Setelah Mengurungnya 6 Tahun, Saudi Deportasi Puluhan Rohingya ke Bangladesh

Rekaman video menunjukkan puluhan pria dideportasi ke Bangladesh, tempat mereka akan menjadi pengungsi. Orang-orang Rohingya itu diborgol setelah mereka berusaha menolak dideportasi ke Bangladesh.

Seorang anak laki-laki berdiri di depan sebuah tenda sumbangan Saudi di salah satu kamp IDP di Sittwe, Myanmar. Saudi mendeportasi puluhan Muslim Rohingya ke Bangladesh. (Foto: Jonas Gratzer/Getty Images)

SALAM-ONLINE: Puluhan Muslim Rohingya dideportasi dari Arab Saudi ke Bangladesh, meskipun mereka berasal dari Myanmar.

Dalam rekaman video yang dikirim ke web Middle East Eye (MEE) pada Ahad (6/1/2019) lalu, sejumlah orang Rohingya terlihat berbaris untuk dideportasi dari pusat penahanan Shumaisi di Jeddah, Saudi.

Orang-orang Rohingya itu juga diborgol setelah mereka berusaha menolak dideportasi ke Bangladesh, demikian menurut rekaman suara yang dikirim ke MEE.

Pria Rohingya yang mendokumentasikan rekaman itu mengatakan bahwa orang-orang yang telah dikurung di pusat penahanan Saudi selama enam tahun itu sedang dideportasi.

“Saya sudah di sini selama lima hingga enam tahun terakhir. Sekarang mereka (otoritas Saudi, red) mengirim saya ke Bangladesh. Tolong doakan saya,” kata pria dalam video itu seperti dikutip Aljazeera, Selasa (8/1).

Rekaman lain yang dikirim ke MEE menceritakan peristiwa yang menyebabkan pemindahan paksa pada Ahad itu.

“Mereka datang ke sel-sel kami di tengah malam pukul 12 siang (tengah malam) (9:00 malam GMT), memberi tahu kami agar kami mengepak tas kami dan bersiap-siap untuk ke Bangladesh,” seorang tahanan Rohingya yang tak ingin namanya disebut mengatakan kepada MEE.

“Sekarang saya diborgol dan dibawa ke negara saya (padahal) saya Rohingya, bukan Bangladesh,” terangnya.

Banyak dari mereka (Rohingya) dilaporkan memasuki Arab Saudi dengan visa turis tetapi tinggal lebih lama untuk bekerja.

Beberapa tahanan yang dikurung di Shumaisi mengatakan kepada MEE bahwa mereka telah tinggal di Arab Saudi sepanjang hidup mereka. Kemudian mereka dikirim ke pusat penahanan setelah polisi Saudi mendapatkan mereka tanpa dokumen.

‘Tidak ada yang siap membantu’

Nay San Lwin, seorang aktivis Rohingya di Frankfurt, Jerman, mengatakan kepada Aljazeera bahwa sebagian besar Rohingya memasuki Saudi pada 2012 setelah kekerasan meletus di negara bagian Rakhine. Mereka mencari kehidupan yang lebih baik.

Baca Juga

Sejak itu mereka mendukung keluarga mereka yang ditahan di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh. Ketika mereka mendarat di Dhaka, Bangladesh, mereka akan menjadi pengungsi dan diangkut ke kamp-kamp pengungsi di Cox’s Bazaar.

Nay San menjelaskan bahwa ketika memasuki Saudi, sidik jari mereka telah didaftarkan sebagai “India, Pakistan, Bangladesh, Nepal” karena identitas Rohingya tidak diterima.

“Menurut hukum Saudi, karena mereka terdaftar sebagai warga negara yang berbeda, kami tidak dapat melakukan apapun dalam hal bantuan hukum,” ungkap Nay San.

“Saudi membawa empat pejabat kedutaan ke pusat penahanan. Tiga kedutaan menolak (untuk menerima mereka); Bangladesh adalah satu-satunya yang menerima mereka.”

Rohingya, minoritas Muslim dari Myanmar, digambarkan sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia.

Hampir satu juta Rohingya terpaksa berlindung di Bangladesh setelah tentara Myanmar melancarkan aksi brutal terhadap minoritas di negara bagian Rakhine barat negara itu pada 2017.

Rohingya telah mengalami penganiayaan di Myanmar selama beberapa dekade. Militer Myanmar yang mengambil alih kekuasaan setelah kudeta pada 1962, mencabut kewarganegaraan etnis Rohingya pada 1982.

Sejak 2012, menyusul kerusuhan mematikan antara umat Buddha Rakhine dengan Rohingya, puluhan ribu orang dari etnis minoritas Muslim dipaksa untuk tinggal di kamp-kamp pengasingan yang jorok.

“Mereka telah berada di penjara terbuka selama beberapa dekade,” kata Nay San. “Genosida sedang berlangsung di sana. Tidak ada yang bisa memiliki paspor Myanmar untuk bepergian ke luar Myanmar,” ujarnya.

“Mereka bahkan tidak diizinkan melakukan perjalanan dari satu kota ke kota lain di negara bagian Rakhine. Orang-orang yang sekarang dideportasi … berhasil masuk dengan paspor yang berbeda melalui penyelundup.”

Nay San mengatakan bahwa aktivis hak asasi manusia telah mengajukan banding ke otoritas Saudi selama dua tahun terakhir. Dia mengaku telah mendekati pejabat Saudi, diplomat, tetapi “tidak ada yang siap membantu”.

Aktivis juga mendekati pemerintah Eropa untuk mengajukan banding ke pemerintah Saudi, katanya. (mus)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga