Membaca Manuver Dubes AS Scot Merciel dalam Kasus Impor Daging Sapi

Scot Merciel-islamtimes-jpeg.image
Scot Merciel

(SALAM-ONLINE): Berita tentang kedatangan Dubes AS Scot Merciel ke KPK beberapa jam sebelum penangkapan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq, memunculkan spekulasi. Apalagi dalam orasi politik Presiden PKS yang baru Anis Matta tercetus kata ‘konspirasi’.

Tak berhenti sampai di situ. Mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid pun menyebut unsur zionis dalam kasus penangkapan Luthfi dan penjatuhan citra PKS itu. Benarkah?

“Konspirasi”, bagaimanapun adalah sesuatu yang mudah disebut, tapi sulit dibuktikan. Ia ibarat, maaf, kentut, bisa dirasakan baunya, tapi tak dapat dilihat wujudnya. Si pembuang anginnya, kalau mengentutkannya tak terdengar, sulit pula kita tahu siapa yang buang angin.

Ujug-ujug kedatangan Dubes AS Scot Merciel ke KPK yang oleh lembaga pemberatasan korupsi itu disebut terkait dengan kasus lain, bagi sebagian kalangan tak terlepas dari masalah impor daging sapi dari AS yang terus anjlok bahkan pernah distop. Apa kaitannya dengan KPK?

Dugaan pun menjurus, bahwa target dari pemunculan kasus ini adalah pemecatan Menteri Pertanian (Mentan) Suswono yang berasal dari PKS. Penangkapan Luthfi (yang tidak tertangkap tangan), yang oleh sejumlah pakar dan praktisi hukum dinilai dipaksakan dan janggal itu diyakini sebagai “pintu” untuk memecat Mentan Suswono.

Dugaan kuat kejengkelan AS akan kran impor daging sapi yang terus dibatasi ditengarai menjadi pemicu pemunculan kasus ini. Ada “pesan” yang ingin disampaikan bahwa para pengusaha importir daging di republik ini juga sangat jengkel akibat kuota yang terus menurun dari tahun ke tahun. Akibatnya, pengusaha importir daging sapi itu berusaha melakuan aksi suap supaya mendapat jatah yang sesuai dengan yang mereka inginkan.

Kejengkelan para pengusaha importing daging sapi itu tentu sesuai dengan keinginan AS. Adanya dugaan kasus suap yang dilakukan oleh PT Indoguna Utama memunculkan pertanyaan mengapa hal ini bisa terjadi? Bagi kalangan pengusaha, kejadian itu dipicu oleh kurangnya kuota impor daging di 2013.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang, kepada detikfinance, Kamis (31/1/2013).

“Menurut saya itu ekses dari kurangnya kuota impor daging sapi, pengusaha menghalalkan segala cara,” kata Sarman beralasan.

Sarman yang juga Ketua Komite Daging Sapi (KDS) mengatakan, kalangan pengusaha impor daging tidak siap dengan pemangkasan kuota impor daging sapi tahun ini, sehingga di antara mereka berupaya untuk bisa mendapatkan kuota yang diinginkan.

“Kuota impor daging sapi tahun 2011 sampai 90.000 ton saat itu harga stabil, tahun 2012 turun jadi 34.000 ton, tahun ini cuma 32.000 ton terjun bebas,” ungkapnya.

Sarman menuturkan seharusnya kuota impor daging tahun ini mencapai 85.000 ton (hanya daging beku). Menurutnya, dengan kuota daging tahun ini yang hanya 32.000 ton, sangat beralasan para importir daging teriak-teriak dan melakukan upaya-upaya segala cara.

“Yang parah lagi, 32.000 ton itu dibagi dua semester, semestar pertama direalisasikan 60% atau 19.200 ton, kita nggak tahu siapa perusahaan-perusahaannya, 40% sisanya di semester kedua,” katanya.

Ia juga mengatakan ekses lain dari kurangnya kuota impor daging adalah adanya kasus peredaran daging celeng dan peredaran daging sapi ilegal. Harga daging yang saat ini bertahan Rp 90.000 per kg, menunjukkan pasokan daging masih tersendat.

“Saya harap dengan kejadian ini momentum pemerintah mengevaluasi kembali soal kuota impor daging 2013,” katanya.

Beberapa sumber menyebut kebijakan Kementerian Pertanian menekan kuota impor daging sapi dari tahun ke tahun justru untuk membantu peternak sapi di dalam negeri yang efeknya memunculkan peredaran daging babi dan sapi ilegal. Tapi selain untuk membantu peternak sapi Indonesia, alasan lain pembatasan impor adalah pasokan daging sapi dari AS itu bercampur daging babi, selain cara memotongnya besar kemungkinan tak sesuai dengan syariat Islam.

Kebijakan Kementerian Pertanian bersama Kementerian Perdagangan itu jelas sangat memukul AS yang selama ini memasok daging sapi ke Indonesia. Makanya, tak usah heran, sebelum menyambangi KPK, Rabu (30/1/2013), Dubes AS Scot Merciel terlibat saling sindir soal pro-kontra impor dengan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dalam sebuah pertemuan “Trade Conference” di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat (30/1/2013).

“Keuntungan impor itu banyak tetapi impor banyak stigma negatif (di Indonesia), tetapi kita bicara yang lebih luas adalah keuntungan dan harga murah juga banyak produk dari adanya impor. Hong Kong menjadi contoh,” kata Scot kepada ratusan delegasi beberapa negara di Hotel Borobuddur, seperti dikutip detikcom (30/1/2013).

Scot menambahkan, seharusnya Indonesia mengikuti permainan yang telah ditetapkan oleh Badan Perdagangan Dunia (WTO) yang tidak hanya mendorong kinerja ekspor tetapi juga impor. Menurutnya, nilai lain dari adanya impor adalah adanya kompetisi antar perusahaan yang lebih kompetitif dan produktif.

“Kita punya WTO yang tidak hanya mendorong ekspor tetapi juga impor dan kita harus mengikuti permainan. Hal lain soal impor, tanpa impor perusahaan kita tanpa kompetitif. Jadi saya pikir nilai lain adalah kompetisi antar perusahaan dan produktivitas, juga memberikan biaya yang lebih murah,” imbuhnya.

Sementara, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan melawan apa yang disampaikan Scot. Menurut Gita, salah satu penyebab defisit perdagangan di Indonesia adalah karena impor yang drastis meningkat.

“Defisit Indonesia salah satunya disebabkan oleh impor bahan baku yang salah, yang seharusnya fokus untuk investasi. Defisit tidak masalah asal merakyat. Kita harus memastikan apapun tentang perdagangan warga di Sidoardjo, Mamuju dan Biak tahu akan itu. Kita akan sosialisasikan apa itu. Dan kita harus langkah cepat dan baik bagi bangsa Indonesia. Kita akan tahan defisit 2,3-3,4% dari PDB di tahun-tahun mendatang,” cetusnya.

Kisah Peternak Sapi AS yang Merana Akibat RI Hentikan Impor Daging

Kian turunnya kuota daging sapi dari AS terang membuat berang Dubes Scot Merciel. Berbeda dengan Australia saat pemerintah Indonesia menghentikan impor sapi dari negeri Kangguru itu, pemerintah Australia tidak mencak-mencak, tidak melakukan protes keras, meskipun kecewa.

Itu berbeda dengan AS. Karenanya, tak usah kaget, jika AS lewat Dubes Merciel menginginkan perubahan kebijakan yang membatasi kuota impor daging sapi dari negaranya. Tak usah heran pula, jika disebut perubahan kebijakan itu harus dimulai dengan mengganti menteri penentu kebijakan itu, dalam hal ini Menteri Suswono yang berasal dari PKS.

Kasus suap impor daging sapi-sapi amerika-islamedia-jpeg.image
Sapi Amerika

Sebab, saat ini peternak AS menjadi merana akibat kebijakan dari Kementan yang merugikan mereka. Tahun lalu, Indonesia menghentikan impor daging dari AS setelah merebak kasus sapi gila di California. Kondisi ini membuat penjualan daging di AS ke Indonesia langsung terjun bebas.

Ini laporan detikcom (4/2/2013) perihal merananya peternak AS akibat kebijakan Kementan RI yang tidak menguntungkan mereka, sehingga membuat Dubes Merciel ngotot agar Indonesia mengubah kebijakannya dalam hal kuota impor dari AS, terutama dalam kasus ini berkaitan dengan daging sapi.

Baca Juga

Untuk memperjuangkan kepentingan para peternak sapi di AS seperti di California dan Texas, pemerintah AS melawan tindakan pemerintah Indonesia ini. Cara terakhir yang dilakukan sebelum menggugat ke badan perdagangan dunia (WTO), pemerintahan Obama tahun lalu pernah menekan pemerintah Indonesia untuk mencoba membuka pasar daging impornya. Apalagi AS melihat, 240 juta penduduk Indonesia merupakan pasar yang menggiurkan untuk ekspor daging.

“Tidak ada dasar ilmiah untuk menghindari daging AS,” ujar John Haris, seorang pemilik peternakan bernama Harrus Ranch Beef Co. di California seperti dikutip dari star-telegram, Senin (4/2/2013).

Para peternak di AS memang kesal dengan kebijakan pemerintah Indonesia ini, dan mereka menyebutkan tindakan Indonesia sebagai ‘knee-jerk political action’. Karena para peternak di AS ini memang cukup bergantung kepada pasar ekspor.

Industri daging di AS sangat penting untuk perekonomian negara tersebut, karena industri ini berhasil menciptakan 1,4 juta lapangan pekerjaan. Pada 2011, industri peternakan menyumbang sekitar US$ 44 miliar atau sekitar Rp 400 triliun dalam perekonomian AS.

Kedutaan Besar Indonesia di AS tidak mau berdiskusi terkait hal ini, namun berjanji akan merespons protes AS. “Pemerintah Indonesia tidak bertujuan melarang masuknya barang impor, namun untuk meyakinkan bahwa semua barang yang diimpor aman untuk dikonsumsi dan aman bagi lingkungan,” demikian bunyi pernyataan pihak Indonesia.

Meskipun Indonesia dilihat sebagai negara dengan perekonomian terbesar, namun jumlah ekspor daging AS ke Indonesia cuma 0,6% atau senilai US$ 17 juta.

Pemerintah AS dikatakan juga kesal dengan sikap pemerintah Indonesia yang memperketat aturan impor produk agrikultur seperti buah sayur, jus, dan bunga. Selama ini, Indonesia masuk 5 besar negara tujuan ekspor apel asal AS, dan juga buah ceri dan pir. Sejak adanya pengetatan syarat impor ini, nilai ekspor apel Washington turun 67% sejak November 2012.

Kembali ke penghentian impor daging AS oleh Indonesia, sebuah peternakan di Minnesota yaitu Cargill, telah merumahkan 2.000 pegawainya karena penurunan permintaan.

Sebuah peternakan di California yaitu Monterey County juga menurun bisnisnya dan mengurangi jumlah pekerjanya.

“Semakin sulit bagi para peternak dan petani untuk bertahan di bisnis ini karena tingginya biaya dan juga harga tanah di negara ini, terutama di California. Karena itu jumlah pekerja kami semakin sedikit dan produksi akhirnya menurun,” ujar pemilik Monterey, Kester.

Pada 2011 lalu, angka ekspor daging AS menyentuh US$ 5,4 miliar dan awalnya ditargetkan bisa naik di 2012. Namun ternyata angka ekspor ke Indonesia turun 91% dari Januari hingga November 2012.

Asosiasi Peternak Nasional AS mengatakan hanya ada dua negara, yaitu Indonesia dan Thailand yang menghentikan impor daging dari AS karena masalah sapi gila di California.

Indonesia memang memperketat kuota dan persyaratan bagi para eksportir AS yang ingin memasukkan barangnya. Para peternak AS saat ini menghadapi risiko dan ketidakpastian penjualan daging ke Indonesia.

Selain soal pengetatan kuota, para eksportir daging AS juga menghadapi persoalan sulit untuk menjual daging ke Indonesia yang merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

Indonesia memberi syarat agar daging yang diimpor disembelih sesuai dengan cara Islam. Ini membuat eksportir daging AS harus menyesuaikan diri.

Menurut pejabat pemerintahan AS, kebijakan penghentian impor daging dan produk agrikultur asal AS oleh pemerintah Indonesia telah menghancurkan peraturan perdagangan global. Jika kedua negara ini belum menemukan kata sepakat, pemerintah AS mengancam untuk menuntut Indonesia ke markas WTO di Jenewa pada Maret 2013 nanti.

Nah, jadi jika banyak pihak yang menghubungkan kedatangan Dubes AS ke KPK terkait dengan pembatasan kuota impor daging sapi dan “skenario” penangkapan Luthfi, itu bukan sesuatu yang luar biasa, mengingat sangat jengkelnya AS terhadap Indonesia sehingga sampai hendak menuntut Indonesia ke markas WTO di Jenewa.

Bahkan sebelum ini diduga kuat, AS pun jengkel karena PKS tak memecat Misbakhun yang ingin melaporkan kasus Century ke Mahkamah Internasional. Dengan berbagai cara dan usaha lewat pihak-pihak tertentu, menurut beberapa sumber, upaya ini tak membuahkan hasil, kecuali janji bahwa Misbakhun tak djadikan caleg pada pemilu legislatif 2014 mendatang.

Tetapi seiring dengan ditangkapnya Luthfi, rupanya janji tidak men-caleg-kan Misbakhun itu tak berlaku lagi. Ketua Fraksi PKS di DPR Hidayat Nur Wahid pun menyatakan partainya akan men-caleg-kan Misbakhun pada pemilu mendatang.

Lalu, soal pemunculan kasus skandal pajak Presiden SBY dan keluarganya, seperti diberitakan, juga disebut-sebut adalah bagian dari manuver AS untuk menekan istana. Makanya, seperti disebut dalam pemberitaan, the Jakarta Post-lah yang mendapat pasokan berita ini lebih dahulu karena ditulis dalam bahasa Inggris. (Rabu, 30/1/2013).

Maka, tak heran pula jika ada pihak yang dengan sinis menyebut kedatangan mendadak Scot ke KPK, berkaitan dengan upaya meredam berita soal pajak SBY dan keluarganya yang terlanjur dipublishnya dengan cara memunculkan kasus suap impor daging yang bisa berujung pada pencopotan Mentan Suswono.

Kenapa AS berusaha keras pula meredam kasus pajak ini, padahal dia sendiri yang mencoba memblowupnya, ditengarai lantaran tercapainya kesepakatan baru untuk memenuhi keinginan negara yang disebut “adi daya” itu. KPK sendiri kemudian membantah jika manuver Scot dengan datang ke lembaga anti-korupsi ini terkait dengan penangkapan Luthfi.

Kembali ke masalah impor daging sapi, sebagaimana dikatakan Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Jakarta Sarman Simanjorang, bahwa efek pembatasan kuota itu itu membuat pengusaha menghalalkan segala cara, maka AS pun dengan segala cara dan upayanya melakukan manuver.

Menteri Pertanian Suswono-koranbogor.com-jpeg.image
Menteri Pertanian Suswono

Tak usah kaget pula jika manuver AS lewat Dubesnya itu, termasuk “pintu masuk” penangkapan Luthfi berujung pada pemecatan Mentan Suswono. Itu sangat penting dan genting bagi AS, agar kebijakan impor daging sapi itu berubah.

Maka, rencana pemanggilan Mentan Suswono oleh Presiden SBY yang dia sebut sama halnya ketika dia memanggil Menpora Andi Mallarangeng yang diikuti pengumuman Andi terhadap pengunduran dirinya, tak mustahil itu terjadi pula pada Mentan Suswono

Jika pemecatan Suswono tak terjadi, karena, misalnya, menteri ini memiiki alasan yang sangat kuat atas kebijakannya, termasuk berhasil meyakinkan Presiden SBY akan tiadanya keterkaitannya dengan kasus suap impor daging sapi, maka itu akan sangat memukul AS.

Sebab, AS sangat menginginkan berubahnya kebijakan Indonesia dalam kuota impor daging sapi, karena kebijakan saat ini sangat merugikan pengusaha dan peternak AS.  (salam-online)

Baca Juga