Bahas Pelanggaran Iran, Liga Arab Akan Gelar Pertemuan Luar Biasa

SALAM-ONLINE: Liga Arab akan menggelar pertemuan luar biasa pada Ahad (19/11/2017) mendatang atas memo permintaan Arab Saudi untuk membahas ‘pelanggaran’ yang dilakukan oleh Iran di wilayah Arab.

Menurut sebuah dokumen yang diperlihatkan kepada AFP oleh beberapa diplomat, sebagaimana dilansir Alaraby, Ahad (12/11), Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) mendukung permintaan Saudi untuk mengadakan pertemuan luar biasa tersebut. Pertemuan usulan Saudi ini juga disetujui oleh Djibouti, Ketua Blok Pan-Arab saat ini.

Ketegangan semakin meningkat antara Saudi dengan Iran, setelah teroris Syiah Houthi dukungan Iran melancarkan serangan rudal ke arah ibu kota Saudi, Riyadh, pada 4 November 2017 lalu.

Menurut memo tersebut, permintaan Saudi didasarkan pada penembakan rudal yang dilancarkan oleh Syiah Houthi pada 4 November lalu. Dikatakan, pertahanan udara Saudi berhasil menangkal rudal yang diluncurkan dari Yaman itu.

Seperti diketahui, hingga saat ini, sebuah koalisi pimpinan Saudi telah memerangi pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran. Koalisi Arab ini bertujuan untuk mengembalikan pemerintahan yang sah di Yaman, di bawah Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi, yang terusir dari Ibu Kota Sana’a, dan kini berbasis di Aden.

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan bahwa Iran melakukan serangan “agresi militer” melawan kerajaan Arab Saudi dengan memasok rudal balistik kepada pemberontak Houthi.

Baca Juga

Dalam memo tersebut, Saudi mengecam apa yang digambarkannya sebagai ‘sabotase’ dan ‘terorisme’ .

Memo itu juga menyebutkan, Saudi meminta bertemu dengan para menteri luar negeri Arab, merujuk pada dua insiden tersebut. “Di samping pelanggaran yang dilakukan oleh Iran di wilayah Arab, Iran juga merongrong keamanan dan perdamaian dunia, tidak hanya di wilayah Arab, tapi di seluruh dunia,” demikian memo tersebut.

Liga Arab memiliki 22 anggota, namun keanggotaan Suriah dihentikan pada akhir 2011 setelah berbulan-bulan serangan brutal terhadap warga sipil dan gerakan oposisi dilancarkan oleh rezim Basyar Asad. Dan kini, konflik berdarah di Suriah telah berlangsung lebih dari 6,5 tahun. (EZ/Salam-Online)

Sumber: Alaraby

Baca Juga