Penerima Grasi Presiden Jadi Otak Penyelundupan Narkoba, LKPSI Nasihati SBY

JAKARTA (SALAM-ONLINE.COM): Baru saja dapat grasi terbebas dari hukuman mati dari Presien SBY, eh Franola jadi otak penyelundupan narkoba jenis sabu, 775 gram.

Cerita bermula saat NA, seorang wanita berumur 4o tahun, kedapatan membawa narkoba jenis sabu di Bandara Husein Sastranegara, Bandung.

“Dia ditangkap 4 oktober 2012, mengaku baru tiba dari India. NA ini dikendalikan oleh Ola (Franola), napi kasus narkoba, yang belum lama ini mendapat grasi,” kata Kepala Humas BNN Sumirat Dwiyanto kepada wartawan, Senin (5/11/2012).

Menurut  Sumirat, NA  direkrut oleh pacarnya yang  masih mendekam di LP Tanjung Balai, Asahan, Sumatera Utara. Pacarnya menyerahkan NA kepada Franola yang menghuni LP Wanita Tangerang untuk dijadikan kurir.

Tak pelak pemberian grasi oleh Presiden SBY kepada terpidana kasus narkotika kembali mendapat kecaman keras. Presiden dinilai tidak pro terhadap pemberantasan narkoba yang efeknya sangat merusak generasi muda.

“Nah, percaya gak  SBY! Grasimu justru dimanfaatkan untuk mengulangi perbuatan menghancurkan generasi bangsa. Mestinya kamu sebagai presiden tegas, hukum mati para bandar narkoba sebagaimana kamu super tegas terhadap terduga ‘teroris’! kata Fauzan Al Anshari, Direktur Lembaga Kajian Politik & Sayariat Islam (LKPSI).

Kritik keras atas pemberian  grasi oleh Presiden SBY terhadap kasus narkoba, banyak benarnya. Contohnya, ya si Franola ini. Dengan membebaskannya dari jerat hukuman mati, itu sama saja memberinya peluang untuk melakukan aktivitas terlarangnya: mengendalikan jaringan narkoba internasional dari dalam sel.

Fauzan sangat menyesalkan seorang presiden tidak tegas terhadap bandar narkoba, tapi sangat super tegas dan keras terhadap terduga “teroris”. Ada apa?

Baca Juga
Salah seorang terpidana narkoba dari Australia, Schapple L. Corby yang mendapatkan grasi dari Presiden SBY

Kata Fauzan, semestinya  SBY bisa lebih tegas terhadap bandar narkoba, bukan malah memberinya grasi. Tapi realitasnya tidak demikian.

SBY justru bisa lebih super tegas terhadap terduga ‘teroris’–bahkan Densus 88 dengan yang belum tentu terduga “teroris” sekalipun ditembak justru selesai shalat subuh seperti kejadian di Poso, Sabtu (3/11/2012) lalu.  Karenanya, adalah pesimis jika mengharapkan SBY bersikap tegas terhadap bandar narkoba.

Menurutnya, jika menghadapi bandar narkoba yang bisa menghancurkan puluhan bahkan ratusan juta anak bangsa saja saja tak tegas, apalagi menghadapi kasus kakap seperti BLBI, Century, Hambalang, Wisma Atlet, dan lainnya?

“Apalagi kamu sekarang jadi Ksatria Salib Agung, makin ‘keren’ saja membela Densus 88 membantai umat Islam dengan kedok memerangi ‘terorisme,” ujarnya kepada salam-online, Selasa (6/11/2012).

Karenanya, Fauzan menasihati SBY, “Ingat, karirmu sebagai presiden tak lama lagi! Mau jadi apa kamu?” (isa/salam-online.com)

Baca Juga