Silatnas Resmi Ditutup, Kader Hidayatullah Wajib Taati Komitmen Ini

Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah yang dimulai pada 22 November 2018 berakhir dan resmi ditutup Ahad (25/11) sore. Silatnas ini melahirkan Komitmen Ketaatan berupa ‘Gerakan Nawafil Hidayatullah’ untuk memperkuat Piagam Gunung Tembak yang dicetuskan pada Silatnas Hidayatullah lima tahun lalu. Apa saja komitmen yang wajib ditaati dan dijalankan oleh segenap kader Hidayatullah itu? 

Segenap kader Hidayatullah berikrar untuk berkomitmen taat pada Piagam Gunung Tembak (dicetuskan di Silatnas 5 tahun lalu) dan Gerakan Nawafil Hidayatullah, Ahad (25/11/) sore. (Foto: Irfan/INA News Agency)  

BALIKPAPAN (SALAM-ONLINE): Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah yang dimulai sejak Kamis (22/11/2018) lalu di Pondok Pesantren Hidayatullah Induk, Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, telah berakhir pada Ahad (25/11/) sore tadi.

Ketua Steering Commitee, Ustadz Tasyrif Amin, menyebut seluruh rangkaian acara yang menghadirkan ribuan peserta kalangan dai dari sejumlah provinsi, telah berjalan sesuai dengan agenda.

“Alhamdulillah, Bapak Wakil Presiden RI, HM Jusuf Kalla, hadir membuka acara. Ustadz Bachtiar Nasir, Profesor Din Syamsuddin, tokoh dari Turki, Qatar dan Rohingya, semuanya datang,” ujar Ustadz Tasyrif di depan jamaah usai shalat Zuhur di Masjid Agung Ar-Riyadh Hidayatullah.

Ustadz Tasyrif pun menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh peserta, tamu dan undangan Silatnas—jika ada sesuatu yang dirasa kurang berkenan dalam hal pelayanan selama pelaksanaan kegiatan berlangsung.

Pada sesi penutupan, seperti dilaporkan INA News Agency (INA), Ahad (25/11), jajaran pimpinan ormas Hidayatullah, masing-masing Ustadz Abu Ala, Ustadz Abdul Manan serta KH Abdurrahman Muhammad, secara bergantian naik ke atas mimbar menyampaikan taushiyah dan pesan bernilai penguatan dakwah kepada para dai Hidayatullah.

Kiai Abdurrahman mengatakan, penguatan dakwah itulah yang menjadi kenang-kenangan sekaligus bekal kepada para dai Hidayatullah untuk dibawa kembali ke medan dakwah tempat mereka membina dan membimbing umat agar lebih mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sementara Ketua Umum DPP Hidayatullah, Ustadz Nashirul Haq, tampil membacakan Piagam Gunung Tembak. Piagam Gunung Tembak, sebuah komitmen ketaatan yang dicetuskan pada Silatnas Hidayatullah lima tahun lalu, serta Gerakan Nawafil Hidayatullah—juga komitmen ketaatan—yang dirumuskan dan dihasilkan pada Silatnas tahun ini.

Baca Juga

Poin-poin Gerakan Nawafil Hidayatullah yang dibacakan Ustadz Nashirul itu diikrarkan juga oleh ribuan kader laki-laki dan perempuan yang memadati ruang masjid lantai 1 dan 2. Mereka semua berdiri dan mengikuti apa yang diucapkan Ustadz Nashirul.

Isi Gerakan Nawafil Hidayatullah itu, di antaranya setiap kader Hidayatullah wajib memakmurkan masjid, membaca kitab suci Al-Qur’an setiap hari sebanyak satu juz, rutin mendirikan shalat malam serta membaca wirid pagi dan petang.

“Mari kita membangun komitmen untuk bersama-sama mewujudkan komitmen itu,” pinta Ustadz Nashirul.

Ketua Umum DPP Hidayatullah, Ustadz Nashirul Haq, membacakan Piagam Gunung Tembak dan Ikrar Gerakan Nawafil Hidayatullah pada sesi penutupan Silatnas Hidayatullah, Ahad (25/11). (Foto: Irfan/INA News Agency)

Alumnus Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia, itu menyebutkan bahwa pelaksanaan atau realisasi dari semua poin yang menjadi komitmen seluruh kader Hidayatullah tersebut sebenarnya mudah. Namun yang berat adalah konsistensi atau istiqamahnya.

Oleh karenanya, Ustadz Nashirul pun meminta kepada jamaah Hidayatullah untuk membiasakan dan menyiasatinya.

“Misalnya dalam membaca Al-Qur’an satu juz satu hari, bisa mempergunakan kesempatan sebelum dan sesudah shalat fardhu hingga mampu menyelesaikan satu juz sehari,” terangnya.

Laporan: Irfan (INA News Agency)

Baca Juga