Di Wilayah Oposisi Suriah Rumah Sakit Kewalahan, Hanya Sedikit Dokter yang Tersisa di Garis Depan

Sepekan setelah gempa dahsyat, dokter dan staf medis di Suriah terpaksa bekerja sepanjang waktu dengan sedikit atau tanpa sumber daya (MEE/Ali Haj Suleiman)

SALAM-ONLINE.COM: Para dokter di barat laut Suriah mengatakan bahwa mereka benar-benar kewalahan oleh gempa dahsyat yang melanda wilayah tersebut pada Senin (6/2/2023) lalu. Mereka tidak memiliki sumber daya atau peralatan yang diperlukan untuk mengatasi tingkat keparahan cedera yang dialami oleh korban yang selamat.

Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang melanda sebelum fajar pada Senin pekan lalu itu menimbulkan kerusakan dan penderitaan baru di daerah kantong terakhir yang dikuasai kelompok pejuang Suriah.

Sebelumnya daerah ini porak poranda lantaran pertempuran dan pengeboman selama bertahun-tahun. Wilayah ini juga menampung jutaan pengungsi Suriah yang telah meninggalkan rumah mereka selama perang sipil melawan rezim Basyar Asad yang didukung Rusia dan Iran.

Lebih dari 3.554 orang dipastikan meninggal di seluruh wilayah yang dikuasai rezim dan dikendalikan kelompok pejuang Suriah. Di tengah kondisi cuaca buruk dan kurangnya infrastruktur dasar tentu sangat menghambat upaya penyelamatan korban gempa.

“Kami telah menghabiskan lima hari terakhir bekerja berjam-jam tanpa tidur atau istirahat untuk menyelamatkan yang terluka,” kata Dr Ahmed Ghandour, direktur Rumah Sakit Al-Rahma di kota Darkush provinsi Idlib kepada Middle East Eye (MEE). Ahad (12/2).

Dia mengatakan rumah sakitnya dibanjiri begitu banyak korban tewas dan luka sehingga beberapa staf medis yang bekerja di sini terpaksa membuat keputusan triase yang mustahil karena kekurangan sumber daya.

Sementara sebagian besar staf medis harus menghadapi patah tangan dan kaki atau luka yang terinfeksi. Dia mengatakan bahwa dalam beberapa hari mendatang kemungkinan mereka harus menghadapi penyakit yang terbawa air seperti kolera, peningkatan kasus Covid-19 dan kasus hipotermia atau radang dingin.

Rumah sakit di barat laut Suriah, kantong oposisi besar terakhir negara itu, sudah tidak dapat melakukan prosedur paling dasar karena serangan berulang kali oleh Damaskus dan sekutunya sejak dimulainya konflik pada 2011.

Wilayah ini adalah rumah bagi sekitar 4,4 juta orang, termasuk lebih dari dua juta orang yang mengungsi, demikian menurut angka PBB. Hampir 70 persen penduduk sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Di mana masyarakat internasional?

Tekanan telah meningkat pada PBB untuk memberikan bantuan mendesak ke provinsi tersebut, karena wilayah pejuang Suriah ini belum menerima bantuan berarti tujuh hari setelah gempa melanda kawasan tersebut.

Sebuah konvoi 14 truk PBB memasuki wilayah yang dikuasai oposisi ini melalui perlintasan Bab al-Hawa pada Jumat (10/2), tetapi bantuan tersebut sudah direncanakan jauh sebelum bencana gempa terjadi.

Ghandour mengatakan gempa tersebut telah menciptakan beberapa kondisi terburuk yang dia lihat sejak awal konflik. Jumlah korban tewas akan terus meningkat, kecuali PBB dan komunitas internasional mempercepat pengiriman bantuan.

“Kegagalan komunitas internasional untuk membantu kami dalam evakuasi dan operasi bantuan meningkatkan tragedi yang kami alami,” ungkapnya.

Baca Juga

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah mengakui situasi yang mengerikan dan berjanji awal pekan ini akan lebih banyak bantuan yang dikirim. Dia mengatakan bantuan itu sedang dalam perjalanan. Tetapi masih banyak lagi bantuan yang dibutuhkan.

Dengan memudarnya harapan bagi mereka yang masih terperangkap di bawah reruntuhan, Haitham Diab, kepala departemen keperawatan di Rumah Sakit Al-Shifa di provinsi Idlib, mengatakan bahwa rasa frustrasi tumbuh di antara mereka yang mencoba bertahan hidup dalam suhu beku dengan makanan dan persediaan medis yang menipis.

“Ketika daerah itu dibom oleh rezim Asad dan sekutunya, rumah sakit biasanya menerima sekitar 15 orang yang cedera. Sejumlah dokter dan perawat disiapkan bagi semua pasien untuk memberi mereka perawatan yang diperlukan,” kata Diab kepada MEE.

“Tapi banyaknya korban cedera yang harus kami tangani sejak gempa, menyebabkan banyak tekanan pada staf medis kami.”

Pada Jumat (10/2), rezim Suriah mengatakan menyetujui pengiriman bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah di luar kendalinya setelah Departemen Keuangan AS mengatakan telah mengeluarkan izin untuk menyalurkan bantuan dengan mencabut sanksi sepihak terhadap Suriah sehingga (bantuan kemanusiaan) bisa masuk.

Tetapi para ahli mengatakan sangat tidak mungkin rezim Suriah di Damaskus akan mengizinkan bantuan apa pun yang diterima untuk didistribusikan secara merata ke daerah yang dikuasai oposisi karena pasukan rezim telah berulang kali menyerang sekolah, rumah sakit dan toko roti di wilayah yang dikuasai oposisi.

Bahkan setelah gempa dahsyat hari Senin lalu sebuah desa yang dikuasai oposisi tidak luput dari pengeboman yang dilakukan rezim Suriah.

Rezim Asad juga menolak mengizinkan perjalanan untuk membawa bantuan ke daerah yang dikuasai oposisi. Empat titik bantuan lintas batas yang didirikan oleh PBB pada tahun 2014 secara bertahap ditutup oleh Damaskus dan Moskow. Dengan demikian yang tersisa hanya perbatasan Bab al-Hawa sebagai satu-satunya pilihan untuk bisa mendistribusikan bantuan ke wilayah oposisi.

Dr Shaker al-Hamido, manajer rumah sakit Bab al-Hawa, mengatakan bahwa rumah sakit seperti yang dikelolanya sangat membutuhkan obat-obatan dan perlengkapan medis. Bantuan pun akhirnya mengalir masuk.

“Tim manajemen kami menghubungi Masyarakat Medis Amerika Suriah (SAMS) dengan permintaan mendesak untuk pasokan medis tambahan,” katanya. “Kami akhirnya menerima beberapa orang dan mulai merawat mereka yang terluka.”

Jumlah korban tewas melonjak, tetapi bantuan telat datangnya, padahal ribuan orang nampak seperti putus asa melihat orang yang mereka cintai dievakuasi dari bangunan yang hancur.

“Dalam beberapa pekan mendatang, saat upaya penyelamatan beralih ke tugas berat untuk memulihkan para korban yang tak terhitung jumlahnya akan membutuhkan obat tekanan darah tinggi dan diabetes, obat-obatan yang persediaannya terbatas,” ungkapnya. (mus)

Sumber: MEE

Baca Juga