Remaja ‘Israel’ yang Menentang Wajib Militer: ‘Saya Menolak Menjadi Bagian dari Penjajahan’

Palestina-Natan Blanc-pemuda zionis yang membela Palestina-jpeg.image
Natan Blanc, seorang remaja “Israel” saat berjalan menuju penjara militer Zionis, setelah ia menolak wajib militer “Israel” untuk kedelapan kalinya

SALAM-ONLINE: Remaja ini baru berusia 19 tahun. Ia bernama Natan Blanc dan berasal dari kota Haifa, wilayah pendudukan “Israel”. Natan telah menikmati 120 hari penjara karena menolak wajib militer dari otoritas “Israel”.

Alasan Natan menolak wajib militer “Israel”, karena protesnya terhadap operasi Cast Lead. Saat itu “Israel” menyerang Jalur Gaza selama tiga minggu di akhir tahun 2008 hingga awal Januari 2009.

Kebijakan pertahanan militer “Israel” telah memperkenalkan wajib militer di tanah jajahan itu sejak 1949. Wajib militer “Israel” dikenakan pada remaja putra mulai dari umur 18 tahun. Natan telah menolak wajib militer “Israel” tersebut hingga 8 kali pemanggilan.

Berbicara dengan Sawsan Khalife, kontributor dari Electronic Intifadha (IE), berikut wawancara IE dengan Natan Blanc, warga “Israel” yang lebih memilih dipenjara oleh pemerintahnya sendiri daripada bergabung ikut membantai warga Palestina.

Bisakah Anda ceritakan sedikit tentang diri Anda?

Saya berusia 19 tahun berasal dari kota Haifa. Saya belajar mengenai Cinematografi di sekolah. Saat saya berumur 18 tahun di “Israel” ada program pendidikan satu tahun di 12 daerah di Yerusalem. Lulus dari program satu tahun itu maka kami diwajibkan bergabung dalam militer “Israel”.

Saat itu ada sekitar 11 anak yang direkrut jadi relawan untuk dipersiapkan bergabung ke dinas militer “Israel”. Atau dikenal dengan sebutan IDF. Dari awal saya sudah tidak mau ikut. Sebelumnya saya juga menjadi relawan untuk “Israel” National Medical Service (MDA), juga editor di Wikipedia.

Bagaimana Anda bisa menjadi sadar politik?

Kesadaran politik saya berasal dari lingkungan rumah. Orang tua saya adalah aktivis politik. Saya bersama orangtua saya melakukan demonstrasi sejak usia dini.

Ketika saya tumbuh dewasa saya pernah jadi anggota program leadership (kepemimpinan) muda di “Israel”. Saya meninggalkan semua itu karena saya sadar. Setelah dari situ saya akan diarahkan berbakti pada militer “Israel”. Saya merasa terasing dari semua itu, saya merasa tempat saya bukan di situ

Bagaimana pendapat Anda mengenai IDF (militer “Israel”)?

IDF hanyalah alat dari pemerintah “Israel” untuk mendukung kekuasaannya. IDF hanya bertindak sesuai instruksi atasan atau pimpinannya. Selama beberapa dekade IDF telah melanggar hak asasi manusia karena mengikuti kebijakan politik pimpinan atau pemerintahnya.

Saya telah dipanggil oleh panitia perekrutan wajib militer ini sebanyak delapan kali. Setiap kali saya menolak bergabung IDF, saya akan dipenjara. Terakhir sekitar seminggu yang lalu.

Padahal saya hanya diminta melayani semua rumah sakit untuk sebuah bentuk pembuktian nasionalisme saya. Tapi saya menolak karena salah satu kewajibannya saya harus menggunakan seragam IDF.

Baca Juga

Akibatnya mereka pun memasukkan saya ke penjara “Israel” untuk kedelapan kalinya, dan saya baru bebas kemarin, Kamis (18/4/2013). Saya ditempatkan di Penjara “Israel” dekat daerah Atlit, di pesisir selatan kota Haifa. Penjara ini khusus untuk para tentara “Israel” yang melanggar hukum, atau tempat untuk mereka yang menolak wajib militer seperti saya.

Tahun ini, saya tidak menemukan narapidana dengan kasus menolak wajib militer seperti saya. Hanya saya saja dipenjara itu yang ditangkap karena kasus menolak wajib militer “Israel”.

Tapi Anda bisa melalui waktu hukuman Anda di penjara dan tetap menolak wajib militer?

Saya tidak ingin berbohong pada hati kecil saya. Hal ini penting bagi saya untuk mengatakan yang sebenarnya sesuai isi hati saya sendiri. Tidak perlu malu atau takut dengan menyatakan apa yang Anda yakini.

Sebenarnya apa yang Anda yakini sampai berani menolak wajib militer?

Saya menyatakan beberapa kali di pengadilan bahwa saya menolak menjadi bagian dari penjajahan. Saya menentang semua yang dilakukan IDF. Saya punya sentimen moral dengan sikap IDF ini, dan saya tidak mau menjadi bagian dari sikap penjajahan mereka.

Semua ketidakadilan yang diberikan kepada Palestina di bawah rezim “Israel”, sebenarnya menunjukkan tidak ada demokrasi di sana. Palestina tidak memiliki hak untuk menentukan nasib mereka sendiri, sebab semua keputusan mengenai nasib Palestina harus disesuaikan dengan kepentingan “Israel”. Pada akhirnya nasib Palestina selalu didikte oleh “Israel”. Saya tidak mau jadi bagian dari ketidakadilan seperti ini.

Apakah Anda tidak takut jika pemerintah “Israel” memboikot hak-hak Anda seperti mendapatkan pekerjaan dan masa depan pendidikan Anda?

Saya pikir semua cerita tentang sikap pemerintah memboikot lapangan pekerjaan kita hanya karena tidak ikut wajib militer hanyalah sebagai upaya untuk menakut-nakuti saja.

Saya justru melihat bagaimana reaksi masyarakat terhadap keputusan saya. Saya percaya banyak masyarakat “Israel” yang mendukung dan memahami maksud dan tujuan saya. Walau banyak juga yang membutuhkan waktu agar mereka bisa memahami maksud dari sikap saya ini.

Apakah ada organisasi di “Israel” yang bergerak dalam kampanye anti wajib militer ini?

Ada dua organisasi utama, Organisasi Yesh Gvul dan Ta’ayush. Mereka sering mengadakan demonstrasi untuk mendukung pembebasan para tahanan warga “Israel” yang ditangkap karena menolak wajib militer. Mereka mengirim surat kepada semua orang yang telah menolak wajib militer, menawarkan dukungan dan advokasi hukum.

Apa yang akan Anda katakan sebagai generasi muda “Israel” yang dikenakan wajib militer saat berumur 18 tahun ke atas?

Bergabung dengan militer tidak akan memberi dampak kepada kehidupan pribadi Anda, namun itu justru berdampak pada kehidupan orang lain. Coba gunakan hati nurani yang bersih. Berpikirlah dengan cermat sebelum memutuskan bergabung dengan militer “Israel”. Lalu setelah itu melakukan penjajahan dan terlibat dalam sebuah perang.

Saya tahu hukum otoritas “Israel” mewajibkan aturan wajib militer itu bagi kita. Tapi selalu ada kemungkinan bagi kita untuk menolak, seperti apa yang sudah saya lakukan ini.

Tentu saja, setiap keputusan memiliki konsekuensi. Tetapi jika Anda memiliki hati nurani yang bersih, Anda pasti berani untuk menolak wajib militer. Tidak peduli risiko yang kita hadapi setelah itu. (abdul aziz al makassary/bumisyam.com), salam-online

Baca Juga