Anggota Komisi VIII Ini Minta Menag Berhenti Berkata Radikalisme

Menag Fachrul Razi (kiri) dan Anggota Komisi VIII DPR Dr Ali Taher

SALAM-ONLINE.COM: Anggota DPR RI Dr M Ali Taher, SH, M.Hum, menyoal Menteri Agama Fachrul Razi terkait pernyataan agen radikalisme dan good looking.

“Saya saya bertanya, Pak Menteri Islam atau bukan. Saya mohon maaf, perasaan su’uzhon tehadap seseorang tidak boleh sebenarnya, tapi perasaan saya tak enak,” ujar Ali Taher dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR RI dengan Menag Fachrul Razi, Selasa (8/9/20) yang ditayangkan Youtube.

Ali mengatakan hatinya hancur saat mendengar Fachrul Razi menyatakan tentang agen radikalisme dan good looking.

“Pak Menteri Agama, sekali lagi saya mengajak berhenti berkata radikalisme. Berhenti berkata radikalisme. Islam yang kita pahami Islam yang rahmatan lil ‘aalamiin,” kata Ali.

“Islam Rahmatan lil ‘aalamiin dibangun oleh Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam penuh dengan kasih sayang, tidak dengan kebancian. Kalau Menteri Agama sudah memandang umat, memandang rakyatnya penuh dengan kebencian, berhenti dari Menteri Agama Republik Indonesia,” serunya.

Ia mengingatkan dalam rapat itu, bahwa Menag sudah kesekian kalinya bicara radikalisme.

Ali Taher pun mengatakan Fachrul Razi tidak cocok menjadi Menteri Agama. Fachrul, menurutnya, lebih cocok jadi Menteri Pertahanan dan Keamanan atau Menkopolhukam.

Baca Juga

Merespons hal itu, Menag Fachrul Razi menjelaskan pernyataannya terkait radikalisme masuk masjid melalui seseorang berpenampilan menarik (good looking)—yang saat ini menuai kegaduhan di tengah masyarakat.

Menurutnya, pernyataan tersebut disampaikan pada acara virtual Kementerian PAN-RB dengan tema “Deradikalisasi”. Fachrul diminta sebagai salah seorang pembicara agar aparatur negara sipil (ASN) tidak terpapar radikalisme.

“Karena saya kira itu ngomongnya internal ASN, saya bilang pengurus masjid hendaknya berasal dari ASN, jangan dari luar ASN karena akan misguide (salah arah),” terangnya.

Selanjutnya Fachrul menjelaskan pernyataannya itu intinya mewaspadai penyusupan paham-paham radikal.

“Memang, saya sebut paham radikal masuk dari dengan memasukkan orang. Kalau orang ada niat tidak baik memasukkan ke masjid, masukkan anak-anak yang punya good looking (berpenampilan menarik), pengetahuan Islam yang cukup baik, sehingga orang akan tertarik,” ucapnya.

Namun, pernyataan Menag inilah yang kemudian menimbulkan kegaduhan. Menyebut agen radikalisme masuk masjid melalui seorang anak muda good looking, berpengetahuan Islam dan hafal Al-Qur’an, meskipun konteksnya ditujukan kepada masjid-masjid di instansi pemerintah, namun kalangan Islam menilai ucapan Menag itu sebagai stigmatisasi.

Dengan kata lain, umat Islam menolak jika seorang anak muda, good looking, berpengatahuan Islam, hafal Al-Qur’an dan menguasai bahasa Arab, dikatakan sebagai ciri dari agen radikalisme! (S)

Baca Juga