Isu Demo Rusuh dan Keinginan Ganti Rezim yang tak Bernilai Strategis

Jakarta (salam-online.com): Sidang Paripurna DPR membahas rencana pemerintah menaikkan harga BBM kembali digelar hari Kamis (29/3/12). Karenanya, para pendemo yang didominasi kaos merah di Jakarta hari ini (27/3/12) bertekad akan kembali melancarkan unjuk rasa, Kamis (29/3) dengan peserta demo yang lebih besar.

Tentu saja, jika itu terjadi, maka Sidang Paripurna DPR Kamis mendatang di tengah unjuk rasa menolak penaikan harga BBM, itu bisa berakibat “tarik-menarik”. Diyakini, para pengunjuk rasa akan semakin bersemangat mendobrak pintu gerbang DPR dan berusaha keras memasuki gedung parlemen itu.

Jika itu terjadi, maka Sidang Paripurna DPR berlangsung kisruh, patut diwaspadai. Apalagi, jika benar, peserta pengunjuk rasa akan lebih besar jumlahnya dari hari ini (27/3). Pada aksi demo, Selasa (27/3), di Jakarta dan beberapa daerah sempat terjadi rusuh saat terjadi aksi lempar batu ke arah aparat. Di Makassar, misalnya, peserta unjuk rasa bentrok dengan aparat polisi. Polisi mengeluarkan tembakan gas air mata. Maka, aksi lempar batu antara pendemo mahasiswa dengan aparat polisi tak terhindarkan. Sebuah SPBU dan restauran cepat saji Mc Donald’s sempat diduduki mahasiswa.

Bahkan, di Makassar, tiba-tiba saja polisi dapat bantuan warga yang ikut melempari mahasiswa dengan batu. Polisi pun menembaki mahasiswa dengan gas air mata. Dan, polisi membiarkan saja warga yang ikut melempar batu ke arah mahasiswa. Tak jelas, apakah sekelompok orang  ini mewakili warga. Setelah perwakilan mahasiswa dan warga melakukan negosiasi, kedua pihak berhenti saling lempar. Tapi tak lama kemudian pecah lagi bentrokan antara mahasiswa dengan polisi. Sampai tulisan ini dibuat dan diupdate  sekitar pukul 16.15 WIB (27/3)  demo menolak penaikan BBM yang dilancarkan mahasiswa di Makassar masih berlangsung rusuh. Tak hanya menembaki pengunjuk rasa dengan gas air mata, polisi pun menggunakan kendaraan water canon untuk menghalau mahasiswa. Mahasiswa tersudut, lalu masuk kampus mereka.

Sore hari, di kawasan Gambir, Jakarta Pusat, massa pengunjuk rasa dengan nama Koalisi Nasional Mahasiswa Indonesia (KONAMI)  bentrok dengan polisi. Sebuah mobil Xenia pun jadi korban penyok-penyok setelah terjebak di area rusuh dan terkena lemparan batu. Bentrokan tak bisa dihindari setelah polisi menghalau dan men-sweeping pendemo agar tak mengarah istana.

Tak hanya Jakarta dan Makassar, rusuh demo tolak penaikan harga BBM juga pecah di Palu (Sulteng), NTB, Yogya, Samarinda, dan beberapa daerah lainnya.

Kekhawatiran demo-demo ini disusupi dan ditunggangi –sehingga menjadi bola liar yang tak terkendali—khususnya saat demo lanjutan, Kamis (29/3) mendatang, masih menghantui. Dua pihak (baik pro status quo maupun sebaliknya) bisa jadi sama-sama menghendaki demo-demo menolak penaikan harga BBM ini rusuh dan berdarah.

Baca Juga

Pihak pertama bertujuan, keinginan untuk menaikkan harga BBM tetap berjalan sebagaimana skenario. Dengan rusuh, ada alasan untuk “melumpuhkan” demo, dan penaikan harga BBM pun dapat dilakukan tanpa hambatan berarti.  Pihak satunya lagi juga sama, berharap rusuh, tapi jika situasi tak terkendali, mereka menghendaki rezim ini jatuh. Padahal, menginginkan rezim ini jatuh sekarang, sebenarnya tidak strategis, karena 2014 tak lama lagi, saat mana pemilu digelar.

Jika ada pihak yang menghendaki rezim saat ini jatuh sekarang, justru sang pengendali akan disibukkan menetralisir situasi yang tak kondusif ditambah tenggelam dalam pekerjaan mempersiapkan pemilu 2014, sehingga tak punya kesempatan yang memadai untuk membangun republik ini. Justru lebih banyak mengerjakan “PR” dan bahkan direpotkan dalam  menyelesaikan konflik politik yang kadung terjadi.

Karena itu, kita berharap, demo-demo penolakan penaikan harga BBM ini berlangsung kondusif. Sebab, aksi-aksi saat ini jika berlangsung rusuh dan tak terkendali, itu akan sangat merugikan perjuangan berikutnya. Waktu yang hanya tinggal sedikit menjelang pemilu 2014 sangat tak strategis jika ada pihak yang menginginkan rezim SBY jatuh tahun ini. Sebab, tak ada yang bisa banyak dilakukan dengan sisa waktu yang kurang dari dua tahun ini, selain sibuk dengan “PR”, mempersiapkan pemilu dan konflik politik yang sudah tentu melanda negeri ini–pasca penumbangan rezim. Artinya, dijamin gak bisa ngapa-ngapain–selain sibuk dengan sederet “PR”, pemulihan situasi, menyelesaikan konflik politik pasca pergantian rezim dan persiapan pemilu.

Dan, Sesungguhnya tak ada gunanya republik ini jika hanya ganti rezim tanpa dibarengi mengubah sistem yang saat ini sangat amburadul. Sebagus apapun orang yang menjalankan kekuasaan, jika sistemnya masih seperti ini, itu percuma saja.

Untuk mengubah dan membangun republik ini perlu kesiapan dan perencanaan matang. Tidak ujuk-ujuk. Sebab, jika tak matang, kejadian akan berulang, seperti peristiwa  Mei 1998. Reformasi yang dikehendaki pun gagal total. Kita hanya berhasil menurunkan Soeharto. Tapi gagal mereformasi negeri ini dengan rezim dan sistem yang baru. Bahkan, celakanya, lagi-lagi kekuatan asinglah yang mengendalikan sebagaimana yang terjadi hari ini, menggunakan para kompradornya, menyengsarakan rakyat!

Baca Juga