Tabloid Fitnah dan tak Barokah

-CATATAN M RIZAL FADILLAH-

Kita yakin “operasi tabloid” yang isinya mengandung unsur fitnah, ghibah dan namimah ini jauh dari spirit membangun barokah. Tak ada keberkahan apa-apa yang bisa didapat dari “peluru” yang ditembakkan untuk “menyerang” pikiran jamaah masjid dan pesantren itu.SALAM-ONLINE: Beredar dan dikirimkannya tabloid bernuansa “agama”, yaitu Tabloid ”Indonesia Barokah” ke berbagai Masjid di beberapa provinsi di Jawa menggegerkan publik. Bawaslu di beberapa daerah melakukan operasi penyitaan tabloid “agama” yang terkesan “black campaign” terhadap salah satu kontestan pilpres.

Sesuai dengan gambar halaman muka tabloid yaitu seorang dalang yang sedang memainkan wayang yang berkelahi, maka tabloid ini memang layak disebut tabloid adu domba.

Ketika alamat redaksi tabloid ini dicari di Bekasi, ternyata itu alamat fiktif, sekadar dicatut saja. Nah kalau sudah seperti ini bukan lagi sekadar kompetensi Bawaslu, tapi aparat Kepolisian. Ada unsur dan motif untuk meresahkan masyarakat seperti dikatakan Bawaslu Banyuwangi, Jatim.

Penilaian seorang Buya Syafi’ie Ma’arif saja bahwa perbuatan penyebaran tabloid ke pesantren dan masjid-masjid seperti ini adalah “biadab”. Patut untuk diusut tuntas karena ada sejumlah nama yang menjadi redaktur dan staf redaksinya. Betapa serius program penyebaran ini. Berbiaya besar, patut diduga ada pengelola “kuat” yang melakukan kegiatan berbahaya ini.

Kita yakin “operasi tabloid” yang isinya mengandung unsur fitnah, ghibah dan namimah ini jauh dari spirit membangun barokah. Tak ada keberkahan apa-apa yang bisa didapat dari “peluru” yang ditembakkan untuk “menyerang” pikiran jamaah masjid dan pesantren. Siapa yang membaca ikut mual perutnya. Menggunakan “agama” sebagai alat propaganda dan adu domba. Sementara itu meski lewat tabloid “keagamaan”, berkampanye ke masjid-masjid dan pesantren adalah jelas-jelas pelanggaran undang-undang pemilu yang berakibat pidana penjara.

Serangan pokok adalah “Reuni 212” yang didera fitnah motif politik macam-macam. Sekitar 12 Juta Muslim berkumpul di Monas saat reuni 212 adalah spektakuler dan mengejutkan para Islamofobia. Kerut kening dan pucat wajah mereka. Kekuatan dahsyat umat Islam ini potensial untuk menggebrak kezaliman.

Baca Juga

Karenanya wajar ada skenario melemahkan dan mendistorsikan spiritnya dengan propaganda hitam murahan melalui tabloid yang disebar masif. Lalu HTI yang dijadikan hantu bagi bangsa, Wahabi dianggap sebagai musuh yang disejajarkan dengan ISIS. Dan banyak lagi propaganda liar tak berdasar. Khas pemikiran para pembenci Islam dengan berkedok pemahaman Islam “rahmatan lil ‘aalamiin”.

Tabloid ini tak pantas dibaca oleh “ahlul masjid” dan santri-santri pesantren yang dititipkan oleh orang tuanya untuk belajar Islam dengan benar. Bukan ber-Islam dengan sinis, iri, dengki dan penuh kebencian pada sesama. Bukan beragama dengan pura-pura membela negara dari ancaman kaum radikal, padahal merekalah yang radikal mengancam stabilitas negara dengan racun pemikiran perusak agama. Merekalah musuh dalam selimut umat Islam.

Tabloid tanpa alamat adalah “surat edaran gelap”. Laporkan ke yang berwajib. Jika tak sempat, lipat dan buang ke keranjang sampah. Atau kalau tempat sampah sudah terlalu penuh, apa boleh buat, bakar saja…!

Bandung, 26 Januari 2019

-Penulis adalah Ketua Masyarakat Unggul (Bandung) Institute

Baca Juga