Mengapa Ada Isu Kudeta terhadap Joko Widodo?

Catatan M Rizal Fadillah*

SALAM-ONLINE.COM: Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi PDIP Darmadi Durianto mewanti-wanti agar Presiden Joko Widodo waspada kemungkinan dikudeta oleh Menteri yang sedang bermanuver untuk kepentingan politik. Menteri-menteri ini akan kudeta di tengah jalan. Karena itu menurutnya Joko Widodo harus segera melakukan reshuffle.

Tentu tak jelas sasaran yang dimaksudkan siapa para Menteri tersebut. Pastinya tidak berani juga menyebut. Hanya menurutnya mereka merangkak ke istana mengganggu kinerja Pemerintah. Pertengahan jalan nanti akan mulai terlihat misi kepentingan politik untuk 2024. Demikian menurut Darmadi. Sebenarnya pandangan yang kontradiksi antara kudeta dan Pilpres 2024.

Hanya isu kudeta ini mengejutkan, karena di samping tak ada dalam budaya ketatanegaraan kita, juga kudeta sipil itu mustahil. Ataukah yang dimaksud adalah kudeta Menteri yang berasal dari kalangan militer? Luhut, Prabowo, Rozi atau Terawan. Luhut dalam pandangan awam sudah lama meng-“kudeta” karena menjadi penentu Pemerintahan.

Prabowo setelah masuk Kabinet sudah jadi “anak manis” pemuja Joko Widodo. Mungkin karena kemarin jumpa Menhan AS jadi patut dicurigai. Rozi, Menteri Agama yang bikin susah umat beragama. Lalu Terawan Menkes yang justru babak belur dihajar Corona. Tidak masuk kualifikasi pemberontak, bahkan nyatanya  menjadi obyek yang ditunjuk-tunjuk oleh Presiden.

Mengapa PDIP begitu khawatir akan terjadinya kudeta? Jangan-jangan seperti zaman PKI dulu, dibangun isu politik keberadaan Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta. Ternyata PKI sendiri yang mencoba mengambil alih kekuasaan itu. Politik lempar batu sembunyi tangan.

Baca Juga

Reshuffle yang bukan pembenahan kinerja tetapi mencegah kudeta adalah berbahaya. Bisa masuk semburan fitnah “firehose of falsehood”.

Reshuffle saat ini bukan solusi karena tidak akan mampu menyelamatkan Pemerintahan. Kuncinya bukan pada Menteri, tetapi pada kinerja Presiden.

Jika kudeta menjadi isu yang diperbesar, maka nanti akan ada “maling teriak maling” seperti satpam yang diikat perampok padahal itu kerja sama. Tujuannya adalah merampok bersama dengan upaya mengecoh orang lain yang dianggap bodoh. Sebuah rekayasa “playing victim”.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 11 Rabi’ul Awwal 1442 H/27 Oktober 2020 M

Baca Juga