Berakhirnya Sinterklas di Sebuah Mart Balikpapan

Sinterklas-6-jpeg.image

SALAM-ONLINE: Empat hari yang lalu Ustadz Saad, kawan saya, datang ke tempat saya dan bercerita bahwa kemarin ia dan istrinya berbelanja ke sebuah mart besar di Balikpapan.

Ia terkejut melihat para kasir dan pelayan sudah berbaju Sinterklas, menyambut Natal dan Tahun Baru Masehi. Maka, sontak ia menghampiri seorang pegawai yang benar-benar sudah memakai baju Sinterklas (dari atas sampai bawah ).

“Assalamu’alaikum,” sapanya.

“Wa’alaikum salam,” jawab si ‘Sinterklas’.

“Eh, Mas Muslim ya?”

“Iya, Pak”

“Kenapa kok pakai baju orang Kristen?” tanya Ustadz.

“Ya, ini perintah dari manajer saya, Pak”

“Siapa manajer kamu? Saya mau ketemu”

“Manajer saya namanya Pak Made, orang Bali,” jawab ‘Sinterklas’.

“Malah bagus, saya ingin ketemu”

Akhirnya si karyawan menyampaikan ke manajernya bahwa ada seorang ustadz yang mau berjumpa dengannya berkaitan dengan orang Islam disuruh pakai baju Sinterklas.

Akhirnya datanglah sang manajer. “Iya Pak Ustadz, ada apa?”

“Bapak ya yang perintahkan karyawan Bapak yang Muslim memakai baju Sinterklas?”

“Iya, Pak… Ini sudah aturan dari pusat”

Baca Juga

“Mengapa karyawan yang Islam harus dipaksa pakai baju Sinterklas, padahal Muslimah di Bali di tempat asal Bapak, karyawan-karyawan di sana dilarang pakai jilbab, mengamalkan agama adalah hak seseorang. Arti dari menghormati bukan dengan memakai pakaian yang tidak sesuai dengan keyakinan, tapi mempersilakan agama lain melaksanakan agamanya dengan aman dan nyaman,” tegas Ustadz.

“Baik Pak, saya sampaikan ke direksi saya dulu di Jakarta, saya minta no Hpnya Pak Ustadz”

Malam harinya ada telepon masuk ke Hpnya Pak Ustadz. Nomor tidak dikenal.

“Assalamualaikum,”

“Wa’alaikum salam ,” jawab Pak Ustadz.

“Pak Ustadz, saya dari Lottemart Pusat Jakarta”

“Oooh…iya, bagaimana Pak, kok karyawan Bapak yang Muslim diharuskan pakai baju Sinterklas?”

“Ooh maaf Pak Ustadz, jadi tidak boleh ya?”

“Ya iya”

“Baik Pak Ustadz, mulai besok saya suruh pakai baju seragam biasa aja karyawan saya”

“Alhàmdulillah”

Wah senangnya berhasil mereformasi kebiasaan orang-orang di luar Islam yang memaksakan pakaian keagamaan mereka ke orang Islam.

Dan ternyata kita bisa berbuat walaupun sendirian, apalagi kalau kita bersatu, ramai-ramai mereformasi toko-toko yang maksain harus pakai baju keagamaan mereka.

(Kisah dan pengalaman seorang Ustadz di Balikpapan)

Baca Juga