Ingin Tahu Nasibnya, Uighur Desak Cina Rilis Video Keluarga Mereka di Xinjiang

Di bawah kampanye #MeTooUyghur, yang dipublish di Twitter, Uighurs di seluruh dunia mendesak Beijing untuk merilis video kerabat yang belum pernah mereka dengar kabarnya.ANKARA (SALAM-ONLINE): Warga Muslim Uighur di seluruh dunia pada Rabu (13/2/2019) mendesak Beijing untuk merilis video keluarga mereka di Provinsi Xinjiang Cina (Turkistan Timur) sehingga mereka dapat mengetahui nasib dan keadaan keluarga mereka.

Di bawah kampanye #MeTooUyghur, yang dimulai di Twitter, Uighurs di seluruh dunia meminta Beijing untuk merilis video kerabat yang belum pernah mereka dengar kabarnya.

Muhammad Atawulla, seorang Uighur, adalah salah satu di antara mereka yang mencari informasi dari Cina tentang kerabatnya di barat laut Xinjiang, wilayah otonomi negara itu.

“Seperti yang kamu lakukan dengan penyair terkenal kami, Abdurrehim Heyit, maka tunjukkan juga video Ayah, Ibu dan kakakku! Tunjukkan padaku jika mereka masih hidup!” seru Atawulla di akun Twitternya seperti dikutip kantor berita Anadolu, Rabu (13/2).

Media rezim komunis Cina pada Senin (11/2) merilis sebuah video yang memperlihatkan penyair dan musisi Uighur, Heyit, nampak masih hidup setelah laporan muncul tentang kematiannya di dalam penjara. Dia dihukum delapan tahun penjara pada 2017.

Emin Kasim, seorang Uighur yang tinggal di Istanbul, juga meminta Cina untuk memposting video ayah mertuanya.

“Tidak memiliki batasan dalam kekejaman, rezim Cina! Profesi apa yang kamu ajarkan kepada ayah mertua (73 tahun) saya di kamp pelatihan?” tanya Kasim di akun Twitternya, Selasa (12/2), merujuk pada “kamp pendidikan ulang” untuk sekitar 1 juta orang Uighur di dalam penjara.

Meryem Sultan men-tweet sebuah foto yang meminta Beijing untuk melakukan kontak dengan teman dan keluarganya.

Sultan mengatakan bahwa dia menginginkan video tentang ibu dan temannya yang dihukum 15 tahun penjara meskipun mereka tidak bersalah.

Tragedi kemanusiaan di Xinjiang

Baca Juga

Turki pada Sabtu (9/2) pekan lalu mengecam kebijakan asimilasi sistematis rezim Cina untuk Uighur. Juru bicara Kementerian Luar Negeri TUrki, Hami Aksoy, menyebut Cina “sangat memalukan bagi kemanusiaan”.

“Bukan lagi rahasia bahwa lebih dari satu juta orang Uighur—yang terkena penangkapan sewenang-wenang—menjadi sasaran penyiksaan dan pencucian otak di pusat-pusat konsentrasi dan penjara,” ungkap Aksoy.

Turki mendesak pemerintah Cina untuk menghormati hak asasi manusia fundamental Uighur dan menutup kamp konsentrasi.

“Kami juga menyerukan kepada komunitas internasional dan Sekretaris Jenderal PBB agar mengambil langkah-langkah efektif untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan di Xinjiang,” tegasnya.

Wilayah Xinjiang Cina dihuni sekitar 11 juta warga Uighur. Kelompok Muslim yang membentuk sekitar 45 persen dari populasi Xinjiang itu, sudah lama menuduh otoritas Cina melakukan diskriminasi budaya, agama dan ekonomi.

Hingga 1 juta orang (ada yang menyebut 3 juta atau bahkan 5 juta), atau sekitar 7 – 10 persen dari populasi Muslim di Xinjiang, telah dipenjara dalam jaringan yang diperluas dari kamp “pendidikan ulang politik”, menurut pejabat AS dan pakar PBB.

Dalam sebuah laporan September 2018 lalu, Human Rights Watch (HRW) menyebut rezim Cina melakukan “kampanye sistematis pelanggaran hak asasi manusia” terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.

Menurut laporan setebal 117 halaman, rezim Cina melakukan “penahanan, penyiksaan dan penganiayaan massal” terhadap warga Uighur di wilayah tersebut. (mus)

Sumber: Anadolu Agency

Baca Juga