Ini Tindakan Kriminal yang Kerap Imigran Lakukan

P1040289BOGOR (SALAM-ONLINE): Penelusuran anggota tim Jurnalis Islam Bersatu (JITU) untuk menggali gaya hidup para imigran mengantarkan kami kepada sejumlah petunjuk.

Warga mengaku, para imigran biasa berkumpul di sebuah hotel berinisial HK di pinggir Jalan Raya Puncak, Bogor, Jawa Barat.

Namun sayang, saat kami datangi lokasi keesokan harinya, para imigran menolak untuk diwawancara. Pihak warga di sekitar lokasi pun terlihat irit bicara saat kami mengorek informasi lebih jauh.

Beberapa wanita lokal di hotel tersebut langsung bersembunyi ke dalam ketika mengetahui kedatangan kami.

Tepat di samping hotel berinisial HK, kami juga menemui hotel berinisial HM. Di sana, tampak satu dua-perempuan berpakaian minim di tengah Puncak yang dikenal sebagai kawasan berhawa dingin itu.

Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Yanyan Hendayani, memiliki sejumlah data tentang tindakan kriminal para imigran.

“Ada banyak, seperti penipuan, uang palsu, perkelahian, baik dengan warga atau sesama imigran, termasuk pelecehan seksual,” ujarnya saat kami temui di kantor Kecamatan Cisarua.

Keresahan para warga, kata Yanyan, sebenarnya dipicu oleh para imigran sendiri. Seperti sikap enggan untuk berbaur karena merasa hanya menumpang transit. “Apalagi adat dan budaya mereka berbeda,” ujar Yanyan yang menjelaskan “kehidupan” para imigran banyak berlangsung di malam hari.

Hal senada juga dikatakan warga setempat. Masyarakat mengaku resah dengan sikap para imigran karena dinilai tidak relijius. Padahal Bogor dikenal sebagai kabupaten dengan mayoritas Muslim. “Saat Jum’atan, mereka gak shalat Jum’at,” ujar seorang warga yang ditemui di desa Batulayang.

Baca Juga

Yanyan menjelaskan, rata-rata para imigran memegang surat sertifikat UNHCR. Namun tidak sedikit di antara mereka mengantongi surat yang habis masa berlakunya. “Ada juga yang datang tanpa surat-surat,” ujarnya saat ditemui di Kecamatan Cisarua.

Yanyan menerangkan, para imigran di Kecamatan Cisarua tersebar di sejumlah daerah di Kabupaten Bogor, di antaranya di Kopo, Cisarua, Batulayang, Cibeureum, Tugu Utara, Tugu Selatan, Citeko, dan Leuwimalang.

Bukan hal mudah bagi pihak kecamatan untuk mendata jumlah imigran. Setiap kali ada pendataan, para imigran menunjukkan sikap tidak senang.

Sedangkan ketika pihak kecamatan melakukan penyuluhan atau pemeriksaan, para imigran akan segera pindah untuk mencari tempat lain.

“(Mereka pindah) masih di sekitaran kita juga, cuma sudah beda tempat. Makanya, jumlah mereka ini fluktuatif,” ujarnya.

Yanyan mengaku, ada jurang komunikasi antara pihak UNHCR dengan pihak aparat setempat. Kecamatan Cisarua sendiri tidak pernah dikabari UNHCR terkait kedatangan maupun kepergian para imigran. “Kalaupun ada laporan datangnya ya dari pemilik kontrakan,” ujar Yanyan.

Laporan Azeza Ibrahim Rizki dan Andi Ryansah

Baca Juga