Ini Ciri Turunnya Lailatul Qadr

SALAM-ONLINE: Setiap orang beriman tentu berharap bisa bertemu dengan malam yang diberkahi. Malam yang penuh dengan kesejahteraan dan yang keutamaannya lebih baik dari seribu bulan. Ya, malam itu adalah Lailatul Qadr.

Lailatul Qadr sendiri hanya datang  sekali di bulan Ramadhan, sebagaimana  diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwa Lailatul Qadr turun di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

“Carilah lailatul qadr pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).

Lebih spesifik lagi, Lailatul Qadr pun sangat mungkin turun di malam-malam ganjil dari sepuluh malam terkahir, seperti diterangkan dalam Hadits riwayat al-Bukhari.

“Carilah lailatul qadr di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).

Selain itu, Lailatul Qadr juga lebih memungkinkan turun di tujuh terakhir dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Carilah lailatul qadr di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa,” (HR Muslim).

Kendati demikian, ada pendapat yang mengatakan bahwa Lailatul Qadr turun pada malam ke-27, seperti diterangkan oleh Sahabat Abu Mundir Ubay bin Ka’ab. Namun pendapat yang dianggap paling kuat adalah pendapat yang diterangkan Ibnu Hajar dalam buku Fathul Baari yang ditulisnya.

Ibnu Hajar menerangkan bahwa Lailatul Qadr terjadi di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Hal itu tentu tergantung pada kehendak dan hikmah dari Pemilik malam tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Lalu, bagaimana ciri-ciri Lailatul Qadr itu sendiri?

Setidaknya ada empat yang mencirikan kedatangan malam mulia tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan sahabat, yakni:

Baca Juga

Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang. Dari Ibnu

Abbas, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

*لَيْلَةُ* *القَدَرِ* *لَيْلَةٌ* *سَمْحَةٌ* *طَلَقَةٌ* *لَا* *حَارَةً*

*وَلَا* *بَارِدَةً* *تُصْبِحُ* *الشَمْسُ* *صَبِيْحَتُهَا* *ضَعِيْفَةٌ*

*حَمْرَاء*

“Lailatul qadr adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lembut dan nampak kemerah-merahan,” (HR Ath Thoyalisi). Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqqah/terpercaya).

Kedua, malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.

Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.

Keempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda yang artinya, ”Subuh hari dari malam lailatul qadr matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik,” (HR Muslim). (Lihat Shahih Fiqh Sunnah II/149-150). (MNM/Salam-Online)

Baca Juga