Di Era Presiden yang Katanya ‘Merakyat’, Wartawan Istana Malah Dipersulit Shalat Jumat

Wartawan Istana dan Jokowi-1-jpeg.image
Jokowi dan wartawan istana

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Berita wartawan yang dipersulit shalat Jumat di lingkungan Istana Kepresidenan pada Jumat (24/10) kemarin, langsung mendapatkan reaksi dari berbagai kalangan, terutama mantan wartawan yang pernah meliput di lingkungan istana.

Aneh, di era presiden yang katanya ‘merakyat’, tapi wartawan malah dipersulit shalat di Masjid Istana. Mantan Kepala Biro Protokol Istana di zaman Presiden Abdurrahman Wahid, Wahyu Muryadi yang juga seorang wartawan, mengungkapkan, pada dasarnya Masjid Baiturrahim di Komplek Istana Merdeka yang digunakan untuk pelaksanaan shalat Jumat, secara tradisional sejak zaman dulu, merupakan masjid terbuka bagi masyarakat umum.

”Apalagi buat wartawan yang sehari-hari bertugas di lingkungan istana dan memiliki identitas yang jelas,” ungkap Wahyu Muryadi ketika dikonfirmasi Republika Jumat (24/10) terkait kesulitan wartawan melaksanakan shalat Jumat di Masjid Istana.

Mantan Ketua Forum Pemred ini menegaskan, meskipun Masjid Baiturrahim terletak di lingkungan Istana Kepresidenan, namun masjid Baiturrahim terbuka untuk umum.

Justru ia menilai, pihak pengamanan harus bertugas mengamankan apakah benar-benar wartawan akan melaksanakan shalat Jumat atau memang ingin melakukan liputan.

”Justru menjadi tugas pengamanan presiden untuk mengatur wartawan. Kalau memang wartawan ingin melakukan liputan selesai melaksanakan shalat Jumat, harus ditempatkan di sebelah mana. Toh banyak tempat untuk menempatkan wartawan di seputar Masjid Istana,” paparnya.

Mantan Ketua Asosiasi Jurnalis Televisi se-Asia Pasifik ini mengingatkan kalangan istana untuk melakukan koordinasi yang baik. ”Jangan, karena hal-hal sepele, malah membuat kegaduhan di tengah situasi politik sekarang ini,” ujarnya.

Kepada wartawan yang bertugas di lingkungan istana, Wahyu berpesan agar wartawan tidak lemah menghadapi kesulitan tersebut. ”Untuk memberikan informasi bagi kepentingan publik yang dijamin undang-undang, wartawan jangan cepat menyerah,” kata Wahyu mengingatkan.

Casmo Tatilitofa, yang pernah bertugas di lingkungan Istana Kepresidenan sejak tahun 1979 hingga 2003 mengungkapkan, baru kali ini terjadi di istana, wartawan dipersulit melaksanakan shalat Jumat di Masjid Baiturrahim.

Baca Juga

”Ini pertama kali terjadi, wartawan dipersulit untuk melaksanakan shalat Jumat di Masjid Baiturrahim,” ungkap Casmo kepada Republika, Jumat (24/10).

Ia mengungkapkan, di era Presiden Soekarno maupun Presiden Soeharo, masjid Baiturrahim di lingkungan Istana, terbuka untuk siapa saja.

”Di zaman Pak Harto, Mensesneg (Menteri Sekretaris Negara) Soedharmono dan Menseskab (Menteri Sekretaris Kabinet) Moerdiono shalat Jumatnya di luar masjid, di bawah pohon rindang hanya beberapa meter dari Istana Merdeka,” ungkapnya.

Casmo menyebutkan, wartawan bebas shalat Jumat di mana saja. ”Masjid Baiturrahim dulu merakyat, terbuka bebas. Kini, tertutup kaca tebal. Masuk masjid pun bebas dari mana saja, kini pintu-pintu tertutup rapat dan penuh alat deteksi. Istana justru lebih bebas di zaman Pak Harto,” ungkapnya.

Wartawan Istana-dokumentasi pribadi-jpeg.image
Wartawan Istana (Dok. Pribadi)

Penulis buku Catatan Ringan Wartawan Istana, dari Gombyok Sampai Demo Dresden ini mengungkapkan, bila ada aturan protokoler di lingkungan istana, itu wajar. Karena di negara mana pun yang kita kunjungi, selalu ada hal semacam itu.

Sementara itu, Endang Mihardi, wartawan yang juga cukup lama bertugas di lingkungan Istana mengatakan, inikah kelebihan dari ‘Kabinet Indonesia Hebat’ dengan kabinet lainnya yang sangat menghormati rakyatnya yang mau melaksanakan shalat Jumat di Masjid istana, termasuk para wartawan. (ROL)

salam-online

Baca Juga