Di Ambang Perang, Yaman Minta Bantuan

Yaman di ambang perang-6-Demonstran anti-Houtsi berlari saat polisi pro-Houtsi menembakkan gas air mata di Taiz, Yaman, 22 Maret 2015-jpeg.image
Demonstran anti-Houtsi berlari saat polisi pro-Houtsi menembakkan gas air mata di Taiz, Yaman, 22 Maret 2015 (Reuters)

SANA’A (SALAM-ONLINE): Menteri Luar Negeri Yaman meminta bantuan kepada negara-negara Teluk untuk mengintervensi konflik antara pemerintah Yaman dan kubu pemberontak, gerombolan Syiah Houtsi.

Seruan Menlu Yaman, Riad Yassin, diutarakan kepada surat kabar Arab Saudi, Asharq al-Awsat. Dalam seruannya, Yassin meminta Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) untuk mengintervensi.

Dia sebelumnya telah meminta PBB dan GCC untuk menerapkan zona larangan terbang setelah sebuah pesawat menghantam istana kepresidenan di Aden, pada akhir pekan lalu.

Konflik di Yaman terjadi setelah kubu pemberontak Houtsi melengserkan Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi. Hadi berupaya mempertahankan kekuasaannya dengan mengungsi dari Ibu Kota Sana’a dan mendirikan pusat pemerintahan di Kota Aden.

Sepak terjang pemberontak Syiah Houtsi telah membangkitkan dugaan bahwa aksi mereka disokong oleh pemerintah Iran, yang juga beraliran Syiah.

“Jika masalah ini tidak bisa diselesaikan secara damai, kami akan mengambil langkah-langkah yang sepatutnya untuk melindungi kawasan dari agresi,” kata Menlu Arab Saudi, Saud al-Faisal, seperti dikutip BBC, Rabu (24/3).

Baca Juga

Kepada BBC, utusan PBB untuk Yaman, Jamal Benomar, mengatakan situasi di Yaman harus diperlakukan secara hati-hati mengingat perang bisa meletup kapan saja.

“Saya pikir tiada satu kubu pun yang akan menang jika perang sipil terjadi. Satu-satunya cara untuk maju ialah negosiasi, yang membuat semua pihak memberi konsesi dan kompromi,” kata Benomar.

Milisi Syiah Houtsi yang memberontak untuk mendapatkan peningkatan otonomi di Provinsi Saada, telah melancarkan pemberontakan secara berkala sejak 2004 lalu.

Namun, aksi mereka yang paling signifikan terjadi sejak Juli 2014 lalu. Gerombolan Syiah Houtsi mengalahkan kelompok milisi dan suku lainnya. Puncaknya berlangsung pada September 2014 ketika mereka mampu menguasai Ibu Kota Sana’a, menyandera staf kepresidenan, dan menembaki kediaman Presiden Hadi. (BBC)

salam-online

Baca Juga