Di Tengah Teror Ekstremis Gereja di Papua, PM Inggris Serukan Pemberantasan ‘Islam Ekstrem’ di Indonesia

Perdana Menteri David Cameron-jpeg.image
Perdana Menteri David Cameron

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Kompas.com, mengambil sumber BBC Indonesia, Ahad (26/7), melansir rencana kunjungan Perdana Menteri Inggris David Cameron ke Indonesia, sebagaimana sudah berlangsung. Cameron sudah membuat beberapa kesepakatan dengan Jokowi, termasuk yang terkait dengan “terorisme”.

Namun, di tengah negeri ini sedang diliputi tragedi aksi teror ekstremis gereja di Papua terhadap umat Islam yang sedang shalat Id, Jumat (17/7) lalu, baik Kompas.com maupun BBC Indonesia memberitakan kunjungan Cameron itu dengan judul ‘PM Inggris Dukung Indonesia Lawan Islam Ekstrem’.

“Kunjungan Cameron akan berlangsung di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa cabang berikutnya kelompok yang menamakan diri mereka Negara Islam dapat muncul di wilayah tersebut,” tulis BBC Indonesia yang dikutip Kompas.com, Minggu (26/7).

Cameron juga berencana untuk belajar dari Indonesia dan Malaysia dalam cara mereka menanggulangi ideologi ekstremis dan mendorong toleransi, agar melihat apakah Inggris bisa mengikuti pendekatan kedua negara tersebut.

Jelas, pernyataan Cameron yang diusung media mainstream itu sangat paradoks dan telah menutup mata dari realitas bahwa di Indonesia sedang diliputi suasana peristiwa aksi terorisme yang dilakukan oleh massa Gereja Injili di Indonesia (GIDI) terhadap umat Islam di Tolikara, Papua.

Baca Juga

“Benar-benar ndeso! Di tengah Aksi Teror Ekstremis Gereja di Papua, PM Inggris Serukan Pemberantasan Islam Ekstrem di Indonesia,” kata Peneliti Terorisme dari Indonesia Crime Analyst Forum (ICAF), Mustofa B. Nahrawardaya, dalam rilis yang diterima redaksi, Selasa (28/7).

P1050561
Mustofa B. Nahrawardaya

“Ini akibat PM Inggris yang tidak pernah baca media Islam, sehingga informasi yang diterimanya tidak seimbang terkait perkembangan dunia Islam,” lanjut aktivis Muhammadiyah ini.

Ia juga menyesalkan Media Mainstream cenderung menutupi fakta demi “stabilitas nasional”. “Tapi efek negatifnya, orang Barat yang ber ‘tuhan’ pada Media Sekuler itu akan tersesat jalan berpikirnya,” ujarnya. (mus/salam-online)

Baca Juga