Dukungan Internasional untuk Turki Setelah Upaya Kudeta Gagal pada 2016

ANKARA (SALAM-ONLINE): Para pejabat pemerintahan dan organisasi internasional di seluruh dunia mengecam upaya kudeta di Turki pada 15 Juli 2016. Mereka memberikan dukungan kepada pemerintah dan rakyat Turki setelah upaya kudeta itu berhasil digagalkan, kantor berita Anadolu melaporkan, Ahad (14/7/2019).

Setelah upaya kudeta pada 15 Juli 2016 itu gagal, banyak negara dan lembaga-lembaga internasional memberikan dukungan terhadap Turki. Turki mengungkap kudeta gagal itu didalangi oleh Organisasi Teroris Fetullah (FETO),

Negara pertama yang menyatakan dukungannya adalah Bosnia-Herzegovina. Mantan anggota Kepresidenan Bosnia dan Herzegovina Bakir Izetbegovic menekankan dukungannya kepada “negara sahabat Turki” dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Mantan Presiden Georgia Giorgi Kvirikashvili dan mantan Presiden Kazakhstan Nursultan Nazarbayev adalah tamu tingkat tinggi pertama ke Turki setelah upaya kudeta itu.

Meskipun banyak negara Eropa mengutuk upaya kudeta terhadap Presiden Erdogan itu, namun sebagian besar mereka menghindari mengunjungi Turki untuk waktu yang lama. Sementara pejabat tingkat tinggi Bahrain, Palestina, Qatar, Irak dan Iran secara pribadi melakukan kunjungan ke negara itu.

Dewan Eropa, Parlemen Eropa, Majelis Parlemen Dewan Eropa, Majelis Parlemen Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCEPA), PBB dan Persatuan LSM (organisasi non-pemerintah) dari Dunia Islam, mengunjungi Ankara setelah upaya kudeta tersebut.

Ekstradisi pemimpin FETO yang berbasis di AS, Fetullah Gulen, kini telah menjadi masalah besar antara Ankara dan Washington.

Dalam konferensi pers dengan Erdogan, mantan Wapres AS Joe Biden meminta maaf atas kunjungan yang tertunda itu. Biden mengatakan sebenarnya dia ingin datang lebih awal.

Presiden Rusia Vladimir Putin adalah pemimpin asing pertama yang menelepon Presiden Erdogan setelah upaya kudeta gagal tersebut.

Baca Juga

Erdogan juga melakukan percakapan telepon dengan mantan Presiden AS Barack Obama pada 19 Juli 2016.

Obama mengutuk upaya kudeta yang bertujuan menggulingkan pemerintahan yang terpilih secara demokratis. Dia menyatakan dukungannya untuk demokrasi di Turki.

Percakapan telepon Presiden Erdogan, termasuk dengan pejabat dan pemimpin dari Arab Saudi, Raja Salman bin Abdulaziz, mantan Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras, Kanselir Jerman Angela Merkel, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg.

Presiden dan perdana menteri Republik Turki Siprus Utara. Mustafa Akinci dan Huseyin Ozgurgun, juga Presiden Macedonia Gjorge Ivanov, Ketua Parlemen Irak Salim al-Jabouri, Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borisov, mantan Presiden Pemerintah Daerah Kurdi Irak Masoud Barzani Perdana Menteri Negara Punjab Pakistan, Shahbaz Sharif, juga melakukan kunjungan ke Turki setelah upaya kudeta tersebut.

FETO dan pemimpinnya yang berbasis di AS Fetullah Gulen mengatur upaya kudeta yang digagalkan pada 15 Juli 2016. Upaya kudeta itu menyebabkan 251 orang gugur dan hampir 2.200 lainnya terluka.

Ankara juga menyebut FETO berada di balik kampanye jangka panjang untuk menggulingkan pemerintahan Erdogan melalui infiltrasi institusi Turki, khususnya militer, polisi dan pengadilan. (mus/salam)

Sumber: Anadolu

Baca Juga