Tingkatkan Serangan di Idlib, Pasukan Rezim Suriah Hancurkan Rumah Sakit

Meskipun ada kesepakatan gencatan senjata, rezim Suriah dan Rusia tetap membombardir sebuah rumah sakit di Idlib.

Seorang pria berjalan di puing-puing lorong rumah sakit di desa Shinan, sekitar 30 kilometer Idlib di Provinsi Idlib barat laut yang mendapat serangan udara dari rezim Suriah (Basyar Asad) yang didukung Rusia. (Foto: AFP).

IDLIB (SALAM-ONLINE): Pasukan rezim Basyar Asad menghancurkan rumah sakit Al-Ikhlas di Provinsi Idlib yang dikuasai kelompok pejuang Suriah, Kamis (7/11/12019) dini hari.

“Rumah sakit, yang melayani 12 desa dengan populasi sekitar 90.000, tidak berfungsi dan benar-benar hancur,” kata direktur rumah sakit, Dr Zuhair Karat, kepada Middle East Eye (MEE), Kamis (7/11).

Terletak di desa Shinan, antara kota Idlib dan Maarat al-Numan, rumah sakit Al-Ikhlas mengkhususkan diri dalam bidang ginekologi, perawatan neonatal, pediatri dan layanan vaksin rutin.

“Pada Kamis (7/11) pukul 1 dini hari, sebuah pesawat perang Rusia melancarkan dua serangan di rumah sakit (Al-Ikhlas) dengan roket-roket peledak tinggi,” tutur Karat.

“Staf rumah sakit nyaris tidak selamat dari serangan pertama. Dan serangan kedua menghancurkan seluruh peralatan rumah sakit,” tambahnya.

Tiga pekerja staf medis terluka, menurut tim penyelamatan Pertahanan Sipil yang dikenal sebagai Helm Putih (White Helmets).

“Ini bukan pertama kalinya,” kata Karat. “Angkatan udara (rezim) Suriah menyerang rumah sakit ini beberapa bulan setelah beroperasi pada 2017.”

Rumah sakit Al-Ikhlas sudah lama jadi target pasukan rezim Basyar Asad dalam konflik Suriah lebih delapan tahun. Dan sejak pergantian tahun serangan meningkat. Targetnya adalah pusat medis dan lembaga pertahanan sipil White Helmets di Suriah barat laut.

“Pasukan Damaskus (rezim Asad) dan sekutu Rusia mereka telah menargetkan 40 rumah sakit dan pusat medis sejak 28 April,” kata direktur kesehatan Idlib lewat akun Facebooknya.

“Setelah penghancuran rumah sakit, pesawat-pesawat tempur Rusia dan Suriah beralih membombardir kota Jisr al-Shughur, sebelah barat Idlib,” kata aktivis White Helmets Mohammed Rashid.

Serangan itu juga menargetkan desa-desa di sebelah barat Aleppo dan utara Latakia yang berbatasan dengan Idlib.

“Satu warga sipil tewas di Jisr al-Shughur dan delapan lainnya tewas di desa al-Sahara, sebelah barat Aleppo, sebagai akibat dari serangan tersebut,” ujar Rashid yang tinggal di utara Hama.

Dia mengatakan bahwa markas besar organisasi di Jisr al-Shughur dinonaktifkan setelah menjadi sasaran serangan udara rezim Suriah.

“Pesawat-pesawat tempur menyerang daerah itu dengan lima rudal sekaligus menargetkan rumah-rumah sipil dan fasilitas umum, termasuk sebuah sekolah dan pusat lembaga pertahanan sipil wanita White Helmets,” kata organisasi White Helmets itu di akun Facebooknya.

Idlib adalah rumah bagi lebih dari tiga juta orang. Sepertiga di antaranya merupakan pengungsi yang mengungsi dari wilayah lain di negara itu setelah menyelamatkan diri dari serangan dan pengeboman yang dilakukan pihak rezim dan Rusia.

Gencatan senjata

Secara resmi, Idlib mematuhi gencatan yang diumumkan secara sepihak oleh Rusia pada 31 Agustus lalu setelah pasukan pro-rezim mengambil alih kota Khan Sheikhoun di selatan provinsi tersebut.

Namun demikian, serangan udara rezim Asad yang didukung Rusia dengan artileri dan roket terus berlangsung secara sporadis. Gencarnya Serangan itu membuat jumlah korban jiwa dalam perang tersebut semakin bertambah. Diperkirakan sudah mencapai sekitar setengah juta jiwa.

Baca Juga

Menurut kelompok aktivis Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR), 77 warga sipil, termasuk 17 anak-anak dan sembilan wanita, telah terbunuh sejak Rusia mengumumkan gencatan senjata.

Idlib dan sekitarnya adalah bagian terakhir dari wilayah Suriah yang berada di bawah kendali kelompok pejuang oposisi. Pada April lalu pasukan Asad meningkatkan upaya mereka untuk merebut kembali provinsi itu. Akibatnya, sekitar 630.000 warga sipil terlantar.

“Khawatir serangan baru, mereka yang terlantar enggan untuk kembali ke rumah mereka di daerah-daerah Idlib yang sebelumnya jadi target,” kata Ketua dan Pendiri SNHR, Fadel Abdel Ghani kepada MEE.

“Area yang telah dibom dalam tiga hari terakhir hampir saja membuat populasi di provinsi itu berkurang,” terangnya.

Provinsi Idlib berada di bawah kendali Hay’at Tahrir al-Sham (HTS), faksi militan yang sebelumnya bernama Jabhat Fatah al-Sham (JFS) dan Jabhah Nushra (JN) bekas sayap Al-Qaidah di Suriah.

Namun, kelompok pejuang oposisi yang didukung Turki dikerahkan ke beberapa front di sekitar Idlib.

Mediasi internasional

Sebagai bagian dari upaya de-eskalasi di Suriah, militer Turki, bekerja sama dengan Rusia, membangun 12 pos pemeriksaan di sekitar Idlib pada pertengahan tahun lalu.

Namun, pasukan rezim Suriah dengan dukungan Rusia berusaha mengambil kendali atas Bukit Kupina yang strategis di Latakia utara, sebelah barat Idlib.

Kupina adalah garis pertahanan pertama untuk kota Jisr al-Shughur. Pertempuran sengit berkecamuk di sana setiap hari.

Ketika perjanjian gencatan senjata secara permanen terus dilanggar oleh rezim dan Rusia, upaya PBB untuk membuka jalan bagi solusi politik di Suriah pun berlanjut.

“Serangan terhadap Suriah utara merupakan indikasi bahwa Damaskus tidak siap untuk melakukan proses politik apa pun,” kata Abdel Ghani.

Komite Konstitusi yang bertugas merancang konstitusi Suriah yang disponsori PBB baru memulai pertemuan pada Selasa untuk mengatur agenda, setelah putaran empat hari pertemuan.

Komite tersebut terdiri dari 150 anggota yang mewakili pihak rezim dan oposisi.

Terlepas dari dibentuknya Komite Konstitusi, pasukan pro-rezim melanjutkan agresi mereka, kata Abdel Ghani.

“Serangan ke Suriah utara merupakan indikasi bahwa Damaskus (rezim Asad) tidak siap untuk melakukan proses politik apa pun,” katanya.

“Pasukan Damaskus saat ini terus melanggar konstitusi. Tidak ada jaminan bahwa Damaskus akan mematuhi konstitusi baru.” (mus/salam)

Sumber: MiddleEastEye

Baca Juga