Ini Agen Khusus Zionis Penebar Teror di Palestina yang ‘Berpura-pura Menjadi Arab’

Zionis Menyamar, lalu menangkap warga Palestina-1-jpeg.image
Ini agen anggota pasukan khusus penyamar ‘elit’, berpakaian jins, t-shirt dan berkaffiyeh, bertugas menyamar dan menyusup ke barisan demonstran Palestina, lalu menangkap dan membunuh para pemuda demonstran tersebut

SALAM-ONLINE: Pekan lalu muncul video yang menunjukkan unit keamanan Zionis yang menyamar, menyerang, menembak, menangkap dan membunuh demonstran Palestina. Para agen yang mengenakan celana jins dan t-shirt dengan kaffiyeh di wajah mereka tersebut, dilaporkan telah menyusup ke dalam sekelompok pemuda Palestina yang melemparkan batu selama sekitar 30 menit sebelum berbalik dan mengarahkan tembakan pada mereka.

Dalam hitungan detik, para agen itu melakukan operasi mereka, didukung oleh sejumlah tentara “Israel” yang mengenakan seragam lengkap.

Para agen yang terlibat dalam serangan itu adalah bagian pasukan khusus dari unit penyamar “elit” yang disebut “Duvdevan”. Juru bicara “Israel” Occupation Forces (IOF) Peter Lerner menegaskan tentang partisipasi unit tersebut, dengan memposting klip tentaranya di Twitter.

Unit Duvdevan, dan unit lainnya yang sejenis, dikenal secara kolektif sebagai ‘Mista’arvim’ dalam bahasa Ibrani atau “Musta’rabeen” dalam bahasa Arab, yang secara harfiah berarti “berpura-pura menjadi Arab”.

Unit-unit yang pada hakikatnya sebagai penebar teror ini akan meniru demonstran Palestina dan menyusup di antara warga Palestina. Anggota unit menjalani latihan keras, terutama tentang kebiasaan, budaya dan dialek lokal untuk membuat mereka tidak bisa dibedakan ketika berada di antara masyarakat Palestina. Penyamaran menggelikan yang pernah dilakukan oleh agen Zionis di masa lalu di antaranya berpakaian seperti laki-laki tua atau perempuan Palestina yang berpura-pura menggendong bayi.

Meskipun sedikit yang diketahui tentang Mista’arvim, kelompok teroris Zionis ini diduga terdiri dari empat unit selektif, dua di antaranya milik tentara “Israel”, yaitu Duvdevan (dalam bahasa Ibrani berarti cherry) yang bekerja di Tepi Barat, dan yang kedua Shamshon (Samson) beroperasi di Jalur Gaza. Unit ketiga dilaporkan milik polisi perbatasan dan keempat beroperasi secara ketat di wilayah Yerusalem milik polisi penjajah tersebut.

Unit yang menyamar digunakan untuk mengumpulkan informasi bagi penjajah Zionis sejak mereka membentuk tanah jajahan di Palestina. Namun selama Intifadhah Pertama, peran mereka berubah menjadi agen intelijen.

Pada 1986, tak lama sebelum pecahnya Intifadhah Pertama, pasukan Duvdevan didirikan dengan tujuan utama untuk mengidentifikasi, menemukan, menangkap, atau membunuh warga Palestina di Tepi Barat.

Baca Juga

Ruang lingkup operasinya berkembang mengikuti Persetujuan Oslo dan penarikan IOF dari wilayah di bawah kontrol Otoritas Palestina. Setelah pecahnya Intifadhah Kedua, Duvdevan terus beroperasi di Tepi Barat dan di puncak aktivitasnya, menurut laporan The Israeli Democracy Institute, mereka melakukan operasi setiap hari.

Sebuah kelompok yang menyusun laporan tentang Mista’arvim, mencatat penggunaan unit menyamar untuk membunuh target Palestina pada 1987. Palestine Human Rights Information Center percaya metode ini kemudian diam-diam diadopsi sebagai kebijakan di bulan-bulan pertama Intifadah Pertama, di bawah kewenangan Menteri Pertahanan penjajah Yitzhak Rabin.

Selama empat tahun pertama Intifada Pertama, 75 warga Palestina meninggal oleh agen rahasia Zionis atau tentara yang menyamar sebagai warga sipil. PHRIC mendokumentasikan 29 kasus pada 1991, tahun keempat Intifadhah, dan menemukan bahwa tidak ada korban yang terlibat dalam pertempuran ketika mereka dibunuh. Sebelas orang mengambil bagian dalam demonstrasi non-kekerasan, sementara 14 orang sedang melakukan kegiatan normal sehari-hari. Dalam semua kasus tidak ada peringatan yang diberikan, juga tak ada upaya untuk menangkap korban sebelum penembakan, menurut PHRIC.

Peran mereka sebagai “hit-men” tidak terbatas pada Intifadhah. Pada 2008, tentara Zionis yang menyamar sebagai demonstran Palestina mengeksekusi empat warga Palestina di Bethlehem, Tepi Barat.

“Orang-orang Palestina adalah pejuang, tapi mereka tidak berada dalam situasi pertempuran pada saat itu. Mereka duduk di dalam mobil, menunggu makan malam mereka. Pasukan khusus ‘Israel’ melaju, menyamar sebagai warga sipil Palestina, dan melepaskan tembakan tanpa peringatan,” kata Jared Malsin, seorang wartawan dari kantor berita Ma’an.

Kegiatan unit penyamar “Israel” selalu diliputi kerahasiaan. Pada 1988 tiga wartawan dari Reuters dan Financial Times dicabut izin persnya setelah menulis berita tentang keberadaan pasukan penyamar yang beroperasi di Tepi Barat. Sampai pada 1991 keberadaan mereka secara resmi diakui oleh tentara Zionis ketika TV “Israel” menyiarkan segmen 15 menit tentang rekaman unit Duvdevan yang menyamar sebagai laki-laki dan perempuan Palestina dalam operasi pencarian dan penangkapan di desa Tepi Barat yang tidak disebutkan namanya.

Keberadaan mereka dinilai melanggar hukum internasional dan aturan militer “Israel” sendiri. Kelompok hak asasi manusia al-Haq menekankan, agen militer yang menyamar dengan pakaian sipil untuk pengkhianatan, adalah salah satu kejahatan yang paling serius dalam hukum internasional. Pembunuhan di luar hukum, seperti insiden 2008, juga ilegal menurut hukum internasional. Pedoman “Israel” sendiri pada Peraturan Warfare (2006) menyatakan bahwa “penyamaran sebagai seorang warga sipil non-kombatan” adalah hal yang dilarang. (EZ/salam-online)

Sumber: middleeastmonitor

Baca Juga