Jika Zionis Caplok Tepi Barat, Palestina Akan Deklarasikan Kemerdekaan

Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh saat berbicara di Tepi Barat

SALAM-ONLINE: Para pejabat Palestina meningkatkan tekanan terhadap Zionis untuk membatalkan rencana pencaplokan (aneksasi)nya terhadap bagian Tepi Barat Juli depan, dengan mengatakan jika si penjajah tersebut melakukannya, mereka akan langsung mendeklarasikan sebuah negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Para pemimpin Palestina itu mengatakan, mereka tidak melanjutkan proses “perdamaian” dengan Zionis penjajah, dan kini akan memperjuangkan pengakuan internasional.

Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan, Zionis membuat kesalahan jika melanjutkan rencananya untuk mencaplok Lembah Yordania dan wilayah sepanjang Laut Mati utara di Tepi Barat. Lembah Yordania yang membentang di perbatasan timur dari Tepi Barat di sepanjang perbatasan dengan Yordania, kata Shtayyeh, sangat penting bagi masa depan negara Palestina.

“Wilayah itu adalah penghasil sayuran untuk Palestina. Luas Lembah Yordania 1622 kilometer persegi. Lembah Yordania meliputi 28 persen dari Tepi Barat. Lembah Yordania adalah perbatasan kami dengan Yordania, jadi aneksasi ini bagi kami adalah ancaman terhadap keberadaan kami (ancaman eksistensial),” tegas Shtayyeh.

Menurut rencana “perdamaian” Timur Tengah versi Presiden AS Donald Trump, penjajah itu dapat mencaplok 30 persen dari Tepi Barat, termasuk semua permukiman Yahudi dan Lembah Yordania. Shtayyeh menambahkan, melakukan aneksasi itu berarti akhir dari segala bentuk negara Palestina yang layak dan akan mempunyai konsekuensi.

 

Baca Juga

“Kami menunggu dan menekan Zionis untuk tidak menganeksasi. Jika mereka mencaplok setelah tanggal satu Juli, kami akan beralih dari Otoritas sementara Palestina ke sebuah bentuk negara. Dari situ kami menuju ke tahap berikutnya,” tandas Shtayyeh.

Shtayyeh menggambarkan tahap berikutnya untuk menciptakan negara Palestina sesuai perbatasan sebelum tahun 1967 yang berarti, sebuah negara di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem (Baitul Maqdis) sebagai ibu kotanya.

“Itu berarti akan ada dewan pendiri, akan ada deklarasi konstitusional, dan Palestina akan berada di perbatasan seperti tahun 1967 dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Kami akan meminta masyarakat internasional untuk mengakui fakta ini. Seperti itulah sikap kami dan seperti yang telah dikatakan, saya pikir dunia dan kami harus menghadapi kenyataan yang ada,” tegasnya.

Yerusalem Timur telah dianeksasi oleh Zionis. Dan AS telah mengakui Yerusalem sebagai ibu kota penjajah dan memindahkan kedutaannya ke sana.

Bulan lalu, Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengumumkan, ia akan mengakhiri kerja sama keamanan dengan Zionis. Langkah itu menimbulkan kekhawatiran bahwa Palestina dapat menyerang tentara dan warga sipil penjajah jika aneksasi berjalan sesuai jadwal pada 1 Juli 2020. (VOAIndonesia)

Baca Juga