Pertemuan Mujahid dan Haniyeh Tegaskan Saling Dukung Taliban & Hamas

Pertemuan kedua tokoh perjuangan Islam ini, menegaskan dukungan satu sama lain dalam perjuangan mereka. Khususnya dukungan Taliban terhadap isu Palestina.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid (kiri) bertemu dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Istanbul, Turki. (Twitter)

SALAM-ONLINE.COM: Awal pekan ini, juru bicara pemerintah Taliban Zabihullah Mujahid membagikan foto dirinya bertemu dengan para pemimpin Hamas di Istanbul, Turki, demikian dilansir Middle East Eye, Jumat (28/10/2022).

Dalam akun Twitternya, Mujahid mengatakan bahwa dia membahas masalah-masalah Afghanistan dan Palestina, termasuk status Masjid Al-Aqsha, dengan delegasi Hamas yang dipimpin oleh Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas.

Mujahid berada di Turki sudah lebih dari satu pekan. Dia baru saja menghadiri konferensi ulama Islam sedunia dan bertemu dengan para pebisnis Afghanistan yang bermukim di Turki. Mujahid berharap dapat meyakinkan mereka untuk berinvestasi kembali di negara asal mereka yang sedang menghadapi krisis ekonomi berat.

Meskipun Ankara belum secara resmi mengakui Imarah (Pemerintahan) Islam Taliban sebagai pemerintahan sah di Afghanistan, tetapi Turki tetap mempertahankan hubungan mereka dengan Taliban sejak mereka menjadi gerakan perjuangan bersenjata yang memerangi pemerintahan boneka dukungan Barat.

Pertemuan kedua tokoh Perjuangan Islam ini menjadi pembicaraan hangat di Timur Tengah, Haniyeh telah menyatakan dukungannya terhadap Taliban di masa lalu. Tak lama setelah kelompok itu kembali berkuasa pada Agustus 2021, pemimpin senior Hamas itu membagikan rincian panggilan teleponnya dengan pejabat senior Taliban Abdul Ghani Baradar.

Dalam percakapan via telepon tersebut, Haniyeh mengatakan bahwa akhir dari penjajahan Barat di Afghanistan adalah awal dari kematian semua pasukan penjajahan di dunia. “Terutama adalah penjajahan (Zionis) “Israel” terhadap Palestina.”

Pada Oktober 2021, Haniyeh melakukan panggilan telepon serupa dengan penjabat menteri luar negeri Taliban, Amir Muttaqi. Dalam percakapan itu, Haniyeh mendesak Imarah Islam Taliban untuk tetap menyebut soal Palestina dalam setiap pidato kementerian luar negeri Afghanistan, terutama yang berkaitan dengan soal Al-Quds dan pelanggaran (Zionis “Israel”) yang terus berlangsung di sana.

Haroun Rahimi, seorang akademisi dan penulis Afghanistan yang saat ini tinggal di AS, mengatakan pertemuan langsung terbaru bisa menjadi bagian dari upaya Taliban untuk mengamankan semacam pengakuan internasional, dan bahwa berdiri bersama Palestina akan mengirim pesan yang sangat spesifik.

“Taliban sedang mencoba memanfaatkan sentimen anti-imperialis dan anti-Barat di antara (beberapa) Muslim sebagai cara untuk menekan para pemimpin Muslim lainnya,” kata Rahimi kepada Middle East Eye.

Rahimi mengatakan pertemuan tatap muka Mujahid dengan Haniyeh juga penting untuk simbolisme perjuangan Taliban: “Mengaitkan dengan perjuangan Palestina, dan mendapatkan dukungan serta bantuan dari para pemimpin Palestina, dapat membantu meningkatkan posisi Taliban di dunia Islam.”

Baca Juga

“Taliban mungkin juga berusaha menghubungkan Afghanistan dan Palestina sebagai dua negara yang terjajah, seperti telah dilakukan Haniyeh.

Taliban juga melihat Afghanistan diduduki oleh kekuatan Barat, dan ingin menggambarkan diri mereka sebagai pejuang kemerdekaan yang telah membebaskan negara itu dari imperialisme Amerika,” kata Rahimi, sebuah gagasan yang dia yakini dapat digunakan Taliban dalam upaya untuk meningkatkan dukungan di antara komunitas Muslim lainnya.

Namun, pada akhirnya, Rahimi mengatakan bahwa Taliban masih sangat didorong oleh keinginannya untuk dilihat sebagai pemerintah Afghanistan yang sah, yang kemungkinan juga merupakan faktor dalam keputusan Mujahid untuk bertemu dengan para pemimpin Hamas.

“Taliban ingin memiliki sebanyak mungkin kegiatan diplomatik dan berinteraksi dengan Palestina masuk akal secara ideologis untuk (kelompok itu),” terang Rahimi.

Bantahan atas Isu Taliban ingin berhubungan dengan Zionis “Israel”

Pada Agustus 2022, salah seorang juru bicara Taliban, Muhammad Naeem mendapat kecaman ketika dia menolak untuk mengesampingkan hubungan dengan Zionis “Israel” selama wawancaranya di stasiun Al Jazeera berbahasa Arab.

Ketika ditanya apakah Imarah Islam akan bersedia untuk berhubungan dengan “Israel”, Naeem mengatakan bahwa Taliban terbuka untuk hubungan dengan siapa saja yang menerima gagasan tersebut.

“Masalah apa yang kita miliki dengan ‘Israel’? Hal berikutnya yang akan ditanyakan seseorang apakah kita bersedia berdialog dengan penduduk Mars,” katanya saat tampil. Namun, Naeem segera menarik kembali pernyataannya dengan mengatakan bahwa kata-katanya telah disalah-artikan.

Awal bulan ini, Mujahid mengkritik sebuah laporan media Afghanistan yang mengklaim bahwa Imarah Islam ingin membangun hubungan dengan “Israel” sebagai “berita palsu”.

Ahmad Ghifari

Baca Juga