Pejabat PBB Ini Bela Palestina, Penjajah ‘Israel’ Memintanya Dipecat

Koordinator Pembangunan dan Bantuan Kemanusiaan PBB untuk Palestina, Robert Piper, di Gaza, 19 Januari 2017. (Foto: Ashraf Amra/Anadolu Agency)

SALAM-ONLINE: Penjajah ‘Israel’ telah mengirim surat kepada PBB dan meminta agar mereka memecat Koordinator Pembangunan dan Kemanusiaan PBB untuk Palestina, Robert Piper.

Penjajah ‘Israel’ mengancam untuk menolak izin tinggalnya jika Piper dipecat. ‘Israel’ merasa Piper kerap membuat pernyataan yang menghasut dan menghina penjajah itu.

Selain itu, jika Piper tidak dipecat, ‘Israel’ akan merasa sulit untuk terus bekerjasama dengannya. Artinya, hal itu akan menghambat koordinasi bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina.

Piper, yang lahir di Australia, telah bekerja di badan pembangunan PBB selama lebih dari 30 tahun. Sejak 2015, ia dipercaya menjabat Koordinator Pembangunan dan Kemanusiaan untuk Wilayah Pendudukan Palestina.

Selama dua tahun menjabat sebagai koordinator, Piper kerap menimbulkan kebencian terhadap ‘Israel’. Pekan lalu, pada 50 tahun pendudukan ‘Israel’ di Tepi Barat, Yerusalem dan Dataran Tinggi Golan, Piper menyatakan kritik keras terhadap ‘Israel’.

Baca Juga

“Okupasi atau pendudukan itu buruk. Tinggal di bawah kekuasaan militer asing selama bertahun-tahun menghasilkan keputusasaan, tercekik inisiatif dan meninggalkan generasi dalam semacam limbo (tempat bagi orang yang dibuang atau dilupakan) politik dan ekonomi,” ujar Piper seperti dilansir Middleeastmonitor, Kamis (15/6).

Ia menuding ‘Israel’ menjadi penyebab utama kesulitan kemanusiaan yang dihadapi warga Palestina. Awal 2017 lalu, Piper juga mengecam tindakan ‘Israel’ yang mempengaruhi pemberian bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina di Tepi Barat. Ia pun menuduh ‘Israel’ menggunakan kombinasi hukum dan politik untuk mengintervensi dan menciptakan keadaan inersia di area Tepi Barat.

Piper mengatakan bahwa ‘Israel’ membawa tanggung jawab utama atas penundaan rekonstruksi Gaza setelah perang berlangsung di Jalur tersebut, yang dikenal sebagai Operation Protective Edge. (EZ/Salam-Online)

Sumber: Middleeastmonitor

Baca Juga