Ustadz Persis Dianiaya Hingga Meregang Nyawa Dimakamkan Tadi Malam

BANDUNG (SALAM-ONLINE): Dua peristiwa yang waktunya berdekatan di Bandung menyangkut penganiayaan tokoh Islam setempat tiba-tiba menyentak dan mengejutkan umat Islam. Setelah Sabtu (27/1/18) lalu, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH Umar Basri, dianiaya, kini hal serupa dialami Ustadz R Prawoto.

JIka Kiai yang karib dengan sapaan Ceng Emon itu dianiaya saat berada di dalam masjid, usai shalat Subuh bersama santrinya, Sabtu (27/1/18), dan menjalani masa pemulihan akibat penganiayaan itu, Ustadz Prawoto yang merupakan keluarga besar Persatuan Islam (Persis) tersebut akhirnya meninggal di rumah sakit. Ustadz Prawoto (40) meninggal akibat dianiaya oleh AM (45), tetangganya sendiri.

Ustadz Prawoto dimakamkan di pemakaman keluarga di kawasan Burujul, Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, Kabupaten Bandung, pada Kamis (1/2) malam, sekitar pukul 21.30 WIB. Almarhum yang juga Kepala Operasi (Ka-Ops) Brigade Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis) itu sempat mendapatkan perawatan pasca penganiayaan tersebut.Korban dinyatakan meninggal ketika dirawat di rumah sakit Santosa, Bandung. Korban pun dibawa menuju rumah duka di Jl Burujul, Margaasih, Bandung, Jawa Barat, Kamis sore.Sebagaimana keterangan saksi, istri korban, Ernawaty, awalnya pelaku penganiaya suaminya (AM) yang biasa dipanggil Mang Cas mendatangi rumah korban dengan melempari atap rumah. Saat itu korban menanyakan kenapa rumahnya diserang.

Namun parahnya, pertanyaan korban dijawab dengan serangan oleh Mang Cas. Korban pun lari keluar rumah dan Mang Cas mengejarnya lalu memukul bagian kepala korban dan anggota tubuh lainnya menggunakan linggis. Polisi telah menangkap dan mengamankan pelaku.

“Sekitar jam 7 pagi Mang Cas (pelaku) merusak rumah, terus ditanya sama suami saya, si pelaku malah memukul pakai linggis (besi). Lalu suami saya lari keluar dikejar sama si pelaku. Dipukul bagian kepala, tangan, seluruh badan. Dan langsung dibawa ke rumah sakit oleh keluarga dan warga,” tutur Ernawaty dalam Surat Pernyataan Kronologis kejadian.

Jenazah Prawoto pun dishalatkan pada Kamis malam. Sebagaimana informasi yang diterima, banyak jamaah yang antusias dan bergantian untuk menshalati jenazah Ustadz Prawoto, hingga membludak ke luar masjid.

Wakil Ketua MPR Dr Hidayat Nur Wahid mendesak aparat kepolisian mengusut tuntas kasus yang belakangan disebut sebagai “modus orang gila” ini.

“Innaalillaahi… Belum sembuh KH Umar Basri dari penganiayaan org yg katanya ‘sakit jiwa’. Tadi tokoh umat dari Persis, HR Prawoto, SE, dianiaya oleh yg katanya ‘sakit jiwa’, bahkan beliau wafat karenanya. Semoga Allah terima sbg Syuhada. Tapi polisi perlu usut tuntas ‘modus’ org gila ini,” tulis politisi PKS ini dalam akun twitternya, Kamis (1/2).

Baca Juga

Bela sungkawa juga datang dari berbagai kalangan selain dari PP Persis Sendiri. Bela sungkawa pun datang dari Aliansi Aktivis dan Masyarakat Muslim Tasikmalaya (Almumtaz).

Sebagaimana surat pernyataan yang diperoleh Salam-Online, Almumtaz meminta agar polisi segera mengusut dan mengungkap tuntas motif di balik aksi teror dan penganiayaan yang terjadi baru-baru ini di bandung.

Almumtaz juga menyerukan kepada aktivis Islam dan elemen Muslim lainnya untuk meningkatkan kewaspadaan, menjaga diri dalam aktivitas dan melindungi ulama dan aktivis Islam.

Selain itu, Almumtaz menyeru kepada seluruh Ormas, Jamaah dan Lembaga Islam untuk mengokohkan persatuan dan menjalin kerja sama.

“Menjalin kerja sama dan koordinasi mengikuti arahan para ulama dalam mengatasi upaya provokasi, teror yang terjadi,” ungkap surat pernyataan yang ditandatangani oleh Ketua Almumtaz, Hilmi Afwan Hilmawan.Apa yang dikatakan Almumtaz perlu jadi perhatian dan diantisipasi sedini mungkin pasca kejadian yang dialami KH Umar dan Ustadz Prawoto. Apakah teror dan target terhadap ulama, kiai, ustadz dan aktivis Islam di tahun politik ini tengah jadi tren?

Mengapa ulama, kiai, ustadz dan aktivis Islam yang diserang, bahkan ada yang bilang mirip pembantaian kiai/ulama pada 1948 dan 1965? (MNM/Salam-Online)

Baca Juga