Serangan Bom Mobil di Perbatasan Turki-Suriah, Belasan Orang Meninggal

Kota di Suriah ini (Tal Abyad) telah menjadi saksi beberapa pertempuran dahsyat sejak militer Turki melancarkan operasi Mata Air Perdamaian(Operation Peace Spring) di Suriah pada 9 Oktober 2019 lalu. (Foto: AP)

SALAM-ONLINE: Belasan orang meregang nyawa dalam serangan bom mobil di dekat perbatasan Turki-Suriah, Sabtu (2/11/2019) sore. Kementerian Pertahanan Turki mengatakan setidaknya 13 orang meninggal di kota Tal Abyad, Suriah, akibat serangan bom tersebut.

Serangan bom itu mengoyak Tal Abyad, salah satu dari beberapa kota yang dikuasai kelompok teror YPG/PKK/SDF Kurdi, lapor Al Jazeera, Ahad (3/11) dini hari (WIB).

“Berdasarkan temuan pertama, 13 warga sipil tewas dan sekitar 20 lainnya cedera dalam ledakan di kota timur laut itu,” kata Kementerian Pertahanan Turki, Sabtu (2/11).

Kota ini telah menjadi saksi beberapa pertempuran dahsyat sejak awal perang melawan kelompok teror bersenjata (YPG), yang selama bertahun-tahun bersekutu dengan Amerika Serikat dalam perang melawan Daesh atau “ISIS”.

Koresponden kantor berita AFP di Tal Abyad melihat kerangka dua sepeda motor terbakar di tengah jalan yang dipenuhi reruntuhan (puing-puing) bangunan.

Sekelompok pria membawa mayat korban yang terbakar ke bagian belakang truk pickup saat seorang wanita muda berjilbab berdiri kaget di pinggir jalan.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengatakan pejuang Suriah pro-Turki dan warga sipil termasuk di antara yang menjadi korban jiwa dan terluka dalam ledakan mobil itu.

“Kami mengutuk serangan berdarah tidak manusiawi dari teroris PKK/YPG ini yang menyerang warga sipil tak bersalah di Tal Abyad, yaitu warga (pengungsi) yang baru kembali ke rumah mereka setelah Operasi Peace Spring (Operasi Mata Air Perdamaian) yang dilakukan Turki,” kata Kementerian Pertahanan Turki via Twitter.

Belum ada kelompok yang menyatakan berada di balik serangan maut itu.

Baca Juga

Pertempuran di Timur Laut Suriah

Partai Pekerja Kurdistan (PKK) berbasis di Turki. Kelompok ini dimasukkan dalam daftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Uni Eropa dan AS sendiri. Di Suriah, PKK memiliki sayap—PYD/YPG/SDF—yang didukung AS. PKK melancarkan aksi teror terhadap Turki sejak tahun 1984.

Ankara menganggap YPG/PYD/SDF sebagai kelompok teroris karena menjadi kepanjangan PKK di Suriah. Tetapi kelompok teror ini di Suriah menjadi sekutu AS dalam melawan Daesh yang sama-sama dicap sebagai teroris.

Pada 9 Oktober 2019 lalu, setelah keputusan mendadak Presiden Donald Trump untuk menarik pasukan AS, Turki dan kelompok pejuang oposisi Suriah melancarkan operasi lintas perbatasan. Mereka menguasai Tal Abyad dan sekitar 120 km (75 mil) wilayah di sepanjang perbatasan.

“Zona aman” antara Tal Abyad dan kota Ras al-Ain di Suriah didirikan sebagai bagian dari kesepakatan 17 Oktober antara Ankara dengan Washington. Kesepakatan itu di antaranya pemberlakuan gencatan senjata dan memberikan sekempatan penuh kepada YPG untuk menarik pasukannya.

Turki juga berharap dapat memulangkan kembali para pengungsi Suriah ke tanah airnya sendiri. Untuk diketahui, setidaknya 3,6 juta warga Suriah mengungsi ke Turki.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa PBB akan mempelajari rencana Ankara untuk pemulangan para pengungsi tersebut.

Pada Jumat (1/11) lalu, pasukan Turki dan Rusia berkendaraan lapis baja mengadakan patrolidarat bersama pertama mereka di timur laut Suriah. Berdasarkan kesepakatan, antara kedua negara akan memaksa YPG/SDF—sayap militer PKK di Suriah—untuk menjauh dari perbatasan Turki. (mus/salam)

Sumber: Al Jazeera

Baca Juga