Hitungan Lembaga Survei atas Paslon Gerindra, PKS & PAN Meleset Jauh

-CATATAN ADNIN ARMAS-

Beberapa Lembaga Survei melakukan survei dalam beberapa pilkada serentak di tahun 2017 dan 2018. Pengalaman survei di Jateng, Jabar dan DKI menunjukkan lembaga-lembaga survei itu melakukan Kesalahan Fatal karena meleset hingga Ratusan Persen terhadap suara Kandidat Cagub-Cawagub yang diusung Gerindra, PKS dan PAN.

Ilustrasi: Hasil Perolehan Suara

SALAM-ONLINE: Saat menjelang Pilkada dan Pemilu, banyak Lembaga Survei melakukan survei dan mempublikasikan hasil surveinya. Terkadang hasil survei itu justru meleset sangat jauh dari hasil yang sebenarnya seperti di Pilkada Jabar, Jateng dan DKI.

Hasil survei membentuk persepsi. Masyarakat hendaknya tidak perlu mudah percaya dengan hasil survei karena hasil survei itu hanya KESAN. Tapi

KESAN ini seolah ingin dibuat menjadi Persepsi yang Sebenarnya. Padahal, KESAN itu hanya PERSEPSI, bukan REALITAS yang Sesungguhnya.

Pilkada di Jabar, Jateng dan DKI menunjukkan betapa melesetnya Lembaga Survei dalam memprediksi pasangan calon dari Gerindra, PKS dan PAN.

Beberapa Lembaga Survei melakukan survei dalam beberapa pilkada serentak di tahun 2017 dan 2018. Pengalaman survei di Jateng, Jabar dan DKI menunjukkan lembaga-lembaga survei  seperti LSI Denny JA, SMRC, INDIKATOR POLITIK, INDO

BAROMETER, CHARTA POLITIKA dan lainnya, melakukan Kesalahan Fatal karena meleset hingga Ratusan Persen terhadap suara Kandidat Cagub-Cawagub yang diusung Gerindra, PKS dan PAN.

  1. Pilgub Jabar berlangsung pada 27 Juni 2018. Gerindra, PKS dan PAN mengusung Sudrajat-Syaikhu sebagai paslon untuk pilgub Jabar. Beberapa Lembaga Survei melakukan survei sekitar 2 sampai 3 minggu sebelum pencoblosan. LSI Denny JA melakukan survei 7-14 Juni 2018 dan menyimpulkan Sudrajat-Syaikhu mendapat hanya 8,2 persen (Rindu 38%, 2 DM, 36,6%, TB Hasanuddin-Anton 7,7%).

INDO BAROMETER mengadakan survei tanggal 7-13 Juni 2018. INDO BAROMETER menyimpulkan dari hasil surveinya, Sudrajat-Syaikhu hanya meraih 6,1%. (Rindu 36,9%, 2 DM 30,1%, TB Hasanuddin-Anton 5%).

SMRC mengadakan survei pada 22 Mei-1 Juni 2018. Lembaga survei ini menyebut paslon Sudrajat-Syaikhu hanya meraih 7,9 persen. (Rindu 43,1%, 2 DM 34,1%, TB Hasanuddin-Anton 6,5%).

Poltracking melakukan survei 18-22 Juni 2018 dan menyebut paslon Sudrajat-Syaikhu mendapat 10,7 persen. (Rindu 42%, 2 DM 35%, TB Hasanuddin-Anton 5,5%).

INSTRAT mengadakan survei 18-21 Juni 2018. INSTRAT menyimpulkan dari surveinya bahwa Sudrajat-Syaikhu mendapat hanya 8,5 persen. (2 DM 38,17%, Rindu 33,92%, TB Hasanuddin-Anton 8,67%).

Kelima Lembaga Survei tersebut salah fatal hingga lebih dari 100 persen. Rekapitulasi hasil suara resmi KPUD untuk pilgub Jabar mengumumkan hasil sebagai berikut: Rindu memperoleh 32,88%(7.226.254 suara). Sudrajat-Syaikhu mendapat suara sebanyak 28,74 persen (6.317.465 suara). Selisih RINDU dengan Sudrajat-Syaikhu hanya 4,14 persen. Sementara 2 DM memperoleh 25,77% (5.663.198) dan TB Hasanuddin-Anton mendapat 12,62% (2.773.078).

Dari hasil di atas, bisa disimpulkan, 5 Lembaga Survei di atas melakukan kesalahan fatal dari surveinya karena melesetnya sangat besar terhadap Sudrajat-Syaikhu. Apalagi survei tersebut juga dilakukan oleh beberapa lembaga survei secara berkala. Artinya, secara berkala juga kesalahan-kesalahan itu terjadi.

INDO BAROMETER meleset 371 persen

SMRC meleset 263 persen

LSI meleset 250 persen

INSTRAT meleset 238 persen

POLTRACKING meleset 180 persen

  1. Pilgub Jateng berlangsung pada 27 Juni 2018. Lembaga Survei juga melakukan Kesalahan Fatal karena melesetnya sangat jauh saat mensurvei cagub-cawagub Sudirman Said-Ida, paslon yang diusung oleh Gerindra, PKS, PAN plus PKB. LSI Denny JA melakukan survei pada 7-13 Juni 2018, sekitar 2-3 minggu sebelum pencoblosan.

LSI Denny JA mengumukan hasil surveinya (21/6/2018) bahwa Sudirman Said-Ida hanya dapat 13 persen dan Ganjar-Yasin memperoleh 54 persen. Margin of error sekitar 4,8%.

INDO BAROMETER mengadakan survei 2-3 minggu sebelum pencoblosan, tepatnya pada 7-13 Juni 2018. Survei digelar di 35 kabupaten/kota di provinsi Jateng dengan 800 responden. Kesimpulan INDO BAROMETER, Sudirman Said-Ida mendapat 21,1 persen. Ganjar-Yasin memperoleh 67,3 persen.

CHARTA POLITIKA melakukan survei tanggal 23-29 Mei terhadap 1.200 responden dan merilis hasil surveinya pada 7 Juni 2018. CHARTA POLITIKA mengumumkan Sudirman Said-Ida hanya memperoleh 13,6 persen dan Ganjar-Yasin 70,5 persen.

Baca Juga

SMRC mengadakan survei pada 23 Mei-30 Mei 2018. SMRC menyimpulkan Sudirman Said-Ida hanya memperoleh 22,6 persen, sedangkan Ganjar-Yasin 70,1 persen. Selisih suara sangat jauh, yaitu 47 persen.

LITBANG KOMPAS di bulan Mei 2018 menyebutkan Sudirman-Ida mendapat hanya 15 persen dan Ganjar-Yasin memperolah 76,6 persen. Masih ada beberapa lembaga survei seperti INDIKATOR dan lainnya yang juga menyimpulkan Sudirman Said-Ida hanya mendapat 21 persen dan Ganjar-Yasin meraup 72,4 persen. Ada selisih 51 persen.

Faktanya, rekapitulasi hasil suara resmi KPUD Jateng mengumumkan Sudirman Said-Ida memperoleh 41,22 persen (7.267.993 suara) dan Ganjar-Yasin 58,78 persen (10.362.694 suara).

Semua Lembaga Survei di atas Salah Fatal karena meleset sangat jauh dalam mensurvei Sudirman Said-Ida.

LSI Denny JA meleset 217 persen

CHARTA POLITIKA meleset 203 persen

LITBANG KOMPAS meleset  174 persen

INDIKATOR meleset 96 persen

INDO BAROMETER meleset 95 persen

SMRC meleset 82 persen

  1. Pilgub DKI berlangsung dua putaran. Putaran kedua diikuti oleh Anies-Sandi, yang diusung oleh Gerinda, PKS dan PAN versus Ahok-Djarot. Pilgub putaran kedua dilakukan pada Rabu, 19 April 2017. Beberapa Lembaga Survei juga melakukan kesalahan dalam memprediksi angka kemenangan pasangan Anies-Sandi.

CHARTA POLITIKA melakukan survei pada 7-12 April 2017 dan menyampaikan hasil surveinya pada Sabtu (15/4/2017) dengan kemenangan Ahok-Djarot. Ahok-Djarot memperoleh 47,3 persen dan Anies-Sandi 44,8 persen.

SMRC mengadakan survei pada 31 Maret hingga 5 April 2017. SMRC merilis hasil surveinya pada 12 April 2019, seminggu sebelum pilkada DKI, 19 April 2017.

Dalam kesimpulannya, SMRC menyebutkan Ahok-Djarot memperoleh 46,9%, Anies-Sandi mendapatkan 47,9%  dan 5,2% menjawab tidak tahu/rahasia.

MEDIAN juga merilis hasil penelitian yang dilakukan pada 13-14 April 2017 (hanya 5-6 hari sebelum pilkada DKI 2017 putaran kedua). Hasil surveinya yang diumumkan pada Sabtu (15/4/2017), 4 hari sebelum digelarnya pilkada DKI, menyimpulkan pasangan Ahok-Djarot memperoleh 47,1%, Anies-Sandi 49% dan 3,9% belum menjawab.

INDIKATOR POLITIK mengadakan survei pada 12-14 April 2017. Hasilnya, Ahok-Djarot dipilih 47,4 persen dan Anies-Sandi 48,2 persen.

LSI Denny JA mengadakan survei pada 7-9 April 2017 dan merilis hasilnya pada Kamis (13/4/2017). Pasangan Ahok-Djarot memperoleh 42,7 persen dan Anies-Sandi 51,4 persen.

KPU DKI mengumumkan hasil putaran kedua pilkada DKI yang menunjukkan Anies-Sandi mendapat 57,95% (3.240.987 suara) dan Ahok-Djarot 42,05% (2.350.366 suara). Tidak ada satu pun lembaga survei di atas yang mendekati 57,95%.

Saat Lembaga Survei menyampaikan hasil surveinya ke publik, maka akan terbentuk persepsi. Menjelang pilpres 2019, beberapa Lembaga Survei juga secara berkala mengeluarkan hasil survei. Semua Lembaga Survei yang mengumumkan hasil surveinya memenangkan Jokowi-Ma’ruf dibanding Prabowo-Sandi yang diusung Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat serta didukung Berkarya.

Timbul kesan mayoritas masyarakat masih menginginkan Joko Widodo sebagai Presiden untuk periode yang kedua. Sesungguhnya masih “ramalan”, tapi seolah-olah akan menjadi “realitas”. Sesungguhnya masih fatamorgana, tapi dipersepsikan seakan menjadi kenyataan yang sebenarnya.

Memperhatikan Kesalahan Fatal Lembaga-Lembaga Survei di Pilkada Jabar, Jateng dan DKI terhadap Paslon Gerindra, PKS dan PAN, wajar jika masyarakat tidak lagi percaya kepada hasil survei yang dilakukan oleh banyak Lembaga Survei terkait Pilpres. Jika rentang waktu dilakukan survei sekitar seminggu hingga sebulan, untuk satu provinsi saja ternyata masih menghasilkan Kesalahan Fatal karena meleset hingga ratusan persen, apalagi masih 3-4 bulan lagi sebelum Pemilu 17 April 2019.

Menjelang Pilpres, masyarakat perlu lebih kritis dan tidak perlu mengikuti kesan dan persepsi yang memang dengan sengaja ingin dibuat oleh pihak-pihak tertentu. Melihat fenomena di masyarakat yang banyak sekali kecewa dengan kepemimpinan Jokowi, tahun 2019 ini, insya Allah, rakyat Indonesia akan punya Presiden Baru. (*)

-Penulis adalah Pemerhati Masalah Sosial dan Politik

Baca Juga