Banyak Prasangka Buruk terhadap Pers Islam, Prof Bagir Manan: “Kita tak Perlu Surut”

Prof Dr Bagir Manan (kanan) saat menjadi pemateri dalam acara ‘Penyusunan Standar Literasi Media Islam Online’ yang digelar Ditjen Bimas Islam Kemenag RI di Hotel Lumire, Jakarta Pusat, 20-22 April 2017. (Foto: EZ/Salam-Online)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Mantan Ketua Dewan Pers periode 2010-2013 dan 2013-2016 Prof Dr Bagir Manan, SH, MCL, mengatakan stigma media hoax yang diarahkan kepada media Islam perlu disikapi di tengah berkembangnya dunia informasi.

“Persoalan hoax sadar tidak sadar menjadi polemik besar dalam dunia perkembangan informasi. Tuduhan terhadap pers Islam banyak prasangka buruk, kita tidak perlu surut, hanya saja bagaimana kita konsolidasikan bahwa media Islam tidak kalah dengan pers yang lain,” ujar Bagir Manan saat menjadi pembicara di hari kedua, Jumat (21/4) Workshop ‘Penyusunan Standar Literasi Media Islam Online’ yang diselenggarakan oleh Ditjen Bimas Islam Kemenag RI di Hotel Lumire, Jakarta Pusat, 20-22 April 2017.

Ketua Dewan Pers selama enam tahun (2010-2016) itu menuturkan bahwa pers yang baik, pertama, adalah pers yang dapat membangun profesionalisme dan tuntutan profesionalsime yang memiliki ide cemerlang.

“Pers Bukan sekadar untuk mencari uang. Ada unsur cita-cita. Kita membangun pers karena cita-cita, bukan mengisi waktu,” kata Bagir.

Kedua, kalau kita bicara profesionalisme pers maka standar pers baku harus dibiasakan dalam pekerjaan. “Misalnya soal cek akurasi, cover both side menjadi bagian dari kesadaran,” terangnya.

Baca Juga

Ketiga, perlu kejujuran dan kehormatan bahwa ini pekerjaan terhormat, bukan pekerjaan biasa.

Keempat, lanjut Bagir, pers perlu membangun lembaga yang dapat dipercaya jika ingin dipercaya oleh masyarakat.

“Menurut saya, prinsip-prinsip itu harus dibangun dengan melakukan pelatihan-pelatihan mengusahakan memperbaiki diri kita. Syarat hukum mesti kita penuhi, kita berhak atas perlindungan hukum,” jelasnya.

Kegiatan yang menggandeng sejumlah portal media Islam online ini dinilai penting untuk merajut literasi dan menghindarkan diri dari berita-berita palsu (hoax).

Kegiatan yang berlangsung sejak Kamis (20/4) hingga Sabtu (22/4) di Hotel Lumire Jakarta Pusat ini, menghadirkan beberapa tokoh dan pakar. (EZ/Salam-Online)

Baca Juga