Saudi Abaikan Inggris Ingin Kunjungi Aktivis Perempuan yang Ditahan

DRP merinci para wanita tersebut diduga disiksa, termasuk menjadi sasaran sengatan listrik, diikat ke tempat tidur, dicambuk dengan ‘egal’ dan diancam akan diperkosa.SALAM-ONLINE: Arab Saudi mengabaikan seruan anggota parlemen dan pengacara Inggris agar mengizinkan delegasi untuk mengunjungi aktivis perempuan Saudi yang ditahan, menyusul tuduhan penyiksaan selama dalam penjara.

Panel Peninjauan Penahanan (DRP) yang dipimpin oleh anggota parlemen Inggris Crispin Blunt, meminta awal bulan ini agar mereka diizinkan mengunjungi delapan aktivis perempuan yang ditahan di Penjara Dhahban, utara Jeddah, pantai barat negara itu. Hal ini dilakukan, antara lain, untuk memastikan kondisi kesehatan mereka.

Meskipun menetapkan tenggat waktu 9 Januari 2019 untuk menjawab permintaan panel itu, namun otoritas Saudi di London tidak mengeluarkan tanggapan terkait hal itu.

“Kami kecewa karena pemerintah Saudi belum menanggapi permintaan Panel untuk berkunjung. Tapi peluang Saudi mengizinkan anggota DRP untuk mengunjungi para tahanan tetap terbuka,” kata Tayab Ali, mitra pengacara ITN, Sekretariat dan Pelapor Hukum DRP seperti dikutip Middle East Monitor (MEMO), Kamis (10/1/2019).

“Panel kami tetap berkomitmen untuk mengunjungi aktivis wanita Saudi dan tiga pendukung pria mereka yang ditahan untuk menyelidiki secara seksama tuduhan ini. Pada tahap ini kami terus menunggu respons dari pemerintah Saudi,” ujar Blunt tentang berita itu.

“Kami tetap berharap otoritas Saudi akan memberi kesempatan yang disediakan oleh Panel kami untuk Arab Saudi agar membuka kasusnya dan menunjukkan setiap perubahan kebijakan terhadap aktivis masyarakat sipil.”

Dalam surat yang dikirim ke pejabat Saudi, DRP merinci para wanita tersebut diduga telah disiksa, termasuk menjadi sasaran sengatan listrik, diikat ke tempat tidur, dicambuk dengan ‘egal’ (tali yang digunakan untuk mengamankan hiasan kepala tradisional Teluk), dan diancam akan diperkosa.

Baca Juga

“Implikasi dari aktivis yang ditahan dan disiksa karena menggunakan kebebasan berbicara dan melakukan kampanye damai, menjadi perhatian bagi semua individu yang ingin menggunakan hak asasi mereka di Arab Saudi,” Blunt menyimpulkan.

Berita itu muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang nasib aktivis perempuan yang ditangkap tahun lalu. Anggota keluarga mereka mengatakan bahwa mereka juga telah mengalami kekerasan seksual.

Pekan lalu, Organisasi Hak Asasi Manusia Al-Qst yang bermarkas di London mengungkapkan detail mengejutkan tentang pengalaman seorang wanita. Lembaga HAM itu merinci bagaimana wanita tersebut sengaja difoto dan divideokan tanpa busana oleh para penculiknya. Otoritas kemudian menggunakan gambar-gambar itu saat menginterogasinya sebagai senjata untuk menahannya.

Insiden penyiksaan di penjara Saudi sudah dikenal luas. Bulan lalu, penulis Saudi Reem Sulaiman mengungkapkan bahwa dia sempat mempertimbangkan untuk bunuh diri saat penahanannya karena siksaan yang dia klaim telah ditimpakan padanya. Dia percaya bahwa dia ditangkap dan disiksa atas perintah Saud Al-Qahtani, mantan penasihat Putra Mahkota Mohammad Bin Salman (MBS).

Tiga sumber terpisah mengatakan bahwa Al-Qahtani secara pribadi mengawasi penyiksaan beberapa wanita di tangan sekelompok enam interogator pria. Al-Qahtani sendiri telah dijatuhi sanksi oleh AS pada Oktober 2018 lalu karena dugaan perannya dalam pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi. (mus)

Sumber: MEMO

Baca Juga