Turki Tangkap Tiga Tentara Terkait Pembunuhan Warga Suriah di Perbatasan

Zakaria Qastal, di rumah sakit perbatasan Bab al-Hawa, Suriah. Qastal adalah salah seorang pria Suriah yang diduga disiksa oleh tentara Turki, 12 Maret lalu. (MEE/Ahmad Fallaha)

SALAM-ONLINE.COM: Polisi Turki menangkap tiga tentara pada Sabtu (18/3/2023) karena peran mereka dalam membunuh dua warga Suriah di perbatasan Hatay pada bulan ini, demikian dilansir Middle East Eye (MEE), Ahad (19/3).

Menurut media Turki, delapan warga Suriah memasuki Hatay di selatan Turki pada 11 Maret. Investigasi selanjutnya menemukan bahwa warga Suriah itu telah dipukuli oleh tiga tentara.

Dua warga Suriah yang dipaksa minum solar kemudian tewas, sementara yang lain disiksa.

Setelah kematian tersebut, dua letnan dan satu letnan satu ditangkap dan didakwa dengan “membunuh orang”. Mereka kemudian dibebaskan sambil menunggu persidangan.

Setelah terlepas dari perlakuan buruk yang mereka terima dari tangan otoritas penegak hukum Turki, enam warga Suriah yang masih hidup itu dideportasi kembali ke Suriah.

Salah satu migran yang mengalami siksaan berbicara dengan Middle East Eye (MEE) awal bulan ini.

“Aparat militer Turki memaksa kami untuk meminum bahan bakar solar secara paksa, dan saya dipukuli habis-habisan dengan beberapa alat, termasuk kabel listrik, tongkat dan tusuk sate besi,” kata Youssef Muhammad al-Harj (16 tahun), yang mengungsi dari pedesaan Aleppo.

Dia mengatakan petugas keamanan memaksa mereka melepas pakaian, mengambil ponsel dan merusaknya, lalu merekamnya sebelum mereka mulai memukuli dan “menyiksa” mereka.

“Saya kehilangan kesadaran beberapa kali. Beberapa kali mereka menyiram saya dengan air dingin sehingga saya bisa bangun dan (mereka bisa) menyiksa saya lagi,” ungkapnya.

Menurut Pusat Dokumentasi Pelanggaran di Suriah utara, jumlah warga Suriah yang dibunuh oleh aparat militer Turki sejak dimulainya perang pada 2011 mencapai 555 orang, termasuk 103 anak di bawah usia 18 tahun dan 67 wanita.

Selain itu, 2.295 orang terluka oleh peluru tentara saat mencoba melintasi perbatasan. Penduduk desa-desa dan kota-kota perbatasan Suriah serta para petani juga menjadi sasaran tentara dengan peluru tajam.

Baca Juga

Pelanggaran berulang

Zakaria Qastal, seorang pengungsi berusia 34 tahun dari desa as-Samra di pedesaan timur Hama, Suriah, mengatakan kepada MEE, bahwa sepupunya meninggal di depan matanya saat dia dipukuli dan disiksa oleh tentara Turki.

“Mereka akan melemparkannya ke semak dekat perbatasan, tapi saya mencegah mereka dan mulai berteriak sekuat tenaga,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia hampir tidak bisa berjalan akibat siksaan yang dialaminya.

“Itu adalah satu-satunya dosa kami bahwa kami pergi ke luar Suriah untuk mencari pekerjaan dan sumber penghidupan bagi keluarga kami. Saya memiliki tujuh anak.”

“Saya pergi ke Turki untuk mencari pekerjaan dan penghidupan. Sepupu saya, yang meninggal akibat penyiksaan, baru berusia 19 tahun. Dia akan mencari pekerjaan dan masa depan yang baru,” terangnya.

Jutaan warga Suriah telah melintasi perbatasan ke Turki sejak awal perang sipil Suriah pada 2011.

Meskipun pemerintah Turki pada awalnya menyambut warga Suriah sebagai “tamu”, namun permusuhan terhadap warga Suriah di negara itu meningkat Sementara politisi di seluruh spektrum telah mengeksploitasi sentimen anti-Suriah dan menyerukan agar mereka kembali ke tanah air mereka.

Namun, para pengungsi terus menuju perbatasan Turki. Situasi ini diperparah oleh gempa bumi bulan lalu. Bencana gempa itu menghancurkan sebagian besar wilayah Suriah dan tenggara Turki.

Turki telah membangun tembok pemisah di sepanjang perbatasannya dengan Suriah, yang panjangnya lebih dari 900 km, untuk mencegah masuknya pengungsi—yang menurut Pusat Dokumentasi Pelanggaran telah mengakibatkan kematian dan luka-luka warga sipil.

Menurut Mazen Alloush, direktur hubungan masyarakat dan kantor media di perbatasan Bab al-Hawa, mereka setiap hari menerima orang yang dideportasi dari wilayah Turki, termasuk mereka yang ditangkap saat melintasi perbatasan secara ilegal.

“Kami menyerukan kepada pemerintah Turki untuk segera membuka penyelidikan atas kasus (penyiksaan) tersebut, untuk mengetahui kasus tersebut, terutama karena masalah ini banyak terulang dalam periode terakhir,” katanya. (mus)

Baca Juga