Dokter Mesir Surati Raja Salman Terkait Adanya Kejanggalan pada Peristiwa Mina

Image processed by CodeCarvings Piczard ### FREE Community Edition ### on 2015-09-27 15:49:37Z | | ÿëððÿëïðÿëïðÿבïSALAM-ONLINE: Sejumlah media, baik dalam skala nasional maupun internasional, masih menjadikan peristiwa Mina sebagai isu seksi. Bagi yang anti-Saudi, khususnya media-media pro Iran, adalah kesempatan untuk membuat opini buruk terhadap negara penjaga dua tanah suci itu.

Sebaliknya, bagi yang pro, mencoba mengungkap fakta apa yang sesungguhnya terjadi—sebagai sesuatu yang tak semata kesalahan dari Saudi, karena negara pimpinan Raja Salman bin Abdul Aziz ini sudah berusaha memberikan pelayanan terbaiknya bagi jamaah haji dari berbagai penjuru dunia.

Maka, berbagai spekulasi bermunculan, kenapa peristiwa itu bisa terjadi. Padahal jalur menuju jamarat di Mina, juga tempat melempar jumroh yang dibangun bertingkat, seharusnya mustahil jamaah berdesak-desakan, apalagi bertemu (berhadapan) antara rombongan yang baru selesai melempar jumroh dengan yang menuju dari arah sebaliknya.

Belum dipastikan penyebab kejadian itu, karena pemerintah Saudi pun belum merilis hasil investigasinya, lalu seorang dokter Mesir, mantan penasihat Departemen Kesehatan dan Kependudukan, Abdul Hamid Fauzi, mengirim surat kepada Raja Salman bin Abdul Aziz, meminta jasad korban tragedi Mina diotopsi dulu oleh tim forensik sebelum dimakamkan.

Dokter kelahiran Mesir yang saat ini menetap di Saudi itu mengungkapkan, setelah mengunjungi rumah-rumah sakit yang merawat korban tragedi Mina, ia yakin adanya tangan-tangan kotor yang melakukan perbuatan keji secara sistematis sehingga terjadilah musibah itu.

“Di balik musibah yang mengerikan ini ada yang meledakkan gas beracun di tengah lautan jemaah haji, sehingga mengakibatkan banyak korban meninggal,” ungkap Abdul Hamid Fauzi seperti dilansir CairoPortal.com, Senin (28/9).

Berikut isi surat Dokter Abdul Hamid Fauzi kepada Raja Salman:

Dari warga Mesir kepada tuan Penjaga Dua Masjid Suci yang semoga dilindungi Allah

Hari ini, wahai tuanku, saya mendapatkan pengalaman tragis ketika mencari keponakanku yang hilang paska insiden Mina yang mengerikan itu. Saya merasa tenang, setelah berkeliling mencari dari jam enam pagi hingga delapan malam, dan mendapatkan keponokanku dalam keadaan baik-baik saja. Alhamdulillah.

Namun, selama saya mencari keponakanku di seluruh rumah sakit di Mina, Arafah, Makkah dan Jeddah dan bertanya kepada seluruh lembaga medis tanpa terkecuali, termasuk Direktorat Kesehatan di Makkah dan berdasarkan pengalamanku 30 tahun lebih di departemen kesehatan, saya menemukan dua catatan penting yang ingin saya sampaikan kepada Anda. Saya berpikir, satu dari dua catatan itu harus menjadi kebanggaan dan catatan lainnya merupakan masalah serius yang harus diperhatikan oleh seluruh masyarakat.

Catatan Pertama:

Tingkat layanan di semua rumah sakit yang saya kunjungi, layak dibanggakan Kerajaan dan kita semua sebagai warga Arab. Yang saya maksud di sini bukan hanya bangunan dan peralatannya saja (ini sudah diketahui oleh masyarakat luas). Namun yang saya maksud di sini mengenai pelayanan para petugas.

Anda berhasil wahai tuanku membangun warga Saudi yang paham dengan kondisi yang dialami negara mereka setelah bencana ini. Pelayanan mereka baik dan membantu dengan cinta dan kasih sayang. Saya mendapati sikap baik para petugas itu di lembaga-lembaga kesehatan, mulai dari Direktur Direktorat Urusan Kesehatan di Makkah hingga penjaga keamanan di pintu rumah sakit.

Baca Juga

Bukan saya saja yang merasakan pelayanan itu karena saya berprofesi dokter. Akan tetapi, saya menyaksikan sikap itu diberlakukan kepada orang-orang seperti saya yang mencari sanak keluarga yang hilang. Saya ucapkan selamat dari hati terdalam atas kesuksesan Anda dalam hal ini.

Catatan Kedua:

Ini yang saya pikir sangat serius yang harus kita perhatikan, teliti dan selidiki. Saya melihat mayoritas korban selamat, yang saya saksikan sendiri, mengalami kondisi aneh: mulai dari amnesia, tidak ada sedikit pun goresan, memar atau luka di tubuh mereka. Ini terjadi bukan hanya pada satu atau dua korban, namun pada puluhan korban sehingga memaksa rumah sakit menulis nama pasien dengan nama Majhul (tidak diketahui) karena pasien tidak mampu mengingat namanya, nama negaranya atau di mana dia berada saat ini.

Begitu juga, ada puluhan korban meninggal yang disimpan di lemari pendingin tidak ditemukan di tubuh mereka luka sedikit pun yang memungkinkan kita menilai penyebab kematian mereka, sehingga tim forensik harus turun tangan untuk menyelidiki penyebab kematian mereka. Saya berharap tim forensik segera turun tangan untuk menyelidiki kejanggalan ini dalam rangka menjaga nyawa umat Islam. Karena, insiden semacam ini dan hasilnya bertolak belakang dengan logika serta nalar, sehingga menegaskan kecurigaan seorang ahli.

Saya menduga, dalam kejanggalan ini, ada tangan berdosa yang meledakkan bom gas di tengah lautan jamaah haji yang berdesak-desakan sehingga mengakibatkan korban meninggal dan luka-luka. Tidak hanya saya yang curiga dengan insiden ini, dokter-dokter senior di rumah sakit-sakit juga sama seperti saya.

Catatan Terakhir:

Ini adalah pengakuan polos seorang petani perempuan Mesir dari kota Dimyath (kota Mesir yang terletak di muara Delta Nil) kepada saya setelah saya bertanya, “Apa yang terjadi wahai Bu Haji?”

Saat itu, dalam keadaan setengah sadar, ibu ini kemudian mengatakan, “Setelah kami melewati Muzdalidah, di belakang kami berjalan jamaah besar dari Afrika, orang-orang dari negara hitam. Tiba-tiba kami bertemu dengan jamaah yang disebut dari Iran. Mereka berhenti di hadapan kami, sampai-sampai saya mengeluarkan perkataan kasar kepada mereka. Mereka membuat hajiku sia-sia (karena aku berkata kasar, ed). Semoga Allah mengampuniku dan mengampuni yang lain. Seketika itu saya melihat ke belakang, saya mendapati orang saling bertabrakan, saya pun pingsan, kemudian saya sadar dan saya sudah berada di sini.”

Ini, wahai tuanku, kesaksian petani Mesir supaya menjadi perhatian khusus dari Anda, jika kita cocokkan ini dengan foto yang menyebar mengenai kondisi korban meninggal dan jika kita memperhatikan kasus kehilangan kesadaran dan amnesia yang mereka alami. Tidak didapatkan dalam kamus medis, berdesak-desakan mengakibatkan hilangnya ingatan secara keseluruhan.

Tuanku Penjaga Dua Masjid Suci, ini adalah jeritan warga Muslim Mesir, yang cinta agama dan negaranya. Semoga jeritan ini sampai kepada Anda. Kiranya Allah menjaga Anda, negara Anda, warga Arab dan kaum Muslimin.

Saudara Kalian
dr. Abdul Hamid Fauzi Ibrahim Abu Sa’ad
Mantan Penasihat Departemen Kesehatan dan Kependudukan Mesir

Demikian teks surat yang dishare aktivis melalui halaman mereka di berbagai situs jejaring sosial dan lisan dr. Abu Sa’ad. (hunef/tony)

Baca Juga