Menyelamatkan Iman Kaum Muda Sevilla melalui Madrasah Al-Andalusia

SALAM-ONLINE: Ilmu adalah kebutuhan yang amat mendasar bagi kaum Muslimin. Menuntutnya menjadikan seseorang mulia, membudayakannya akan menuntun pada kegemilangan—sebagaimana dunia mencatatnya dalam sejarah emas Peradaban Al-Andalus.

Di Indonesia, cukup mudah untuk mendatangi sumber-sumber ilmu. Kaum Muslimin bisa melangkahkan kaki ke masjid yang di dalamnya rutin digelar majelis ilmu, atau memilih sekolah-sekolah Islam seperti madrasah dan pesantren yang hampir bisa ditemui di banyak tempat.

Hal ini merupakan suatu kewajaran bagi negeri berpopulasi Muslim terbesar di dunia.

Namun sebaliknya, kemudahan yang demikian itu tidak dirasakan oleh kaum Muslimin di Sevilla, Spanyol. Madrasah pendidikan Islam sangat minim di sana. Sekalipun populasi Muslim di Spanyol kian bertambah dari waktu ke waktu.

Ada sekitar 1,9 juta Muslim yang hidup di Spanyol dari total 44,6 juta penduduk negeri Matador itu.

Ketimpangan antara jumlah Muslim dengan institusi pendidikan Islam yang memadai telah memunculkan sejumlah persoalan yang cukup pelik. Di antaranya adalah terjauhkannya kaum Muslimin dari nilai-nilai Islam.

Dai sekaligus pendiri Madrasah Al-Andalusia di Sevilla, Syaikh Muhammad Al-Idrissi menceritakan, sebagian Muslim di sana tidak paham hal-hal mendasar mengenai Islam seperti mengucap dua kalimat syahadat atau bahkan haramnya mengonsumsi daging babi.

Itu semua menurutnya berpangkal dari minimnya akses pendidikan Islam yang hadir di tengah-tengah mereka.

“Faktor lingkungan menjadi sebab yang membuat mereka seperti itu (tidak memahami dasar-dasar keislaman). Jadi generasi muda kita yang berumur 20 tahunan, tidak paham nilai dasar Islam yang mereka peluk. Dan bahkan mereka seperti tidak menyadari bahwa mereka adalah Muslim,” tutur Syaikh Idrissi kepada Salam-Online dalam pertemuan yang diadakan di Gedung Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), di Jakarta, Jumat (29/11/2019).

Keadaan memprihatinkan ini, lanjut Syaikh, diperparah dengan sentimen Islamofobia yang berkembang di Eropa, sehingga mereka merasa malu dan enggan untuk tampil sebagai Muslim.

Syaikh Muhammad Al-Idrissi berbincang dengan Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Muhammad Siddiq dalam pertemuan di Gedung DDII Pusat, Jakarta, Jumat (29/11/2019). (FOTO: INA/Tommy Abdullah)

Arus Maroko

Lebih jauh Syaikh menjelaskan, gelombang kedatangan Muslim ke Spanyol cukup besar di tahun 1980 hingga 1990-an. Sebagian besar dari para pendatang Muslim itu datang dari Maroko, dimana pendidikan Islam di negara asal mereka itu menjadi tanggung jawab pemerintah.

Ketika datang ke Spanyol, keadaan yang ditemui para pendatang ini jauh berbeda dengan negeri asal mereka. Jika pendidikan Islam di Maroko menjadi tanggung jawab pemerintah, maka untuk mendapatkan pendidikan Islam di Spanyol membutuhkan inisiatif dan kesadaran akan tanggung jawab.

Sayangnya, kata Syaikh, kebiasaan ‘dilayani’ itu terus terbawa hingga mereka menetap di Spanyol. Karenanya, kesadaran dan inisiatif untuk mendidik anak-anak dengan pendidikan Islam tidak muncul di benak para orang tua Muslim.

“Pada saat itu yang menjadi tujuannya adalah duniawi (pekerjaan dan berdagang). Dan tidak terpikir oleh mereka akan tanggung jawab mendidik anak-anaknya dengan pendidikan Islam. Padahal, tanpa itu, anak-anak mereka akan kehilangan imannya,” ujar Syaikh yang menimba ilmu di Inggris itu.

Baca Juga

Inisiatif

Melihat urgensi kebutuhan pendidikan Islam di tengah-tengah komunitasnya, Syaikh Idrissi berinisiatif membangun sebuah madrasah di Sevilla, yang dia namakan sebagai Madarah Al-Andalusia.

Upaya ini dia mulai pada 2014, tidak lama setelah ia menyelesaikan pendidikan Bahasa Arab dan Islam selama delapan tahun di Dewsbury, Inggris.

Pada tahun pertama, madrasah itu hanya memiliki 13 murid dengan satu guru yang tidak lain adalah Syaikh Idrissi itu sendiri. Lokasinya tidak berjauhan dari Masjid Al-Hidayah, masjid pertama yang dibangun komunitas Muslim di Sevilla.

Kegiatan belajar para murid di Madrasah Al-Andalusia. (Dok. Madrasah Al-Andalusia)

Tahun berikutnya masyarakat Muslim maupun non-Muslim mulai menyadari dampak positif dari keberadaan Madrasah Al-Andalusia. Bantuan dan dukungan pun berdatangan, khususnya dari Inggris. Dengan demikian memungkinkan bagi dirinya untuk mendirikan dua cabang lainnya.

“Kita terus berupaya untuk memperluasnya. Dan saat ini kesadaran kaum Muslimin akan agamanya mulai tumbuh,” kata Syaikh.

Sejumlah aktivitas yang dilakukan di madrasah tersebut antara lain pengajaran pendidkan Bahasa Arab untuk anak-anak maupun dewasa, Muslim maupun non-Muslim. Mereka juga memberikan layanan sosial dan kemanusiaan bagi masyarakat Sevilla.

Saat ini, Madrasah Al-Andalusia memiliki sejumlah proyek yang membutukan dukungan kaum Muslimin. Di antaranya adalah pembelian bangunan untuk perluasan cabang madrasah, memproduksi dan mencetak silabus pendidikan Islam bagi anak-anak berusia 6 sampai 16 tahun, pelatihan para guru, pengembangan aplikasi Al-Qutubia dan layanan pendidikan Islam bagi Muslim dewasa.

Selama berada di Jakarta, pengurus Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia menjadi pihak yang memfasilitasi tujuan Syaikh Idrissi dalam mengupayakan dukungan kaum Muslimin Indonesia untuk keberlangsungan dakwah di Sevilla.

DDII sekaligus memfasilitasi bantuan materi dari kaum Muslimin di Indonesia. Bantuan bisa disalurkan ke:

Mandiri Syariah – 700 132 7733 (atas nama LAZIS Dewan Dakwah).

Konfirmasi donasi – 0858 8282 4343

Email[email protected]

(Salam/SF)

Baca Juga