UZMA: Gempa & Fitnah Akhir Zaman, Ketika ‘Ulama’ Loncat pada Kekufuran

Ustadz Zulkifli Muhammad Ali. (Foto: SF/INA

TASIKMALAYA (SALAM-ONLINE): Bangsa Indonesia kembali diuji dengan musibah gempa bumi yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Ahad 5 Agustus 2018 lalu. Di tengah suasana duka itu, da’i yang dikenal sebagai “ustadz akhir zaman”, Ustadz Zulkifli Muhammad Ali (UZMA) menyeru kaum Muslimin agar memuhasabah (mengintrospeksi) diri atas dosa-dosa yang telah diperbuat.

Dalam ceramahnya, UZMA mewanti-wanti bencana yang datang silih berganti merupakan bentuk peringatan dari Allah atas dosa-dosa manusia yang melampaui batas.

“Orang sudah berpesta dosa di mana-mana, di setiap provinsi, di kota, di kabupaten. Jika bencana harus terjadi maka terjadilah. Karena (bencana) tidak akan bisa diubah dengan apapun jika Allah telah menakdirkannya,” ujarnya, Senin (6/8/2018), dalam pertemuan ulama di Tasikmalaya, Jawa Barat.

UZMA menceritakan, pernah terjadi gempa bumi di zaman Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘Anhu. Saat itu, Umar secara tegas mengaitkan musibah tersebut dengan maksiat yang dia takuti terjadi di masa kepemimpinannya.

“Ini kemuliaan para sahabat, mereka tidak sibuk menyebutnya sebagai faktor alam. Karena mereka telah beriman pada surat Ar-Rum ayat 41 (telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali),” jelasnya.

Fitnah Akhir Zaman 

Baca Juga

Di zaman ini, yang dia yakini telah memasuki fase akhir zaman, fitnah dunia semakin terbuka. Nabi bahkan telah menggambarkan melalui hadits “pagi beriman, sore kafir” yang telah banyak didengar bahwa di akhir zaman orang-orang beriman pun banyak yang tak kuat menahan fitnah.

“Di akhir zaman kita dengan mudah melihat orang loncat dari keimanan ke kekafiran. Tak peduli dia berjenggot, orang pintar, doktor, orang terdidik, mengaji. Dengan mudah dia loncat dari kubu keimanan kepada kubu kekafiran,” papar UZMA.

Dia mempertegas, redaksi dalam hadits tersebut tidak dimulai dari kafir ke beriman. Tetapi dari beriman ke kafir. Kondisi itu, menurutnya, diperparah dengan beralihnya kaum beriman dari kalangan orang-orang berpengaruh seperti ulama, pemimpin serta intelektual, kepada kekufuran.

UZMA menyeru agar kaum Muslimin tidak henti-hentinya berupaya meraih ridha Allah dengan terus menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Karena, jika tidak, musibah-musibah yang muncul tidak akan memilih mana orang beriman, munafik atau kafir.

“Dosa yang dilakukan segelintir orang di suatu kaum, lalu kaum itu tidak berusaha menghentikannya, tidak mencegahnya, Allah ratakan musibah itu kepada semuanya,” pungkasnya. (SF/Salam-Online/INA)

Baca Juga