Arti Kemenangan AKP dan Hitung-hitungan Cermat Erdogan

Presiden Erdogan di depan pendukungnya-jpeg.image
Presiden Erdoga di depan massa pendukungnya

SALAM-ONLINE: Hasil perhitungan cepat Pemilu Turki Ahad (1/11), AKP meraih 49.4%, CHP 25.3%, MHP 11.9%, HDP 10.7%. Peta suara basis partai hampir tidak berubah. CHP menang di bagian barat Turki, HDP menang di wilayah tenggara yang memang di kawasan itu etnis Kurdi adalah mayoritas. Selain itu AKP menguasai perolehan suara.

Mari kita ucapkan selamat buat Tuan Erdogan. Bukan hanya karena kemenangan AKP pada Pemilu ulang yang amat kritis ini. Tetapi ada beberapa indikasi penting lainnya yang patut kita acungkan jempol.

Pertama, hitung-hitungan Erdogan amat cermat. Alih-alih menurunkan daya tawar pada partai oposisi untuk membentuk koalisi karena hasil Pemilu 7 Juni lalu tidak cukup bagi AKP membentuk pemerintahan tunggal, Erdogan malah memilih Pemilu ulang pada 1 November. Terbukti AKP berhasil menaikkan suaranya hampir 4 juta pemilih. Padahal suara yang ia butuhkan untuk membentuk pemerintahan tunggal Juni lalu hanya kurang dari 900.000.

Kedua, kemenangan ini meneguhkan kekuatan pribadi Erdogan di tengah banyak rintangan dari dalam dan luar negeri; demo besar Gezi Park, perselisihan dengan kubu Gulen, persoalan moneter dan masalah ISIS-Kurdi-Perang Suriah.

Baca Juga

Ketiga, Partai sekuler CHP tidak berkembang sama sekali. Suaranya selalu stag di 25%. Artinya, kompetitor riil AKP adalah partai kanan MHP dan partai kiri-Kurdi HDP. Keduanya belum bisa head to head dengan AKP. Hal ini mengindikasikan umur AKP masih panjang unyuk masa depan politik Turki jika tidak ada kejadian luar biasa.

Keempat, isu stabilitas nasional amat ampuh di tengah ketidakstabilan kawasan. Isu ini yang dimainkan dengan cantik oleh AKP. Bahwa jika single majority tidak tercapai, maka AKP harus membentuk pemrintahan koalisi dan itu berarti Turki terancam tidak stabil. Sebab, dalam sejarah Turki, koalisi selalu gagal. Pemerintahan koalisi hanya bertahan 1-2 bulan, setidaknya itu yang terjadi berulang dalam masa 50 tahun terakhir.

@farisbq
Mahasiswa Doktoral Hubungan Internasional Univeritas Ankara, Turki

Baca Juga