Politisi PKS: Rasulullah Dihina, Diam! Presiden Dihina, Diciduk!

Anggota Komisi III DPR RI Habib Aboe Bakar Al-Habsyi

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Anggota Komisi III dari Fraksi PKS, Habib Aboe Bakar Al-Habsy menyesalkan ramainya penistaan terhadap Islam di Indonesia. Dia menyayangkan penegakan hukum yang tidak tegas terkait kasus penistaan tersebut.Habib Aboe Bakar menyampaikan hal ini saat sesi tanya jawab dalam rapat kerja bersama Kapolri Jenderal Idham Azis di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (20/11/2019).

Habib Aboe Bakar mulanya mengaku kerap ‘panas’ ketika ditanya masyarakat perihal penegakan hukum dalam kasus penistaan terhadap Islam yang tak berimbang.

“Akhir-akhir ini kembali disibukkan dengan isu penistaan agama. Saya sebagai anggota Komisi III, saya kerap panas kalau ditanya konstituen Pak. Bapak (Kapolri) bisa tanya Pak Yazid (Kapolda Kalsel Irjen Yazid Fanani) bagaimana perasaannya di Kalsel kalau begitu ditanya tentang penghinaan Rasulullah itu,” papar Aboe Bakar.

Habib Aboe Bakar menjelaskan seringnya adanya ketimpangan dalam penanganan kasus penistaan terhadap Islam. Padahal, kata dia, untuk kasus penghinaan presiden, polisi langsung bergerak cepat.

“Sementara kalau kita menghina presiden aja udah diciduk pak. Ciduk udah, enggak ada urusan hina presiden itu. Tapi hina Rasulullah kok diem gitu Pak. Buat kami warga Kalsel jika ada yang menghina Nabi Pak, wah marah kita Pak, pasti,” katanya.

Politisi PKS itu tak menjelaskan kasus yang dimaksudnya. Namun, dia mengatakan kasus tersebut berkaitan dengan kasus puisi yang sebelumnya telah di-SP3 oleh polisi.

“Tentunya akhir-akhir ini publik menghubungkan dengan kasus ‘puisi konde’ beberapa waktu yang lalu juga SP3 gitu. Hal ini semakin menguatkan terhadap orang-orang yang untouchable, tidak bisa tersentuk Pak. Nah, ini saya pikir harus jadi perhatian,” tegas Habib Aboe Bakar.

Habib Aboe Bakar bahkan secara terang-terangan menyebut beberapa nama yang kasusnya seolah tak ada tindak lanjut. Misalnya, kata dia, kasus penistaan terhadap Islam oleh Ade Armando.

“Ada beberapa nama yang sudah dilaporkan berkali-kali. Ada nama Permadi Arya, Ade Armando, enggak selesai-selesai tuh kelanjutannya gimana,” ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, Sukmawati Soekarnoputri menyampaikan pidato dalam acara ‘Bangkitkan Nasionalisme Bersama Kita Tangkal Radikalisme dan Berantas Teroris’ beberapa waktu yang lalu. Pidato itu menjadi viral. Sukmawati melontarkan pertanyaan terkait siapa yang berjuang di abad 20.

“Sekarang saya mau tanya yang berjuang di abad 20 itu Nabi Yang Mulia Muhammad apa Insinyur Soekarno untuk kemerdekaan? Saya minta jawaban, silakan, Siapa yang mau menjawab berdiri, jawab pertanyaan Ibu ini,” tanya Sukmawati.

“Di abad 20 yang berjuang untuk kemerdekaan itu Nabi yang mulia Muhammad atau Insinyur Soekarno? Tolong jawab silakan anak-anak muda. Saya mau tahu jawabannya. Ayo jawab enggak ada yang berani? Saya mau yang laki-laki, radikalis banyaknya laki-laki ya. Coba kamu berdiri namanya siapa dari mana,” sambung Sukmawati.

Kemudian salah satu mahasiswa yang bernama Muhammad Takim Maulana berdiri untuk menjawab pertanyaan dari Sukmawati.

“Bismillaahirrahmaanirrahiim. Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh. Saya Muhammad Takim Maulana, mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah Jakarta. Memang benar pada saat awal ke 20 yang berjuang itu Insinyur Soekarno,” kata Takim.

Namun belum selesai berbicara, Sukmawati nampak memotong ucapan mahasiswa tersebut. “Oke, setop. Hanya itu yang Ibu mau tanya, terima kasih,” kata Sukmawati.

Baca Juga

Sukmawati kemudian meminta mahasiswa lain untuk berdiri dan menjawab pertanyaan yang ia lontarkan.

“Coba siapa lagi yang mau jawab, ini anak-anak muda coba kamu berdiri. Ini adik dari Irian ya, coba berdiri, coba jawab pertanyaan ibu. Di awal abad 20 ibu ulang lagi, siapa yang berjuang untuk kemerdekaan apakah Nabi yang mulia Nabi Muhammad atau insinyur Soekarno?” tanya Sukmawati.

Kemudian ada seorang mahasiswa dari Papua berdiri untuk menjawab, namun mahasiswa tersebut justru menjawab Presiden Soeharto.

“Baik terima kasih atas kesempatannya, kalau menurut saya Pak Soeharto,” kata mahasiswa tersebut yang disambut gelak tawa.

Sukmawati yang mendengar pernyataan mahasiswa asal Papua langsung membalas salam merdeka.

“Merdeka sekian terima kasih. Jadi begini saudara-saudara, memangnya kita enggak boleh menghargai, menghormati, orang-orang mulia di awal-awal, pokoknya abad modern? Apakah hanya selalu yang menjadi suri teladan itu hanya Nabi-nabi? Ya, oke, nabi-nabi, tapi pelajari perjalanan sejarah, yang makin ada, ada revolusi industri,” tutup Sukmawati.

Sebelumnya, Putri Proklamator ini juga tersandung kasus dugaan penistaan agama. Dia pernah kena kontroveresi puisi ‘Kidung Ibu Indonesia’.

Kontroversi soal Puisi ‘Kidung Ibu Pertiwi’ atau ‘Kidung Ibu Indonesia’ muncul tahun lalu. Saat itu, Sukmawati berbicara dalam acara 29 Tahun Anne Avantie Berkarya di Indonesia Fashion Week 2018. Dia menyampaikan puisi. Di dalam bagiannya ada yang menyinggung mengenai adzan dan cadar. Berikut adalah puisi itu.

Ibu Indonesia

Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
Lebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmu
Rasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin laut

Lihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingat
Kecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elok
Lebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu cipta
Helai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawi

Pandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamu
Sudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.

Sumber: fraksi.pks.id, detik.com

Baca Juga