UNHCR: Masih Berbahaya, Suriah tak Aman bagi Pengungsi yang Ingin Pulang

Duta khusus badan PBB untuk pengungsi (UNHCR), Angelina Jolie berbicara dalam sebuah jumpa pers di kamp pengungsi Suriah di Al Zaatri, kota Mafraq, Yordania, dekat perbatasan Suriah, 28 Januari 2018. (Foto: Reuters)

SALAM-ONLINE: Masih terlalu dini untuk berbicara soal langkah memulangkan pengungsi ke Suriah karena keadaan di sana masih berbahaya dan tidak aman. Demikian diungkapkan Komisioner Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Filippo Grandi, Jumat (9/3/2018).

“Delapan puluh sembilan persen warga Suriah yang kami survei di Lebanon, mengatakan, ingin kembali ke negaranya nantinya, tapi hampir semua mengatakan bahwa saat ini belum tepat,” kata Grandi dalam jumpa pers di ibu kota Lebanon, Beirut, kutip Reuters.

Lebih dari satu juta warga Suriah mengungsikan diri ke negara tetangga, Lebanon, setelah perang meletus sejak Maret 2011.

Sementara itu, rezim Suriah mengambil kembali kendali di lebih banyak wilayah setelah Rusia masuk (intervensi militer) ke negara ini, sejak 30 September 2015. Sebelum itu, sebagian besar wilayah Suriah telah dikuasai oleh pejuang oposisi dan tinggal menunggu kejatuhan rezim Asad. Namun sekutu setia rezim Asad, Rusia dan Iran, tentu tak rela rezim tersebut jatuh.

Oleh karenanya, kembali ke soal pembicaraan menyangkut pengembalian para pengungsi, kata Grandi, saat ini masih “sangat prematur”, mengingat situasi di negara itu terkini.

“Kita lihat apa yang sedang terjadi saat ini dan kita berpikir lalu apa selanjutnya? Apa yang akan terjadi di Idlib? Apa yang akan terjadi di selatan… Apa yang akan terjadi di Afrin? Apa yang akan terjadi di daerah-daerah Kurdi?” katanya.

Baca Juga

“Keadaan sangat tidak pasti. Jadi, orang masih menunggu,” lanjutnya.

Grandi mengatakan UNHCR sedang membuat persiapan bagi pemulangan para pengungsi nantinya dengan mengupayakan sistem untuk menyediakan perumahan, akses pada layanan dan perlindungan hukum di Suriah.

Banyak orang takut diharuskan mengikuti wajib militer dan berperang, jadi kita harus merundingkan masalah-masalah menyangkut amnesti dan pengecualian,” ujarnya.

Negara tetangga Suriah, yaitu Yordania, Turki, Irak dan Lebanon, saat ini menampung sekitar 5,6 juta warga Suriah yang mengungsi dari negara mereka yang terkungkung konflik sudah memasuki 7 tahun ini.

Grandi mengatakan khawatir bahwa bantuan internasional bagi negara penampung pengungsi Suriah kemungkinan mulai lepas. Ia meminta dukungan itu tetap diberikan. (*)

Sumber: Antara

Baca Juga