“Yang Bolehkan Umat Islam Ucapkan Selamat Natal Harus Syahadat Lagi”

Koordinator Lapangan Gerakan Masyarakat Jakarta KH Endang-2-jpeg.image
Koordinator Lapangan Gerakan Masyarakat Jakarta KH Endang

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Setiap jelang 25 Desember, ucapan selamat Natal selalu jadi kontroversi di kalangan ulama dan masyarakat. Padahal urusan keyakinan itu Al-Qur’an sudah sangat jelas, “Bagimu agamamu, bagiku agamaku.”

Dan, jika umat ini ingin mencontoh dan mengikuti kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salllam, beliau tak pernah mengucap “selamat” untuk hari perayaan agama lain seperti “selamat natal”.

Koordinator Lapangan Gerakan Masyarakat Jakarta KH Endang menyayangkan ada tokoh dan pemimpin umat yang membolehkan kaum Muslimin mengucapkan ‘selamat natal’.

“Ulama yang mengizinkan umat Islam mengucapkan selamat natal harus syahadat lagi,” ujarnya, Selasa (23/12) di Jakarta, seperti dikutip Republika Online.

Konteksnya, Kiai Endang menyindir Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan mantan Ketua PP Muhammadiyah Syafi’i Maarif serta pengasuh Ponpes Tebuireng KH Salahudin Wahid yang akrab dipanggil Gus Solah.

Baca Juga

Pelarangan ucapan selamat Natal, ujarnya, sudah ada dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dikeluarkan Buya Haji Abdul Malik Karim Amarullah (Hamka) pada 7 Maret 1981. Dalam fatwa itu, umat Islam yang mengucapkan selamat Natal hukumnya haram.

Fatwa tersebut juga berisi larangan penggunaan atribut Natal. Hingga kini pun, fatwa tersebut belum dicabut.

Selain menyuruh syahadat lagi, Ketua Umum MUI Din Syamsuddin yang juga Ketua PP Muhammadiyah itu dimintanya untuk memperdalam Islam lagi. “Tanya ke orang yang mengerti,” katanya. (ROL)

salam-online

Baca Juga