kepada Ihsan dan Toni. “Bisa saja merembet kepada kelompok-kelompok lain dengan modus tertentu yang sama atau beda sama sekali,” tegas Harits.

Baca Juga

Selain itu, Haris juga mengatakan, Densus 88 dan BNPT sengaja mau memelihara isu terorisme dengan menangkapi banyak aktivis masjid dan Islam dengan bukti prematur bahkan hanya berdasarkan dugaan.

“Densus 88 yang merekayasa keterkaitan-keterkaitan dengan kelompok tertentu dengan jaringan teroris banyak menabrak rambu-rambu hukum (criminal justice system),” pungkasnya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, seorang warga Waringinrejo RT 05/21, Kelurahan Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah yang berjualan kebab bernama Ihsan bersama temannya, Toni, ditangkap Densus 88 karena diduga terlibat dalam aksi terorisme.

Ihsan & Toni dituduh sebagai pemasang bom tabung gas di Polsek Pasar Kliwon, Solo (20/11/2012)/vivanews

Ihsan yang sehari-hari juga menjadi muadzin di Masjid Baitul Amin, Waringinrejo, Sukoharjo ditangkap Densus 88 di perempatan Pabrik Konimex, Cemani, Grogol, Sukoharjo saat berjualan kebab, Senin (10/12/2012) malam.

Berdasarkan informasi dari kalangan kepolisian, Ihsan dan Toni diduga sebagai pemasang bom tabung gas di Polsek Pasar Kliwon, Solo, 20 November 2012 lalu.

Setelah ditangkap, Ihsan minta dipertemukan dengan seseorang yang telah banyak membantu dan dianggap seperti bapaknya sendiri bernama Martono.

“Dia minta maaf. Dia juga berpesan, kalau ada teman yang mencarinya, saya disuruh bilang ke teman-temannya kalau Ihsan ditangkap polisi,” cerita Martono.

Keduanya, Ihsan dan Toni, tinggal di Masjid Baitul Amin, Waringinrejo bersama dengan Nur, yang sampai saat ini belum diketahui keberadaannya maupun keterkaitannya dengan aksi terorisme. (itoday)-salam

Baca Juga