Protes Kejahatan Rezim Asad di Aleppo, Lebih 2.000 Demonstran di Kuwait Demo Kedubes Rusia

Ribuan demonstran di Kuwait gelar aksi di depan kedubes Rusia. Foto: AFP)

KUWAIT (SALAM-ONLINE):  Gelombang demonstrasi bergulir di berbagai negara lantaran kekejaman dan kebiadaban rezim Basyar Asad kepada rakyat Suriah di Aleppo.

Kejahatan rezim Asad terhadap rakyat Suriah ini dibantu oleh Rusia dan milisi Syiah dukungan Iran.

Gelombang protes tak hanya di Turki, Negara yang berbatasan langsung dengan Suriah. Tapi Negara-negara Eropa seperti Prancis dan Jerman pun menggelar unjuk rasa, memprotes kebrutalan rezim Asad dan Rusia beserta milisi-milisi setianya.

Di Kuwait, 2.000 orang lebih berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Rusia pada Rabu (14/12). Massa memprotes kekejaman rezim Suriah yang dibantu Rusia terhadap warga sipil.

Aksi protes ini juga dilakukan oleh beberapa negara Teluk lainnya. Para demonstran menyatakan solidaritas mereka terhadap warga Aleppo. Ribuan massa tersebut menyerukan diakhirinya pertumpahan darah yang dilakukan oleh rezim Asad.

Reaksi keras 2.000-an demonstran di Kuwait itu juga termasuk dari anggota parlemen. Mereka melakukan aksi duduk damai di depan Kedubes Rusia.

Para demonstran mengutuk dukungan Rusia atas kejahatan rezim Suriah dan menyerukan negara-negara Teluk untuk memutuskan hubungan diplomatik dengan negara beruang merah itu.

Para pengunjuk rasa baris-berbaris di depan Kedubes Rusia di Kuwait City sambil menyanyikan: “Orang-orang ini ingin mengusir duta besar Rusia.”

Mereka membawa spanduk bertuliskan: “Hentikan kejahatan” dan “Selamatkan Aleppo”.

“Hari ini, orang-orang Suriah yang dibunuh oleh Rusia, mayat mereka berada di jalan-jalan Aleppo,” kata anggota parlemen Jamaan al-Harbash di tengah kerumunan, lansir AFP.

Baca Juga

“Kami meminta Turki dan negara-negara Teluk untuk mengusir utusan Rusia dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Moskow,” katanya.

Teriakan massa juga mengutuk Iran dan milisi Syiah atas dukungannya kepada pasukan rezim yang melakukan pembunuhan terhadap warga sipi Aleppo.

Salah seorang pejabat, Thamer al-Suwait, menggambarkan perang di Suriah sebagai “genosida”. Sementara mantan anggota parlemen Ahmad al-Shuhumi mengutuk rezim Asad dengan apa yang ia sebut “perang sektarian kotor dipimpin oleh Iran terhadap Muslim Sunni”.

Mereka juga menyerukan gencatan senjata untuk memberikan kesempatan warga Aleppo, terutama perempuan dan anak-anak, keluar dari wilayah yang terkepung.

Anggota parlemen oposisi mendesak Negara-negara Dewan Kerja Sama Teluk sejak Selasa (13/12) untuk mengusir Duta Besar Rusia atas apa yang mereka sebut sebagai peran Moskow melakukan “genosida” di Aleppo.

Sementara itu, pemimpin Qatar, Syaikh Tamim Bin Hamad Al Thani membatalkan perayaan nasional pada 18 Desember untuk Hari Nasional, sebagai rasa solidaritas terhadap warga Aleppo, lapor Qatar News Agency (QNA).

Ribuan demonstran di depan Kedubes Rusia di Kuwait City mengutuk keras dukungan Rusia terhadap rezim Basyar Asad di Suriah yang mengepung dan membantai warga Aleppo sejak November hingga kini. (Foto: AFP)

Pada Senin (12/12) lalu, dua Negara Teluk menyerukan Liga Arab agar mengadakan pertemuan darurat untuk membahas Aleppo. (EZ/salam-online)

Sumber: Middleeasteye

Baca Juga