Iran dan ‘Hizbullata’ Lebanon Kendalikan Tentara Asad
SALAM-ONLINE: Mantan tentara rezim Suriah mengatakan Iran dan ‘Hizbullata’ yang didukung oleh milisi Syiah, adalah personil utama pasukan tempur rezim Asad.
Khaled al-Shami mengatakan kepada Lara Nelson dari Middel East Eye, Kamis (19/11), bahwa milisi asing telah menguasai tentara rezim Suriah.
“Satu hal yang penting untuk disadari adalah bahwa tidak ada tentara Suriah lagi, mereka hanya milisi, sebagian besar warga Iran dan Lebanon,” katanya kepada Nelson, dalam sebuah artikel yang dipublikasikan pada Rabu.
Shami membelot dari pasukan Asad untuk bergabung dengan oposisi Suriah pada Juli lalu. Dia adalah seorang prajurit di divisi lapis baja kesembilan dan bertugas di selatan Suriah, dimana pasukan Asad yang bertempur melawan koalisi kelompok oposisi.
Shami mengatakan bahwa saat ini 70 persen dari tentara di divisi lapis baja kesembilan adalah milisi dari Lebanon atau Iran.
Iran dan milisi ‘Hizbullata’ Lebanon bersama dengan Rusia telah menjadi pendukung utama Basyar Asad dalam perang melawan kelompok oposisi yang berusaha menurunkannya dari posisinya.
Para pejabat Iran telah berulang kali menyatakan bahwa mereka hanya menyediakan penasihat militer untuk Asad, tidak ada pasukan di lapangan.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif membela peran negaranya di Suriah. Ia mengatakan, Iran berupaya untuk memfasilitasi proses yang memungkinkan Suriah menentukan nasib sendiri tanpa campur tangan pihak luar.
Namun, laporan terbaru menunjukkan bahwa ribuan warga Iran telah bergabung dalam serangan besar di Suriah utara untuk merebut kembali wilayah tersebut dari kelompok oposisi.
‘Hizbullata’ lebih terbuka tentang dukungan militer untuk Asad. Mereka mengatakan, itu adalah usaha preventif mencegah kelompok “militant”, terutama Daesh (IS) supaya tidak mendapatkan pijakan di Lebanon.
Meski ‘Hizbullata’ terdaftar sebagai kelompok teroris versi Amerika Serikat dan Uni Eropa, tetapi Rusia mengatakan pada Ahad (15/11) bahwa mereka menganggap milisi yang telah terpilih sebagai anggota parlemen di Lebanon tersebut sebagai “kekuatan sosial-politik yang sah”.
Mantan tentara Suriah Shami menceritakan pengalamannya di militer. Ia memandang, Iran dan ‘Hizbullata’ Lebanon tidak memainkan peran pendukung, tetapi justru mereka mengendalikan pasukan Asad.
“Iran dan ‘Hizbullata’ tidak berada di bawah kendali tentara Suriah, tetapi sebaliknya,” katanya.
“Sepuluh perwira tinggi Iran mengontrol divisi lapis baja kesembilan, mereka merencanakan operasi. Hanya pasukan Iran atau ‘Hizbullata’ yang dapat mengakses kamar operasi, tidak ada tentara rezim Suriah yang diperbolehkan masuk ke dalam.”
Shami mengatakan bahwa dalam pertempuran komandannya berasal dari IRGC Iran (Korps Garda Revolusi Iran), dan wakilnya adalah perwira ‘Hizbullata’
Abu Osama al-Jolani, seorang komandan Free Syria Army (FSA) dan mantan perwira tentara rezim Suriah, mengatakan kepada Nelson, “Setiap orang yang kita lawan dalam pertempuran sekarang adalah orang asing.”
Mantan Perwira rezim Suriah lainnya yang membelot mengatakan kepada Nelson bahwa tentara Asad diperlakukan buruk, berbeda dibandingkan perlakuan untuk milisi Iran dan Lebanon.
“Bahkan milisi sipil Lebanon memiliki kekuatan untuk memberitahu seorang jenderal Suriah apa yang harus dilakukan, dan untuk memerintahkan dia kembali ke kantornya,” ungkap seorang prajurit, yang meminta tidak disebut namanya. “Mereka memiliki makanan yang lebih baik daripada kami, senjata yang lebih baik, dan lebih dihormati,” ujarnya.
“Milisi ini percaya mereka ada untuk membela Suriah ketika tentara reguler telah gagal sehingga mereka memperlakukan kita sebagai pihak yang gagal dengan tidak hormat,” katanya lagi.
Shami mengklaim bahwa dia dibayar $ 60 per bulan saat bertugas sebagai tentara, padahal milisi ‘Hizbullata’ dibayar $ 400. Ia mengatakan, telah menyaksikan dua calon pembelot lainnya dibunuh oleh tentara Suriah ketika mereka mencoba untuk lari.
Dia mengatakan, pasukan Iran dan ‘Hizbullata’ Lebanon, terdiri dari berbagai milisi Syiah juga sebagian besar dari Irak, menduduki masjid di daerah yang berada di bawah kendali mereka dan memasang poster tokoh Syiah Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini dan pemimpin ‘Hizbullata’ Hassan Nasrallah.
Berbicara kepada Middle East Eye dari Amman, Shami berterima kasih kepada FSA, karena “mereka telah menyelamatkan dan membantu saat saya berusaha membelot serta membantu saya untuk berada di jalan yang benar”. (EZ/salam-online)
Sumber: Middle East Eye