Ini 5 Alasan Beramah-tamah dengan Netanyahu dan ‘Israel’ Adalah Tindakan yang Salah

Netanyahu bersama wartawan Indonesia
Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu saat menerima beberapa wartawan Indonesia, Senin 28 Maret 2016

SALAM-ONLINE: Pertemuan beberapa wartawan Indonesia dengan Perdana Menteri penjajah, Benjamin Netanyahu, Senin (28/3), mendapat sorotan tajam dari ormas Hidayatullah. Melalui Risalah berjudul “Kenapa Beramah-tamah dengan Netanyahu dan ‘Israel’ Itu Sebuah Tindakan yang Salah?”, Departemen Hubungan Luar Negeri Hidayatullah DPP Hidayatullah dalam rilisnya di situs Hidayatullah.or.id, Selasa (29/3), menyampaikan 5 alasannya:

“Pertama, karena Netanyahu adalah pemimpin sebuah organisasi teroris dan penjajah yang melakukan pembunuhan, penghancuran dan perampasan tanah Palestina sejak Mei 1948,” demikian rilis ormas Islam yang cabang-cabangnya menyebar di seantero Nusantara ini, Selasa, 20 Jumadil Akhir 1437 H/29 Maret 2016 M.

Menurut Hidayatullah, “Israel” merupakan organisasi teroris dan penjajah. Bukan sekadar pelaku state terrorism, karena “Israel” adalah teror itu sendiri sejak sebelum diumumkan keberadaannya secara internasional. Palestina yang menjadi tempat hidup damai antara kaum Muslimin, Kristen, dan Yahudi sejak dibebaskan Shalahuddin Al-Ayyubi pada 1187, menjadi kacau sejak penjajah Inggris masuk pada 1917, dan semakin kacau sejak Inggris menyerahkan Palestina kepada gerakan zionis internasional, untuk kemudian diumumkan secara sepihak di atasnya berdiri negara palsu bernama “Israel” pada 14 Mei 1948.

Kedua, karena Netanyahu bertanggungjawab atas banyak kejahatan terorisme, baik pada periode pertamanya jadi gembong “Israel” (1996-1999) maupun pada periode keduanya (2009-sekarang).

“Kejahatan terorisme berskala luas yang menjadi tanggung jawabnya, baik di kawasan Palestina yang terjajah, di kota Jerusalem atau Al-Quds, di Tepi Barat, dan terutama di Gaza. Di antaranya ialah serangan terorisme besar-besaran yang dilancarkan selama 8 hari ke Jalur Gaza pada November 2012 dan selama 51 hari dari Juli sampai September 2014, yang membunuh lebih dari 3 ribu orang warga, termasuk ratusan anak-anak di bawah usia 15 tahun, dan membuat cacat seumur hidup dan luka-luka, serta guncangan jiwa lebih banyak lagi warga Gaza,” tulis Hidayatullah.

Ketiga, karena Netanyahu pendukung utama semua usaha jahat, baik yang dilakukan oleh parlemen, pemerintah, aparat bersenjata, maupun oleh para permukim ilegal Yahudi “Israel”, dalam rangka menghancurkan Masjidil Aqsha secara sistematis.

Dimulai sejak Juni 1967 dengan pengepungan Masjidil Aqsha, penggalian terowongan-terowongan di bawah pondasi Masjidil Aqsha, pengusiran sistematis warga Palestina dari sekitar Masjidil Aqsha, penghancuran rumah-rumah dan perampasan tanah-tanah, teror terus-menerus, terutama di Jerusalem atau Al-Quds Timur. Sampai dibolehkannya rombongan-rombongan permukim ilegal Yahudi masuk ke Masjidil Aqsha dan melakukan ritual Yahudi di dalam masjid, penangkapan dan penyiksaan  pemuda-pemuda jama’ah Masjidil Aqsha.

“Sekarang sebuah rancangan undang-undang sedang dibahas diKnesset parlemen ‘Israel’ untuk membagi komplek Masjidil Aqsha yang luasnya 14,4 hektar menjadi dua: separuh untuk Muslim, separuh untuk Yahudi.”

Baca Juga

Keempat, karena Pengadilan Nasional Spanyol melalui keputusan yang dikeluarkan oleh Hakim Jose de la Mata (12 November 2015) telah memerintahkan seluruh otoritas hukum dan keamanan Spanyol untuk memasukkan nama Benyamin Netanyahu dan enam penjahat “Israel” lainnya ke dalam database nasional kepolisian Spanyol, untuk ditahan apabila sewaktu-waktu memasuki wilayah negeri itu.

“Keputusan Pengadilan Nasional Spanyol itu berkaitan dengan kejahatan ‘Israel’ berupa serangan bersenjata di perairan internasional atas kapal bantuan kemanusiaan Mavi Marmara (31 Mei 2010) yang sedang dalam proses investigasi oleh International Criminal Court (ICC) di The Hague,” ungkap Hidayatullah.

Dalam serangan itu, papar organisasi yang berpusat di Balikpapan ini, teroris Zionis itu telah membunuh 10 orang relawan kemanusiaan dan mencederai lebih dari 50 orang, serta merampas ribuan ton bantuan kemanusiaan dan perlengkapan relawan. Tindakan hukum terhadap kejahatan Netanyahu dan “Israel” terhadap Mavi Marmara dan kapal kemanusiaan lain itu juga sedang diproses di pengadilan Afrika Selatan dan Turki.

Kelima, karena beramah-tamah dengan gembong teroris Netanyahu sama dengan mencela sikap yang telah dipegang Indonesia sejak merdekanya yang mengutuk semua bentuk penjajahan dan bertekad menghapusnya. Kunjungan dan ramah-tamah dengan Netanyahu dan “Israel”, berarti melegitimasi penjajahan dan teror itu dengan memperlakukan organisasi teror dan gembong terorisme sebagai negara dan negarawan.

“Apalagi pada saat yang sama dengan mengabaikan warga Palestina yang merupakan korban  teror dan penjajahan yang sudah berlangsung selama 68 tahun, yang sedang berjuang melakukan perlawanan terhadap terorisme dan penjajahan ‘Israel’ sebagaimana pernah dilakukan rakyat Indonesia terhadap penjajah Belanda,” demikian Hidayatullah yang menutup pernyataannya dengan menyitir Qur’an surat Al-Qalam ayat 8-13:

فَلَا تُطِعِ الْمُكَذِّبِينَ وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ  وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَّهِينٍ هَمَّازٍ مَّشَّاءٍ بِنَمِيمٍ مَّنَّاعٍ لِّلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ عُتُلٍّ بَعْدَ ذَٰلِكَ زَنِيمٍ

“Maka janganlah kamu mentaati orang-orang yang mendustakan (ayat-ayat Allah dan Utusan Allah). Mereka menginginkan engkau bersikap lunak, lalu mereka bersikap lunak pula. Dan janganlah engkau patuhi setiap orang yang suka bersumpah dan suka menghina, suka mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah. Yang merintangi segala yang baik, yang melampaui batas dan banyak dosa, yang bertabiat kasar, selain itu juga terkenal kejahatannya.” (s)

Sumber: Hidayatullah.or.id

Baca Juga