Dikeluarkan karena tak Mampu Bayar SPP, Kadisdik Makassar Jamin Ismail Bisa Kembali Bersekolah

SMK Negeri 1 Makassar-2-jpeg.imageMAKASSAR (SALAM-ONLINE): Kadis Pendidikan Kota Makassar Mahmud BM mengatakan, bahwa Ismail (17), siswa SMK Negeri 1 Makassar yang dikeluarkan dari sekolah tersebut karena tak mampu bayar SPP, harus kembali masuk sekolah tanpa harus membayar sepeser pun.

“Saya jamin, saya selaku kepala dinas yang menyuruh anak sekolah itu masuk kembali sekolah,” tegasnya melalui sambungan telepon, dikutip dari tribunnews, Ahad (16/11).

Begitu pula Kabag Humas Pemkot makassar Tenry Palalo yang mengomentari terkait keluhan Ismail ini, menyarankan agar Ismail kembali bersekolah.

Seperti diberitakan tribunnews, Ahad (16/11) Ismail mengeluhkan perlakuan pihak sekolah yang membebankannya membayar iuran SPP perbulan sebesar Rp 100 ribu perbulan, dan iuran pembangunan Rp 1,1 juta.

Dari penjelasan Ismail, perlakuan guru  di sekolah tidak begitu mendidik layaknya selama ini diberitakan media. Pihak sekolah itu hanya memikirkan iuran SPP, tanpa menjalankan kewajibannya mengajar siswa dengan baik.

“Bukan hanya saya sendiri pak, banyak temanku juga dikasih begini kasian,” jelasnya.

Jika ketentuan sekolah tersebut tidak ditepati oleh siswa, maka siswa akan dikeluarkan dari kelas ataupun tidak diberikan rapor, keluh Ismail.

Ayah Ismail, Mustaqim, menyebutkan bahwa ia tidak bisa membayar kebutuhan anaknya, karena saat proses anaknya itu dikeluarkan dari sekolah, ia sendiri mendekam di dalam Rutan kelas 1 Makassar akibat kasus kecelakaan lalu lintas.

Baca Juga

Upaya yang dilakukan Mustaqim agar pihak sekolah memberikan kebijakan kepada anaknya, tidak dikabulkan oleh pihak SMK 1 Makassar.

“Banyak sekali permohonanku sama pihak sekolah tapi saya malah diancam, bahkan ancaman itu dilakukan saat saya masih didalam sel melalui telepon,” ujar Mustaqim, Sabtu (15/11/2014) malam.

Sebagai seorang ayah, Mustaqim tidak tega melihat anaknya putus sekolah. Satu harapannya mencari nafkah selama ini, yakni menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi, dengan upaya apapun.

Saat ini, untuk mengisi kekosongan aktivitasnya, di siang hari Ismail menjadi buruh bangunan. Dan pada malam hari ia menjadi seorang pelayan di salah satu penjual bakso di Makassar.

Ismail hanyalah satu dari sekian banyak anak negeri ini yang, karena kemiskinan, tak bisa mengenyam pendidikan sebagaimana mestinya. (tribunnews)

salam-online

Baca Juga