Berjejer di Markas Kodam Jaya: Karangan Bunga atau Bunga Karangan?

Puluhan “Karangan” bunga yang berjejer di depan Markas Kodam Jaya, Jalan Mayjen Sutoyo No. 5 Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur. (Foto: Suara.com/Angga Budhiyanto)

Catatan M Rizal Fadillah*

SALAM-ONLINE.COM: Puluhan karangan bunga berjejer di Markas Kodam Jaya memberi ucapan selamat atas kerja Pangdam dan jajarannya menurunkan baliho HRS di Petamburan markas FPI dan kediaman Habib Rizieq Syihab. Pekerjaan yang dinilai di luar kewenangan TNI karena hal itu adalah tugas Satpol PP.

Munculnya jejeran karangan bunga di Makodam itu bukan membahagiakan, justru memprihatinkan. Prestasi dan heroisme apa dari peristiwa ini? Tidak ada. Faktanya adalah penyimpangan dan perusakan wibawa TNI karena Mabes TNI menyatakan  bahwa tidak ada perintah TNI untuk menurunkan baliho HRS.

Karangan bunga atau bunga karangan? Masyarakat berharap itu bukan rekayasa sebagai pencitraan atas dukungan, karena jika demikian maka yang terjadi bukan simpati, tetapi olok-olok baru. TNI secara keseluruhan, Kodam Jaya secara khusus tentu dirugikan dan dipastikan semakin tergerus wibawanya.

Di medsos, soal karangan bunga di markas Kodam Jaya yang, menurut Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman berjumlah 56 buah ini, disandingkan dengan seribu lebih karangan bunga untuk Ahok dan Djarot saat dahulu menjadi Gubernur. Rekor Muri tersematkan. Konon karangan bunga dukungan untuk Ahok-Djarot tersebut ada pembiayanya. Isu bahwa bunga itu dipesan oleh kubu Ahok sendiri cukup santer. Fadli Zon menghitung besaran dana yang dikeluarkan hingga 1 miliaran. Artinya, mubazir.

Kini terulang jejeran karangan bunga di Makodam Jaya. Selamat untuk sukses memenangkan pertempuran melawan baliho. Bukan prestasi tetapi mencoreng diri sendiri. TNI harus mengoreksi dan mengevaluasi agar kembali ke jati diri sebagai ksatria sejati. Jangan terus melabrak sana-sini hanya karena gengsi.

Baca Juga

Stop beraksi di aras permainan politik. TNI adalah milik rakyat yang bekerja sekuat tenaga demi negara dan bangsa. Bukan semata menjalankan kemauan penguasa.

Tak perlu pujian berupa karangan bunga. Apalagi jika itu hanya bunga karangan.

Nah, prajurit Tentara Nasional Indonesia, selamat berjuang untuk dan bersama rakyat.

Sejarah tidak suka pada basa-basi atau cari sensasi, tetapi bukti-bukti.

*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan

Bandung, 8 Rabi’ul Akhir 1442 H/24 November 2024  M

Baca Juga