Serangan di Siang Hari di Jenin, Pasukan Zionis Bunuh Enam Warga Palestina

Para pelayat membawa jenazah warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan Zionis penjajah saat serangan di Jenin di Tepi Barat yang diduduki/dijajah, 7 Maret 2023 (Reuters)

SALAM-ONLINE.COM: Sedikitnya enam warga Palestina telah dibunuh oleh pasukan Zionis penjajah pada Selasa (7/3/2023) dalam serangan terbaru di kota Jenin di Tepi Barat yang diduduki/dijajah.

“Operasi dimulai sekitar pukul 3 sore ketika unit penjajah yang menyamar ditemukan di kamp pengungsi Jenin,” kata saksi mata kepada Middle East Eye (MEE), Selasa (7/3).

Bala bantuan militer besar diikuti dengan puluhan kendaraan lapis baja, helikopter militer, penembak jitu, drone dan buldoser yang digunakan dalam penyerbuan itu.

Militer Zionis menarik diri dari kota setelah hampir tiga jam bentrokan bersenjata berat dengan pejuang perlawanan Palestina.

Sementara media Zionis mengatakan dua tentara terluka dalam bentrokan itu dan telah dilarikan ke rumah sakit.

Di antara mereka yang gugur dalam serangan itu adalah Abdel Fattah Hussain Kharousha (49), seorang pria yang dituduh penjajah berada di balik penembakan bulan lalu di dekat kota Nablus yang menewaskan dua pemukim Yahudi.

Menurut media setempat, Kharousha adalah anggota Hamas yang sebelumnya menghabiskan waktu di tahanan Zionis.

Kementerian kesehatan Palestina mengidentifikasi lima lainnya yang gugur sebagai Mohammad Wael Gazzawi (26), Mohammad Ahmad Khalouf (22), Tareq Ziad Natour (27), Ziad Amin al-Zareeni (29) dan Motasem Naser Sabbagh (22).

Selain mereka yang terbunuh, setidaknya 26 lainnya terluka, tiga di antaranya dalam kondisi kritis, tambah kementerian itu.

Otoritas Palestina (PA), yang mengoordinasikan keamanan di Tepi Barat dengan pihak penjajah, mengutuk serangan itu.

Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden PA Mahmoud Abbas, mengatakan, kejahatan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan/penjajah menegaskan kembali niat Zionis untuk menggagalkan semua upaya regional dan internasional yang ditujukan untuk menghentikan semua tindakan sepihak dari sang penjajah.

Menurut kantor berita resmi Palestina, Wafa, Abu Rudeineh menyebut penggunaan roket dan misil untuk membombardir rumah warga Palestina sebagai “perang habis-habisan”.

Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu memuji pasukan Zionis yang mengambil bagian dalam operasi tersebut.

“Tentara pemberani kami beroperasi dengan ketepatan operasi di jantung sarang para pembunuh. Saya memuji mereka dan mengirimkan harapan baik kepada mereka yang terluka di antara pasukan kami,” kata Netanyahu.

‘Kita tidak bisa melangkah keluar’

Sari Sammour, seorang aktivis yang berbasis di Jenin, mengatakan kepada MEE bahwa pasukan penjajah mengepung lebih dari satu bangunan dan menyerang mereka dengan beberapa rudal selama penggerebekan.

Bangunan lain yang diserang menampung Iyyad al-Azmi, ayah dari Amjad al-Azmi yang baru saja dibunuh oleh pasukan Zionis.

“Mereka menghantam rumah dengan rudal seperti perang, bentrokan dan orang terbunuh di mana-mana,” kata Mohammad al-Azmi, saudara laki-laki Iyyad, kepada MEE.

Iyyad dilaporkan diminta untuk menyerahkan dirinya kepada tentara penjajah. Tidak segera jelas apa yang terjadi padanya.

Baca Juga

“Kami terjebak di dalam rumah, kami tidak bisa melangkah keluar. Bentrokan masih berlangsung,” kata Mohammad saat penggerebekan.

Petugas medis dan jurnalis Palestina mengatakan mereka juga diserang pasukan Zionis.

Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan kepada media lokal bahwa mereka menerima beberapa panggailan telepon dari dalam kamp untuk mengevakuasi yang terluka. Satu ambulans Palestina dilaporkan terkena peluru dan dicegah untuk menjangkau orang yang membutuhkan.

Anas Huwaisha, seorang reporter Palestina yang berada di tempat kejadian, mengatakan bahwa dia mendapat serangan hebat dari tentara Zionis saat meliput penggerebekan tersebut. Dia tidak menderita luka-luka dan terpaksa melarikan diri dari tempat kejadian.

“Di tengah bentrokan hebat, pejuang Palestina menjatuhkan setidaknya satu drone pengintai,” kata Huwaisha.

Brigade Jenin—kelompok bersenjata yang baru lahir dan aktif di kota Tepi Barat utara—dan kelompok bersenjata Palestina lainnya mengatakan sebelumnya mereka terlibat dalam bentrokan bersenjata berat dengan tentara Zionis.

Pada saat yang sama, pasukan Zionis lainnya menyerbu bagian kota Nablus dan menangkap tiga warga Palestina.

Pejabat penjajah mengatakan target operasi itu adalah Kharousha. Dia mengatakan bertanggung jawab atas pembunuhan terhadap dua orang Zionis pada 26 Februari saat mereka mengendarai mobil mereka melalui kota Huwwara dekat Nablus.

Penembakan itu diikuti oleh amukan balas dendam yang keji di Huwwara oleh ratusan pemukim ilegal penjajah (Yahudi) yang tinggal di permukiman terdekat. Kerusuhan brutal itu menyebabkan seorang warga Palestina gugur dan puluhan rumah serta mobil hancur.

Pasukan penjajah telah membunuh setidaknya 69 warga Palestina sejak Januari tahun ini—yang setara dengan hampir satu pembunuhan setiap hari.

Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, ini adalah awal tahun paling berdarah sejak tahun 2000.

Setidaknya 13 orang Zionis dibunuh oleh orang Palestina pada periode yang sama.

Serangan militer besar seperti yang terjadi di Jenin pada Selasa (7/3) jarang terjadi pada siang hari. Namun, telah terjadi pergeseran penting dalam agresi tentara pada beberapa bulan terakhir.

Dalam serangan lain di Jenin awal tahun ini, militer penjajah membunuh 10 warga Palestina dalam satu hari. Operasi skala besar serupa lainnya di Nablus bulan lalu menewaskan 11 warga Palestina, termasuk setidaknya empat orang tak bersenjata.

Nablus dan Jenin telah menyaksikan peningkatan aksi perlawanan bersenjata terhadap penjajah dalam beberapa bulan terakhir.

Dengan hari libur Muslim, Kristen dan Yahudi yang tumpang tindih bulan depan, banyak yang khawatir akan terjadi eskalasi yang lebih mematikan.

Direktur CIA William Burns baru-baru ini mengatakan ketegangan saat ini di Tepi Barat memiliki “kemiripan yang tidak menyenangkan” dengan Intifadah Kedua.

Ancaman pecahnya kekerasan yang tak terkendali telah mendorong Yordania, Mesir dan AS untuk memulai upaya de-eskalasi (penurunan ketegangan) dalam beberapa bulan terakhir. Tetapi masih belum jelas apakah mereka dapat menahan kekerasan di tengah serangan penjajah (Zionis) yang terus berlanjut. (S)

Baca Juga