Kanada Sebut Cina Lakukan Genosida terhadap Muslim Uighur

SALAM-ONLINE.COM: Kanada melabeli pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang dilakukan Cina terhadap Muslim Uighur sebagai genosida, yaitu sebuah upaya yang disengaja untuk melenyapkan etnis tersebut.

“Genosida saat ini sedang dilakukan terhadap Muslim Uighur dan Muslim (keturunan) Turki lainnya,” demikian mosi yang disahkan oleh Parlemen Kanada dalam pemungutan suara, Senin (22/2/2021), seperti dilansir Kantor Berita Anadolu, Selasa (23/2).

Parlemen juga akan melobi Komite Olimpiade untuk memindahkan Olimpiade di Cina jika negara komunis ini tidak menghentikan genosida.

Empat partai politik oposisi di parlemen yang menyetujui mosi tersebut melebihi jumlah suara minoritas Partai Liberal (partai penguasa) yang juga bergabung untuk meloloskan mosi tersebut.

Seluruh Kabinet Perdana Menteri Justin Trudeau yang terdiri dari 35 menteri abstain dari pemungutan suara atas mosi yang diajukan oleh Partai Konservatif. Namun, tidak ada kaum Liberal yang menentang mosi tersebut.

Pemerintahan Trudeau mengatakan pekan lalu, bahwa mereka lebih suka untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut sebelum menyebut label Cina telah melakukan genosia terhadap etnis Muslim Uighur.

“Tapi Kanada jelas tidak mengabaikan penderitaan Uighur,” kata Menteri Keuangan Marc Garneau.

“Kami sangat prihatin,” katanya Selasa (23/2). “Kami jelas (telah) menyatakan ini kepada pemerintah Cina.”

Laporan penyiksaan terhadap Muslim Uighur pertama kali muncul pada 2017. Sejak itu sekitar satu juta orang Uighur telah ditempatkan di lebih dari 400 kamp konsentrasi. Populasi etnis Uighur yang tinggal di provinsi Xinjiang ini berjumlah sekitar 10 juta orang.

Baca Juga

PBB dan berbagai media telah melaporkan kekejaman tersebut, dengan mengatakan minoritas Uighur di kamp-kamp interniran menjadi sasaran pelecehan seksual, sterilisasi paksa, pemukulan dan pelecehan lainnya.

Pada konferensi pers yang diadakan oleh Partai Konservatif pada Senin (22/2) pagi sebelum pemungutan suara, dihadirkan kesaksian seorang wanita Uighur yang pernah ditahan di salah satu kamp konsentrasi di Xiniang pada 2017. Setelah dibebaskan, Kalbinur Tursun, berhasil melarikan diri ke Kanada, kemudian dikontrak untuk mengajar bahasa Mandarin di negara ini. Melalui seorang penerjemah, Kalbinur Tursun mengungkapkan bahwa dia menyaksikan pelecehan dan kekejaman secara langsung, baik intimidasi, pemerkosaan maupun pelanggaran HAM lainnya terhadap warga Uighur.

Selama ini Beijing menyangkal bahwa orang Uighur mengalami penyiksaan. Televisi pemerintah Cina menayangkan orang-orang Uighur di ruang kelas yang bersih, tersenyum dan menikmati pelajaran mereka di tempat yang mereka sebut sebagai “pusat pendidikan ulang”. Rezim komunis Cina mengatakan mereka (Uighur) hanya diajari untuk melepaskan perilaku ekstremisme. Rezim Cina mengklaim tidak ada penyiksaan—klaim yang dibantah oleh warga Uighur.

Cina menunjuk salah satu contoh ekstremisme ketika pada 2014 orang Uighur yang bersenjatakan pisau membunuh 31 orang di sebuah stasiun kereta.

Tetapi bukti menunjukkan bahwa mereka menjalani program indoktrinasi psikologis ekstensif yang bertujuan agar orang Uighur menyembah Presiden Xi Jinping dan mempelajari propaganda komunis.

Selain itu, Mulsim Uighur dijadikan sebagai tenaga kerja murah untuk memproduksi barang-barang yang dijual di Cina dan dan ekspor ke manca negara.

Sebelum pemungutan suara, organisasi hak asasi manusia Kanada, Justice For All, mendesak anggotanya untuk melobi Anggota Parlemen setempat dan mendorong mereka agar memilih “Ya” (menyetujui mosi).

“Sangat penting bahwa Pemerintah Federal kita bertindak berdasarkan kewajiban hukum internasionalnya untuk mencegah penyiksaan dan genosida terhadap etnis minoritas yang rentan,” kata organisasi itu dalam siaran persnya, Minggu (21/2). (mus)

Baca Juga