GNPF-MUI: Pertemuan di Istana Kebutuhan Kedua Belah Pihak

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Pertemuan yang berlangsung antara tujuh perwakilan Gerakan Nasional Pengawal Fatwa- Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, pada momen Idul Fitri 1 Syawal 1438 H (25/6/2917) lalu merupakan kebutuhan kedua belah pihak.

Demikian diungkapkan oleh Ketua GNPF-MUI Ustadz Bachtiar Nasir (UBN) dalam konferensi pers di di Arrahman Qur’anic Learning (AQL) Islamic Center, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (27/6).

“Ini kebutuhan kedua belah pihak untuk berdialog. Ini saya kira sebuah keniscayaan, bukan satu pihak, momennya pun bertepatan dengan saling bersilaturahim,” ungkap UBN.

Seperti diketahui, pada momen open house Idul Fitri, Ahad, 25 Juni 2017, Presiden Joko Widodo menerima tujuh perwakilan GNPF-MUI yang dipimpin Ustadz Bachtiar Nasir di ruang Oval Istana Presiden. Presiden didampingi Menkopolhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan Mensesneg Pratikno.

Dengan demikian, menurut UBN, pertemuan itu bukanlah permintaannya, namun GNPF menggagas pertemuan tersebut.

“Pertemuan dengan presiden dikesankan kami yang meminta. Yang benar, bukan meminta, tapi menggagas terjadinya dialog antara GNPF dengan Presiden,” kata Bachtiar Nasir.

Baca Juga

Ia menjelaskan, sebenarnya keinginan GNPF-MUI bertemu Presiden sudah dijajaki saat aksi 4 November 2016 yang dikenal dengan Gerakan 411. Namun, dialog itu tak terjadi.

“Andai saat itu (pada aksi 411) terjadi pertemuan dan ada dialog dengan Presiden, tak akan ada aksi-aksi lanjutan seperti 212 dan seterusnya,” terang UBN.

Dikatakan, pertemuan dengan Presiden berlangsung dengan baik. “Terungkap, Presiden selama ini tidak ini justru tidak pernah merasa mengkriminalisasi Ulama dan aktivis Islam,” ujarnya setelah pihak GNPF-MUI memberitahukan hal ini kepada Presiden.

Dalam konferensi pers kemarin juga diungkapkan bahwa pertemuan GNPF-MUI dengan Presiden adalah sepengetahuan, seizin dan restu dari Ketua Dewan Pembina GNPF Habib Rizieq Syihab yang saat ini berada di Yaman. Sebab, menurut Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Ustadz Sobri Lubis, sebagaimana dikatakan UBN, Imam Besar FPI itu juga sejak Aksi 411 sudah menghendaki adanya dialog. (S)

Baca Juga