Terbentuknya Koalisi Paling Ekstremis di Barisan Penjajah, Akankah Memicu Intifadah Ketiga Palestina?

Gerakan Intifadah: perlawanan rakyat Palestina, erat kaitannya dengan Hamas

SALAM-ONLINE.COM: Di saat meningkatnya penindasan terhadap rakyat Palestina, Penjajah membentuk koalisi “pemerintahan” yang paling Radikal dipenuhi oleh barisan Ektremis Zionis.

Benjamin Netanyahu telah mengumumkan bahwa dia telah berhasil membentuk koalisi, membuka jalan bagi pelantikan “pemerintahan” penjajah yang paling radikal dan sangat ekstremis dalam sejarah penjajahan Zionis terhadap Palestina.

“Saya telah berhasil (membentuk pemerintahan),” kata Netanyahu di akun Twitternya, beberapa menit sebelum batas waktu tengah malam yang ditetapkan oleh Presiden Zionis, Isaac Herzog.

Pada pemilu November tahun ini, Zionis Religius, kelompok ekstremis anti-Arab di blok koalisi Benjamin Netanyahu, berhasil menggandakan jumlah kursi mereka. Mendorong Netanyahu kembali berkuasa.

Bezalel Smotrich seorang pemukim Mesianik yang memimpin partai Zionis Religius yang ultra-ekstremis, bersama dengan Itamar Ben-Gvir, ketua partai teroris sayap kanan Otzma Yehudit yang sangat anti Arab, akan menerima posisi pada kabinet penting dalam “pemerintahan” penjajah yang akan datang. Memberi mereka kekuasaan yang luas terhadap aparat Zionis dan kendali penuh atas pembangunan permukiman penjajah di Tepi Barat—yang pasti akan mereka percepat.

Pasangan itu juga berusaha mengubah status quo di Temple Mount Al-Quds untuk mengizinkan ibadah bagi kaum Yahudi laknat. Ben-Gvir mengatakan dia berniat untuk segera berkunjung ke area suci bagi Umat Islam yang disebut dengan al-Haram al-Sharif.

“Pemerintahan” radikal ini akan dilantik pada 2 Januari mendatang. Koalisi tersebut juga akan mencakup tokoh-tokoh ekstremis lainnya dari aliran sayap kanan—yang menyatakan tujuannya adalah untuk memperkuat penjajahan di wilayah Palestina.

Salah satu tanda kebijakan yang akan datang, parlemen zionis pada hari Rabu mengesahkan undang-undang yang akan sangat memperluas otoritas menteri keamanan nasional terhadap aparat Zionis. Posisi menteri ini akan dijabat oleh Itamar Ben-Gvir sendiri, yang juga murid dari tokoh Yahudi Zionis yang sangat anti-Arab, Rabi Meir Kahane.

Kahane terkenal akan sikapnya yang ingin mengganti sistem di negara jajahan mereka dengan sistem yang didasarkan pada hukum Yahudi. Ben-Gvir, yang pernah dihukum karena menghasut rasisme dan mendukung terorisme, mengatakan selama kampanye dia telah meninggalkan beberapa sikap Kahane. Tetapi banyak yang percaya itu adalah langkah awal untuk menghindari diskualifikasi dan menarik lebih banyak pemilih.

Intifadah, gerakan perlawanan rakyat Palestina yang sangat ditakuti Zionis penjajah

Meningkatnya Kekejaman terhadap Warga Palestina

Terbentuknya koalisi ini akan membuka jalan bagi meluasnya penindasan terhadap rakyat Palestina, yang bisa menggiring pada meletusnya Intifadah ketiga rakyat Palestina.

Di saat kebiadaban Zionis sangat meningkat pada tahun ini, tercatat hingga tanggal 15 Desember 2022 jumlah korban dari kebiadaban Zionis mencapai 150 jiwa. Sebanyak 33 di antaranya adalah anak-anak berdasarkan laporan dari OHCHR milik PBB. Semua akibat serangan biadab pasukan penjajah yang sebagian besar terfokus pada Jenin dan Nablus.

Laporan itu juga menyebutkan, selain pasukan penjajah, warga Zionis bersenjata dan bertopeng sering menyerang warga Palestina di rumah mereka. Menyerang anak-anak dalam perjalanan ke sekolah, menghancurkan properti, membakar kebun zaitun milik warga Palestina dan meneror seluruh komunitas dengan bebasnya.

Lebih dari sepekan yang lalu pada Ahad malam, 11 Desember, ada berita pilu, bagaimana seorang anak perempuan Palestina bernama Jana Zakaran dibantai secara biadab di rumahnya sendiri oleh pasukan teroris penjajah Zonis.

Menurut dua anggota keluarganya, Jana Zakaran yang berusia 16 tahun pergi ke atap rumahnya ketika mendengar suara tembakan meletus di dekat rumah mereka, untuk membawa kucing miliknya ke tempat yang aman. Ketika ayah Jana pergi mencarinya, dia menemukan anaknya telah tewas bersimbah darah dengan kucing di sisinya.

“Dia dibunuh dengan darah dingin oleh Zionis. Dia sendirian di atap,” kata paman gadis itu, Majed Zakaran. “Dia masih kecil dan mereka menembaknya empat kali di kepala dan dada.”

Baca Juga

Dalam pengakuan kesalahan yang jarang terjadi, pasukan penjajah Zionis (IDF) mengatakan remaja itu secara tidak sengaja ditembak oleh seorang penembak jitu.

Jana Zakaran adalah korban terbaru dari tahun paling berdarah bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Al-Quds sejak akhir intifadah kedua pada tahun 2005. Yang paling menghebohkan adalah di saat Wartawan Al Jazeera terkenal Shireen Abu Aqleh ditembak mati saat melaporkan penggerebekan yang dilakukan pasukan penjajah di kamp pengungsi Jenin pada Mei tahun ini.

Warga Palestina Percaya Senjata Hanyalah Solusinya

Pertempuran telah berkecamuk sejak Maret, menjadikannya sebagai salah satu operasi Zionis terbesar di luar masa perang dan tidak ada tanda-tanda akan melambat.

Di Jalur Gaza yang diblokade pada Agustus saja, 49 warga Palestina lainnya gugur dalam operasi pengeboman Zionis selama tiga hari yang mengejutkan. Kelompok pejuang Palestina juga berhasil membalas dengan menewaskan 30 orang warga penjajah—terbanyak sejak 2008. Angka tersebut menunjukkan bahwa tahun 2022 adalah tahun kebangkitan perlawanan.

Setiap kali terjadi lonjakan korban akibat kebiadaban penjajah Zionis yang telah berlangsung puluhan tahun, orang-orang di kedua sisi “garis hijau” mulai bertanya-tanya, apakah Intifadah ketiga akan segera terjadi. Kombinasi faktor keamanan dan politik yang memburuk semakin memicu terjadinya pertempuran besar-besaran antara Pejuang Palestina dan Warganya melawan seluruh Zionis penjajah.

Peluang itu segera terjadi lebih mungkin saat ini daripada bertahun-tahun yang lalu. Jajak pendapat yang dirilis pekan ini oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina menemukan bahwa 65% orang di Tepi Barat sekarang mendukung perjuangan bersenjata.

Hampir semua orang yang ditanyai di sekitaran Jenin dan Nablus tahun ini mengatakan bahwa tidak ada harapan untuk masa depan yang lebih baik. Pemuda Palestina percaya satu-satunya cara hanyalah mengangkat senjata. Itu semakin mudah dilakukan: Tepi Barat dibanjiri senjata yang diselundupkan melalui perbatasan Yordania atau yang dicuri dari pangkalan pasukan penjajah.

Sayap militer Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam

Perkembangan politik di Palestina semakin menambah minyak ke api yang tengah berkobar. Setelah 16 tahun tanpa pemilihan, Otoritas Palestina (PA) yang menguasai sebagian Tepi Barat, dipandang oleh sebagian besar penduduknya sangat korup dan impoten. Presiden yang sudah tua, Mahmoud Abbas, dalam keadaan sakit dan belum menunjuk pengganti resmi; lengsernya dia atau kematiannya kemungkinan akan membuat situasi semakin tidak stabil.

Dan puncak dari semua itu apa yang disinggung di awal tulisan ini, kebangkitan kelompok ultra-ekstremis radikal sayap kanan Zionis.

Aksi perlawanan Pejuang Palestina yang baru tidak seperti dua perlawanan sebelumnya. Para pemuda yang bertempur di Jenin dan Nablus saat ini hanya bertindak secara lokal. Mereka tidak mengafiliasikan diri mereka dengan pejuang Palestina yang terkenal seperti Brigade Martir al-Quds dan Brigade al-Qassam Hamas—walau kedua faksi ini mendokong secara moril dan materil kepada kelompok pejuang baru tersebut.

Penggunaan Bom syahid sepertinya tidak akan menonjol seperti sebelumnya. Intifadah ketiga sepertinya malah mengandalkan senjata api yang telah menyebar luas di masyarakat Palestina dalam beberapa tahun terakhir. Ini terbukti dengan aksi perlawanan kelompok seperti The Lion’s Den dan Brigade Jenin. Kedua kelompok ini lebih mengandalkan aksi serangan bersenjata ke jantung wilayah-wilayah penjajah dan juga menarget pos-pos milik pasukan Zionis tersebut.

Sepertinya semua rentetan peristiwa ini, mulai dari meningkatnya kebiadaban pasukan Zonis, bangkitnya perlawanan bersenjata di Tepi Barat dan terbentuknya koalisi paling radikal di tubuh penjajah Zionis, akan menggiring meletusnya pertempuran skala besar di sana.

Rakyat Palestina sudah menunggu akan munculnya Intifadah ketiga yang akan membangkitkan perjuangan mereka untuk memusnahkan seluruh penjajah Zionis dari bumi Islam Palestina. Azan kemenangan akan berkumandang dari Masjidil Aqsha hingga ke seluruh wilayah-wilayah Palestina yang akan terbebaskan!

Ahmad Ghifari

Baca Juga