Innaalillaahi wa Innaa Ilaihiraaji’uun: AM Fatwa Wafat

AM Fatwa

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Andi Mappetahang Fatwa atau AM Fatwa wafat pada usia 78 tahun di Jakarta, Kamis (14/12/2017) pagi.

Dian Islamiaty Fatwa, putri Fatwa, mengungkapkan, salah satu deklarator Partai Amanat Nasional itu tutup usia di Rumah Sakit MMC Jakarta, Kamis pagi.

“Telah meninggal dunia ayahanda AM Fatwa pukul 06.25 AM di Rumah Sakit MMC. Mohon dibukakan pintu maaf dan mudah-mudahan Ayah mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT,” kata Dian, dalam pesan yang beredar di media sosial, Kamis.

Menurut Dian, ayahandanya dalam beberapa waktu belakangan ini mengidap penyakit kanker hati dan konflikasi penyakit lainnya.

Setelah disemayamkan di Gedung DPR/DPD, pihak keluarga akan membawa jenazah ke rumah duka di Komplek Bappenas, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,

“Akan dishalatkan di rumah ba’da zuhur dan dimakamkan di pemakaman Kalibata,” terang Dian.

Baca Juga

Semasa hidupnya di era Orde Baru, meski saat itu masih menjadi PNS, AM Fatwa sudah berseberangan dengan rezim.

Karena kritis dan melawan penguasa, AM Fatwa harus menghuni penjara. Vonis 18 tahun penjara, tak sampai habis dijalaninya, lantaran saat Habibie menjadi wakil presiden, pada 1993, sejumlah tahanan politik dibebaskan, termasuk AM Fatwa.

Tak hanya akrab dengan penjara penguasa, AM Fatwa juga tak lepas dari teror. Pernah di masa Orba, saat mengendarai mobil, sejumlah orang menghadangnya, menyuruhnya turun, lalu AM Fatwa dipukuli sampai babak belur sehingga harus masuk rumah sakit. Tapi AM Fatwa tetap tak hirau. Dia tetap melawan penguasa yang dinilainya zalim.

Di masa Orde Lama, AM Fatwa yang saat mudanya aktif dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), harus berada di pihak “oposisi”. Begitu pula di masa Orde Baru, Fatwa menjadi Sekretaris Petisi 50 yang dipimpin oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin. AM Fatwa rela meninggalkan posisi pentingnya di Provinsi DKI Jakarta, karena kevokalannya melawan penguasa Orde Baru saat ituLahir di Bone, Sulawesi Selatan, 12 Februari 1939, mantan Wakil Ketua MPR, Wakil Ketua DPR dan Wakil Ketua DPD RI ini, hingga akhir hayatnya masih berjuang sebagai anggota Senator RI dari Dapil DKI Jakarta.

Demikian sekilas tokoh dan pejuang Islam, khususnya dalam bidang politik, yang juga aktivis Muhammadiyah ini. Seorang yang tangguh dan tak pernah takut dengan penguasa, sesuai dengan prinsip yang didengungkannya, mengutip ayat dalam Qur’an: “Innamaa yakhsyallaaha min ‘ibaadihil ‘Ulamaa-u, sesungguhnya di antara hamba-hamba-Nya yang takut kepada Allah hanyalah para ulama,“ (QS Faathir: 28).

Innaalillaahi wa innaa ilaihiraaji’uun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu ‘anhu…(S)

Baca Juga