Baru Gabung ke Saudi, Mantan Presiden Yaman Terbunuh dalam Perang Melawan Syiah Houthi

Mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh saat berpidato di Sana’a tahun 2011

SANA’A (SALAM-ONLINE): Mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh dikabarkan terbunuh dalam perang melawan sekutu Iran, teroris Syiah Houthi, di kota Sana’a, kata stasiun televisi milik Arab Saudi, Al Arabiya.

Al Arabiya, mengutip keterangan sejumlah sumber dari Kongres Rakyat Umum yang dipimpin Saleh, melaporkan bahwa mantan presiden yang baru saja memutuskan memihak sekutu pimpinan Arab Saudi dalam perang Yaman itu, terbunuh oleh tembakan jarak jauh dari pemberontak Houthi. Sebelumnya Ali Abdullah Saleh bersekutu dengan Syiah Houthi, melawan presiden sah, Abdurrabbu Mansour Hadi, yang didukung koalisi pimpinan Saudi.

Sementara itu, video dari kelompok teroris Syiah Houthi menunjukkan sesosok mayat, yang diduga jenazah Saleh.

Stasiun radio dikuasai Houthi adalah yang pertama melaporkan kematian Saleh. Namun, pada saat itu, Kongres Rakyat Umum membantah kabar tersebut, dengan menyatakan bahwa ia masih memimpin pasukan di Sana’a.

Pada Senin (4/12/2017) pagi, milisi Houthi menghancurkan rumah Saleh di Sana’a, kata warga setempat.

Sementara itu, serangan melalui udara oleh koalisi internasional pimpinan Saudi, yang juga didukung oleh Amerika Serikat dan persenjataan negara-negara Barat, telah menewaskan ratusan warga sipil namun gagal mendapatkan kemajuan berarti dalam perang untuk mengembalikan kekuasaan Presiden Abdurrabbu Mansour Hadi.

Pasukan Saleh, yang pada awalnya merupakan sekutu Houthi, terus terdesak oleh kelompok milisi tersebut pada hari keenam perang dalam kota yang menewaskan sedikitnya 125 orang dan meluakai 238 lainnya, demikian data dari Komite Internasional Palang Merah.

“Kami tengah membantu sejumlah rumah sakit utama di Sana’a yang saat ini sangat membutuhkan peralatan pertolongan untuk korban perang,” kata juru bicara Palang Merah, Iolanda Jaquemet di Jenewa.

“Kami juga tengah meminta bantuan kantong jenazah untuk rumah sakit setempat dan berharap bisa menyuplai mereka dengan bahan bakar karena mereka bergantung pada generator,” ujarnya.

Baca Juga

PBB sendiri mendesak agar perang dihentikan sementara demi tujuan kemanusiaan pada jam 10.00 sampai 16.00 waktu setempat, agar para warga sipil bisa mencari perlindungan.

Koordinator humaniter PBB di Yaman, Jamie McGoldrick, mengatakan bahwa jalanan di Sana’a telah menjadi “medan pertempuran” dan para pekerja kemanusiaan “masih terkepung”.

Penggabungan pasukan Saleh ke kubu Saudi sebenarnya diharapkan segera menyelesaikan perang “wayang” berkepanjangan Arab Saudi dengan Iran, yang memakan korban lebih dari 10.000 warga Yaman.

Pada pekan lalu, Saleh secara resmi memutuskan hubungan dengan pemberontak Houthi dan berjanji untuk memerangi mantan sekutunya itu.

Saleh, yang menguasai masyarakat suku bersenjata di Yaman selama 33 tahun sebelum mundur dalam gelombang Kebangkitan Arab pada 2011, sebelumnya adalah sekutu Houthi dalam memerangi pengikut presiden Hadi.

Namun, mereka berebut kekuasaan di atas wilayah yang mereka rebut bersama, termasuk Sana’a, yang direbut oleh pemberontak Houthi pada 2014 lalu. Perebutan kekuasaan itu berkembang menjadi perang terbuka mulai Rabu (29/11) pekan lalu.

Di PBB, Sekretaris Jenderal Antonio Guterres mendesak semua pihak berperang menghentikan serangan, baik udara maupun darat. Dia juga meminta penghentian impor ke negara tersebut dibuka karena jutaan anak-anak, perempuan dan warga terancam kelaparan, penyakit dan kematian.

Sumber: Antara

Baca Juga