‘Ya…Mereka Memang Thaghut’, Lalu What Next?

Jakarta (salam-online.com):  Acara bedah buku ‘Ya…Mereka Memang Thaghut’, Ahad (17/4/1433/11/3/12) di Taman Ismail Marzuki (TIM), itu memang tak dihadiri dari kubu buku ‘Mereka Bukan Thagut’. Toh ratusan hadirin tak kehilangan gairahnya untuk menyimak kajian ilmiah dari para pembicara.

Ketidakhadiran Abdurrahman Ayyub yang diharapkan bisa mewakili kubu buku ‘Mereka Bukan Thagut’ tentu sedikit banyaknya mengurangi harapan tujuan diadakannya bedah buku ini. Sebab, pastinya, hadirin jelas ingin tahu, apa sebenarnya yang ada di otak kelompok  yang menyatakan ‘Mereka Bukan Thagut’ itu?

Merunut ke belakang, mengapa Ustadz Abu Sulaiman Aman Abdurrahman, yang saat ini meringkuk dalam penjara, harus menulis buku ‘Ya…Mereka Memang Thaghut’.  Itu tak lepas dari terbitnya buku ‘Mereka Bukan Thagut’ yang ditulis Khairul Ghazali—terpidana terorisme 6 tahun kurungan. Jika buku Khairul Ghazali berisi ‘penjinakan’ kata Thagut, bahkan pembelaan terhadap orang-orang atau institusi yang dalam pandangan ulama-ulama kredibel  sudah jelas ke-thaghutan-nya, maka Ustadz Fuad Al-Hazimi, selain setuju apa yang ditulis Ustadz Aman, juga lebih mempertegas lagi  profil thaghut yang, tentu saja, sangat bertolak belakang dengan yang ditulis Khairul Ghazali.

Cibiran sinis atas buku ‘Mereka Bukan Thagut’ sejak terbit dan acara bedahnya di Hotel Sahid (17/12/11), ditambah lagi ajakan untuk taubat dari Ustadz Abu Bakar Ba’asyir kepada penulisnya, tak membuat Khairul Ghazali luluh. Meski para aktivis Islam meyakini buku ‘Mereka Bukan Thagut’ merupakan salah satu ‘proyek deradikalisasi’, tapi pihak-pihak yang dianggap sebagai orang-orang yang terkena ‘proyek’ ini rupanya tak merasa di-deradikalisasi, sehingga tak peduli dengan cibiran yang ditujukan kepada mereka.

Apapun ceritanya, faktanya  ‘proyek deradikalisasi’ itu sedang dan akan terus berlangsung, entah sampai kapan, dan salah satunya lewat buku ‘Mereka Bukan Thagut’ itu. Tentu, dana yang digelontorkan untuk proyek ini tak sedikit. Protes, kritikan, gugatan, atau apapun namanya tak akan digubris, karena pemegang ‘proyek’ ini adalah pihak yang sedang berkuasa. Maka, apapun keinginan dari kubu  buku ‘Ya…Mereka Memang Thaghut’ untuk, misalnya, menghadirkan dua pembicara, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dan Ustadz Aman Abdurrahman (keduanya dalam penjara) tak kan dikabulkan. Padahal saat launching dan bedah buku ‘Mereka Bukan Thagut’ di Hotel Sahid, penulisnya,  justru dihadirkan, meskipun, sebagaimana Ustadz Abu dan Ustadz Aman Abdurrahman, status Khairul Ghazali adalah terpidana 6 tahun.

Menurut pihak penyelenggara, Al-Tsauroh Institute, panitia sudah menyurati pihak Kementerian Hukum & HAM untuk meminta agar penulis ‘Ya…Mereka Memang Thaghut’, Ustadz Aman Abdurrahman, diizinkan menjadi pembicara dalam bedah buku yang ditulisnya. Begitu pula, panitia juga meminta Kemenkumham untuk mengizinkan Ustadz Abu hadir sebagai pembicara. Tapi tak ada respon sama sekali. Jika penulis buku ‘Mereka Bukan Thagut’ dengan enaknya melenggang hadir sebagai salah satu pembicara dalam bedah buku di Hotel sahid, mengapa perlakuan yang sama tak diberikan pada Ustadz Aman Abdurrahman?

Tapi, itu dia, pertanyaan dan gugatan di atas memang tak menemukan titiknya, lantaran penyelenggaraan bedah buku ‘Ya…Mereka Memang Thaghut’ yang dipandu Muhammad Fachry, Pemred Arrahmah.com, ini pasti tak sejalan dengan ‘proyek deradikalisasi’ yang dibangga-banggakan itu. Mengeluarkan izin untuk Ustadz Aman Abdurrahman—apalagi Ustadz Abu—sebagai pembicara tentu sangat berlawanan dengan ‘proyek deradikalisasi’. Mungkin pihak panitia pun sudah menyadari sejak awal bahwa akan sulit  menghadirkan keduanya. Tetapi sebagai sebuah usaha, bolehlah. Sebab, setidaknya publik menjadi tahu bahwa penguasa negeri ini tak merespon sama sekali permohonan untuk menghadirkan keduanya.

Toh bedah buku ‘Ya…Mereka Memang Thaghut’ ini  berjalan  lancar. Antusiasme hadirin dengan pertanyaan-pertanyaan yang penuh harap ada tindak lanjut acara ini, membuat ketiga pembicara (Ustadz Mohammad Achwan, Ustadz Son Hadi, Ustadz Fuad Al Hazimi) tampak optimis. Dan, ketiiganya pun berharap, Al Tsauroh Institute, sebagai pihak penyelenggara, menindaklanjuti acara ini. Perlu sesi berikutnya untuk meng-konkret-kan dan mewujudkan harapan yang sebenarnya, sehingga, seperti diungkapkan Amir JAT Ustadz Mohammad Achwan, umat ini tak dijejali dengan teori-teori melulu.

Baca Juga

Episode berikutnya, itulah yang perlu dijabarkan. Tapi jangan sampai salah paham. Jangan sampai, misalnya, ujar Ustadz Achwan, tindak lanjut di sini disalahpahami dengan peledakan-peledakan. Bukan itu! Lalu, what next? Ketiga pembicara meminta Al-Tsauroh Institute, sebagai penyelenggara,  untuk menindaklanjuti hasil Bedah Buku ini. Tentu dengan langkah yang lebih konkret lagi.

 

KRONOLOGI PEMBATALAN ABDURRAHMAN AYYUB SEBAGAI PEMBICARA

Penjelasan Panitia

Pada tanggal 25 Februari 2012 sekitar pukul 16.13, kami menghubungi Abdurrahman Ayyub lewat telepon untuk mengundang beliau sebagai salah satu pembicara di acara Bedah Buku ‘Ya…Mereka Memang Thaghut’, karya Ustadz Aman Abdurrahman . Dan beliau pun menerima tawaran tersebut.

Tanggal  26 Februari 2012 sekitar pukul 16.35, kami mendatangi rumah kediaman beliau di Jalan Jombang Raya, RT 04/RW 05 No. 12, Kelurahan Pondok Kacang, Kecamatan Pondok Aren, Tangerang Selatan, untuk memberikan undangan, deskripsi  Al-Tsauroh dan buku yang akan dibedah.

Setelah beliau membaca deskripsi Al-Tsauroh dan kami menjelaskan tentang  bagaimana dan kenapa buku ini dibedah, beliau pun tertarik untuk menjadi salah satu pembicara di acara ini dan beliau pun memastikan diri untuk hadir.

Namun ketika hari-hari menjelang akan digelarnya acara Bedah Buku, kami mendapat SMS pembatalan sepihak dari beliau, tepatnya tanggal 8 Maret 2012, sekitar pukul 07.52. Isi SMS tersebut ialah, Afwan akhi, saya tidak dapat hadir di TIM/Taman Ismail Marzuki (tempat acara akan digelar), saya sudah baca pembicaranya, tidak ada Abu Rusydan dan Ja’far Umar Thalib, dan kamu tidak info-kan kepada saya.”

Padahal ketika kami menjelaskan tentang acara Bedah Buku tersebut di kediamannya, kami tidak menjanjikan Abu Rusydan dan Ja’far Umar Thalib sebagai pembicara. Kami hanya memberi tahu bahwa pada saat itu kami baru mendapatkan satu pembicara, yaitu Ustadz Fuad Al-Hazimi.

Akhirnya kami mencoba berdiskusi dengan beliau melalui telepon, dengan opsi menghadirkan Abu Rusydan dan Ja’far Umar Thalib. Tapi tetap saja beliau tidak mau menghadiri acara tersebut dengan alasan, “Afwan tidak bisa, barusan juga saya ada acara keluarga tanggal tersebut.”

Foto-foto: MUS

Baca Juga